Pemekaran Wilayah TINJAUAN PUSTAKA

49 diletakkan bagi penyelesaian beragam permasalahan yang menghambat perkembangan dan kemajuan daerah.

2.4 Pemekaran Wilayah

Sistem pemerintahan dan pembangunan yang sentralistik telah menyebabkan melemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsi secara otonom. Strategi pelaksanaan pembangunan yang tidak terdesentralisasi telah menyebabkan kegiatan pelayanan masyarakat menjadi tidak responsif dan ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi antar daerah. Pada sisi yang lain, pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan selama ini yang lebih menekankan pada pendekatan sektoral dan cenderung terpusat menyebabkan pemerintah daerah kurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kapasitas dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat secara optimal. Kapasitas pemerintah daerah yang tidak optimal disebabkan oleh kuatnya kendali pemerintah pusat dalam proses pengambilan keputusan melalui berbagai pedoman dan petunjuk pelaksanaan yang sangat rinci dan kaku. Hal tersebut diperparah oleh adanya keengganan beberapa instansi pemerintah pusat untuk mendelegasikan kewenangan, penyerahan tugas dan fungsi pelayanan, pengaturan perizinan dan pengelolaan sumber daya keuangan kepada pemerintah daerah. Kuatnya kendali pemerintah pusat yang semakin tinggi terhadap pemerintah daerah pada waktu yang lalu telah menyebabkan Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 50 hilangnya motivasi, inovasi dan kreativitas aparat daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang menjadi tanggung jawabnya. Kemudian Pemerintah menyadari bahwa kebijakan pembangunan yang terlalu sentralistik mengandung banyak kelemahan. Oleh karena itu maka salah satu amanat GBHN 1999-2004 menyebutkan bahwa kebijakan pembangunan diarahkan untuk: “1 Mengembangkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, lembaga otonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga keagamaan, lembaga adat dan lembaga swadaya masyarakat serta seluruh potensi masyarakat dalam wadah NKRI; 2 Melakukan pengkajian tentang berlakunya otonomi daerah bagi provinsi, kabupaten kota dan desa; 3 Mewujudkan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil dengan mengutamakan kepentingan daerah yang lebih luas melalui desentralisasi; dan 4 Memberdayakan DPRD dalam rangka melaksanakan fungsi dan peranannya guna penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab.” Untuk melaksanakan amanat GBHN 1999-2004, program pembangunan yang perlu diupayakan dalam mengembangkan otonomi daerah adalah : 1 Program peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan kemampuan manajemen aparat pemerintah daerah; 2 Program peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah yang menyangkut mekanisme kerja, struktur organisasi dan peraturan perundang-undangan yang memadai guna menjamin pelaksanaan otonomi daerah; 3 Program penataan Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 51 pengelolaan keuangan daerah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerah secara profesional, efisien, transparan dan bertanggung jawab; 4 Program penguatan Lembaga Non Pemerintah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterlibatan lembaga-lembaga non pemerintah dalam proses pembuatan kebijakan, perencanaan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Lembaga-lembaga non pemerintah dimaksud adalah DPRD, badan permusyawaratan desa, lembaga swadaya masyarakat, lembaga adat, lembaga keagamaan dan lembaga masyarakat lainnya.” Kebijakan pembentukan daerah Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu perwujudan dari pengembangan otonomi daerah. Oleh karena itu maka dalam rangka perencanaan pembangunan daerah di Indonesia, terdapat beberapa hal yang ingin dicapai Rasyid, 1998: “Pertama, menyebarratakan pembangunan sehingga dapat dihindarkan adanya pemusatan kegiatan pembangunan yang berlebihan di daerah tertentu. Kedua, menjamin keserasian dan koordinasi antara berbagai kegiatan pembangunan yang ada di tiap-tiap daerah. Ketiga, memberikan pengarahan kegiatan pembangunan, bukan saja pada aparatur pemerintah, tetapi juga kepada masyarakat.” Kebijakan pembentukan daerah Kabupaten Batu Bara sebagai daerah otonom akan mencakup suatu wilayah hukum tertentu. Wilayah dalam tata pemerintahan Indonesia artinya lingkungan kerja pemerintahan umum Rasyid, 1998. Secara administratif, lingkungan kerja pemerintahan berkaitan dengan batas- batas wilayah hukum suatu daerah atau juga disebut sebagai rumah tangga daerah. Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 52 Dalam rangka pembentukan daerah baru, pemberian status pada wilayah tertentu mengandung makna sebagai adanya daerah provinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bisa merupakan pemekaran dari daerah induk. Secara teoritis, untuk menjalankan fungsinya secara optimal, sedikitnya ada 7 tujuh elemen utama yang membentuk suatu pemerintah daerah otonom Suwandi, 2002, yaitu: 1. Adanya urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Urusan tersebut merupakan isi otonomi yang menjadi dasar bagi kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. 2. Adanya kelembagaan yang merupakan pewadahan dari otonomi yang diserahkan kepada daerah. 3. Adanya personil yaitu pegawai yang mempunyai tugas untuk menjalankan urusan otonomi yang menjadi isi rumah tangga daerah yang bersangkutan. 4. Adanya sumber-sumber keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah. 5. Adanya unsur perwakilan yang merupakan perwujudan dari wakil-wakil rakyat yang telah mendapatkan legitimasi untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah. 6. Adanya manajemen pelayanan publik agar dapat berjalan secara efisien, efektif, ekonomi dan akuntabel. 7. Adanya pengawasan, supervisi, monitoring dan evaluasi yang efektif dan efisien. Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 53 Menurut Sumodiningrat 1999, berkaitan dengan pemberian otonomi kepada daerah maka perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut, yakni : 1 Kemantapan lembaga; 2 Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai, khususnya aparat pemerintah daerah; 3 Potensi ekonomi daerah untuk menggali sumber pendapatannya sendiri. Gagasan pemekaran wilayah dan pembentukan daerah otonom baru memiliki dasar hukum yang cukup kuat. Secara yuridis landasan yang memuat persoalan pembentukan daerah terdapat dalam pasal 18 UUD 1945 yang intinya, bahwa membagi daerah Indonesia atas daerah besar provinsi dan daerah provinsi akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil. Selanjutnya dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberi peluang pembentukan daerah dalam suatu NKRI, yaitu daerah yang dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Sementara itu, tujuan pemekaran daerah pada pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah dinyatakan bahwa : “tujuan dari pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah, percepatan Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 54 pengelolaan potensi daerah, peningkatan keamanan dan ketertiban serta peningkatan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah.” Undang-undang No. 32 Tahun 2004 bertujuan untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan kreativitas masyarakat serta mengembangkan peran dan fungsi DPRD. Jadi intinya adalah memberikan kewenangan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakatnya yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berlakunya Undang-undang tersebut menyebabkan terjadinya perubahan yang fundamental terhadap elemen-elemen pemerintahan daerah serta memerlukan penataan-penataan yang sistematis. Elemen utama yang membentuk pemerintah daerah itu adalah : a. Adanya urusan otonomi yang merupakan dasar dari kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. b. Adanya kelembagaan yang merupakan pewadahan dari otonomi yang diserahkan kepada daerah. c. Adanya personil yaitu pegawai daerah untuk menjalankan urusan otonomi. d. Adanya sumber-sumber keuangan untuk pembiayaan pelaksanaan otonomi. e. Adanya unsur perwakilan rakyat yang merupakan perwujudan demokrasi di daerah. f. Adanya manajemen pelayanan umum public service. Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 55 Dari uraian di atas pada dasarnya tersirat bahwa dimungkinkan adanya daerah otonom-daerah otonom baru diantaranya ditempuh melalui cara pemekaran daerah. Dimana pemekaran daerah dimaksud adalah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui: 1 Peningkatan pelayanan kepada masyarakat; 2 Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi; 3 Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah; 4 Percepatan pengelolaan potensi daerah; 5 Peningkatan keamanan dan ketertiban; 6 Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah Peraturan Pemerintah No.129 Tahun 2000. Bila dikaji lebih jauh pemekaran daerah adalah tuntutan masyarakat untuk pembentukan daerah yang baru, dengan cara memisah diri dari kesatuan wilayah pemerintahan daerah tertentu H.A. Dj. Nihin, 2000. Sementara dalam Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000, yang dimaksud dengan pemekaran daerah adalah pemecahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota menjadi lebih dari satu daerah. Dari pengertian dan uraian diatas, cukup jelas bahwa pemekaran daerah merupakan tuntutan sebagian dari masyarakat untuk memisahkan dirinya dari daerah induknya membentuk suatu daerah baru baik itu provinsi, kabupaten atau kota dengan alasan-alasan tertentu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Alasan- alasan tertentu mencakup yang bersifat lunak maupun keras terhadap Pemerintah Pusat, sifat lunak karena kondisi hubungan pusat dan daerah, dimana Pemerintah Pusat terlalu kuat, atau bisa juga sikap Pemerintah Pusat yang menganaktirikan Pemerintah Daerah sehingga terjadi kurang mesranya hubungan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sedangkan yang bersifat keras lebih dikarenakan alasan- Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 56 alasan yang bersifat politik yaitu ingin memisahkan diri dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia membentuk negara baru. Secara teoritis, untuk menjalankan fungsinya secara optimal, sedikitnya ada 7 tujuh elemen utama yang membentuk suatu pemerintah daerah otonom Suwandi, 2002, yaitu: 1. Adanya urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah. Urusan tersebut merupakan isi otonomi yang menjadi dasar bagi kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. 2. Adanya kelembagaan yang merupakan pewadahan dari otonomi yang diserahkan kepada daerah. 3. Adanya personil yaitu pegawai yang mempunyai tugas untuk menjalankan urusan otonomi yang menjadi isi rumah tangga daerah yang bersangkutan. 4. Adanya sumber-sumber keuangan untuk membiayai pelaksanaan otonomi daerah. 5. Adanya unsur perwakilan yang merupakan perwujudan dari wakil-wakil rakyat yang telah mendapatkan legitimasi untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah. 6. Adanya manajemen pelayanan publik agar dapat berjalan secara efisien, efektif, ekonomi dan akuntabel. 7. Adanya pengawasan, supervisi, monitoring dan evaluasi yang efektif dan efisien. Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 57 Selanjutnya Sumodiningrat 1999, menjelaskan berkaitan dengan pemberian otonomi kepada daerah maka perlu untuk memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut, yakni : 1 Kemantapan lembaga; 2 Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai, khususnya aparat pemerintah daerah; 3 Potensi ekonomi daerah untuk menggali sumber pendapatannya sendiri.

2.5 Kriteria Kelayakan Pembentukan Kabupaten