Sebagai lembaga bisnis, Bank Syariah, seperti bank-bank lainnya harus memiliki daya tarik ekonomi. Namun pertimbangan ekonomi bukan merupakan pertimbangan
dasar, ada hal lain yang lebih penting, yaitu moral. Karena itu produk-produk yang diberikan Bank Syariah tidak pernah lepas dari aturan syariah. Selalu ada pertimbangan
yang bersifat ukhrawi, yaitu pertimbangan halal dan haram. Keberadaan perbankan syariah di tanah air telah mendapatkan pijakan kokoh
setelah adanya Paket Derelugasi, yaitu yang berkaitan dengan lahirnya Undang Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 yang direvisi melalui Undang Undang Nomor 10 Tahun
1998. Dengan demikian bank ini adalah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Bagi hasil adalah prinsip yang berdasarkan syariah dalam melakukan kegiatan usaha bank.
2.2. Dasar Falsafah Bank Syariah
Islam memandang bahwa bumi dan isinya merupakan amanah dari Allah kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk dipergunakan sebesar besarnya bagi
kesejahteraan ummat manusia sendirian tetapi diberikannya petunjuk melalui para rasulnya. Dalam petunjuk ini Allah berikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik
aqidah, akhlak, maupun syariah. Aqidah dan akhlak sifatnya konstan dan tidak mengalami perubahan dengan
berbedanya waktu dan tempat. Adapun komponen syariah senantiasa diubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf peradaban ummat.
MARDALENA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA BANK SYARIAH DI MEDAN, 2008.
Syariat Islam sebagai suatu syariat yang dibawa Rasul terakhir yang mempunyai keunikan tersendiri, yang bukan saja komprehensif tetapi juga universal Syafi’I Antonio,
5:2000 . Komprehensif merupakan seluruh aspek kehidupan manusia baik ritual maupu sosial
Ibadah maupun muamalah. Ibadah dengan tujuan untuk menjaga ketaatan, dan harmonisasi hubungan antara manusia dengan kholiqNya. Sedangkan muamalah untuk
menjadi rule of game dalam keberadaan manusia sebagai makhluk sosial. Universal diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir nanti. Keuniversalan
ini akan tampak jelas sekali terutama dalam bidang muamalah, bukan saja luas dan flkeksibelbahkan tidak memberiakan special treatmen bagi muslim dan membedakannya
dari non muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh sayyidina Ali, yang artinya: dalam bidang muamalah kewajiban mereka adalah
kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita Syafi’i Antonio, 2000.
2.3 Peranan Perbankan Syariah
perbankan syariah di Indonesia di mulai pada tahun 1992 melalui pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Perkembangan bank syariah berjalan lebih lambat
dibandingkan dengan bank konvensional. Operasional perbankan syariah didasarkan pada Undang-Undang No.8 tahun 1998. pertimbangan perubahan Undang Undang tersebut
dilakukan untuk mengantisipasi tantangan sistem keuangan yang semakin maju dan komplek dan mempersiapkan infrastruktur memasuki era globalisasi. Perbankan syariah
dalam sistem perbankan nasional bukanlah semata mata mengakomodasi kepentingan
MARDALENA : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEPUTUSAN MASYARAKAT DALAM MENABUNG PADA BANK SYARIAH DI MEDAN, 2008.
penduduk Indonesia yang kebutulan muslim, namun lebih kepada adanya keunggulan atau manfaat lebih dari perbankan syariah dalam menjembatani ekonomi.
Dalam sistem perbankan konvensional, selain berperan sebagai jembatan antara pemilik dana dan dunia usaha, perbankan juga masih menjadi penyekat antara keduanya
karena tidak adanya transferability risk dan return. Sistem perbankan syraiah yaitu perbankan menjadi menejer investasi, wakil, atau pemegang amanat custadion dari
pemilik dana atas investai di sektor rill. Dengan demikian, seluruh keberhasiln dan resiko dunia uasha atau pertumbuhan ekonomi secara langsung didistribusikan kepada pemilik
dana sehingga menciptakan suasana harmoni. Hal ini untuk menghindari terjadinya gap antara sumber dana dengan investasi saving –investment gap. Skema produk perbankan
syariah secara alamiah merujuk kepada dua katagori kegiatan ekonomi yakni produksi dan distribusi. Katagori pertama difasilitasi melalui skema profit sharing mudharabah
dan partnership musyarakah, sedangkan kegiatan distribusi manfaat hasil hasil produk dilakukan melalui skema jual beli murobaha dan sewa menyewa ijarah.
2.4. Bank Konvensional Umum