Analisis Kebijakan TINJAUAN PUSTAKA

33 komponen dan tahapan kebijakan, seperti dikatakan Eulau dan Prewit dalam Manullang; 1998; 14-15 1 Niat intentions, yaitu tujuan-tujuan yang sebenarnya suatu tindakan, 2 Tujuan goals, yaitu keadaan akhir yang hendak dicapai, 3 Rencana atau usulan plans of proposal, yaitu cara yang ditetapkan untuk mencapai tujuan, 4 Program, yaitu cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, 5 Keputusan atau pilihan decision or choise, yaitu tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan, dan 6 Pengaruh effect, yaitu dampak program yang dapat diukur, baik dampak yang diharapkan maupun dampak yang tidak diharapkan.

2.2 Analisis Kebijakan

Analisis berasal dari bahasa Yunani yang berarti memecah menjadi bagian- bagian. Riant Nugroho 2006 : 46 mengemukakan bahwa kerangka konseptual analisis kebijakan terdiri atas langkah-langkah mendiagnosis masalah, mengidentifikasi alternatif kebijakan yang mungkin, menilai efisiensi dan kebijakan dikaitkan dengan melakukan perhitungan cost benefit dari kebijakan. Kemudian Riant Nugroho melanjutkan dengan melakukan pendekatan model rasionalis dalam analisis kebijakan yang mempunyai bagian-bagian : 1. Mendefinisikan permasalahan define the problem. 2. Menetapkan kriteria evaluasi establish evaluation criteria. 3. Mengidentifikasi alternatif kebijakan identifiy alternative policies. 4. Memaparkan alternatif-alternatif dan memilih salah satu display alternatives and select among them. Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 34 5. Memonitor dan mengevaluasi manfaat kebijakan monitor and evaluate policy outcome. Suatu kebijakan yang baik, menurut Dunn 1995 harus melalui tahapan- tahapan kegiatan, yaitu agenda setting, policy formulation, policy adaption, dan policy implementation serta policy assesment. Dari tahapan diatas yang paling rumit adalah menentukan policy formulation, di dalamnya tercakup cara memformulasikan alternatif-alternatif kebijakan yang mampu memecahkan masalah-masalah, memilih alternatif-alternatif yang memadai dan efektif bila dilaksanakan dan sebagainya. Untuk itu cara yang paling menguntungkan dalam memilih alternatif mana yang paling menguntungkan adalah melalui analisis kebijakan. Sofian 2001 mengungkapkan bahwa proses analisis kebijakan bermaksud untuk memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi pembuat kebijakan yang baik, atau merupakan usaha yang bersifat multi disipliner untuk memperoleh data informasi guna memberikan alternatif pemecahan suatu masalah. Dengan demikian bahwa menganalisa suatu kebijakan merupakan usaha untuk dapat merekomendasikan kebijakan. Usaha ini berawal dari penyajian secara cermat informasi yang menunjukkan adanya masalah kebijakan, yang mana informasi ini nantinya akan digunakan untuk membuat informasi tentang alternatif kebijakan. Untuk menentukan alternatif-alternatif mana yang akan dipilih, sudah barang tentu diperlukan kriteria-kriteria atau metode-metode tertentu. Lebih lanjut Dunn 2000 mengatakan; untuk menentukan alternatif terpilih, setidaknya ada 3 tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu 1 Affecfiveness, yaitu apakah kebijakan tersebut Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 35 dapat mencapai sasaran yang telah dirumuskan, 2 Efficiency, yaitu apakah kebijakan yang akan diambil itu seimbang dengan sumber daya yang tersedia, dan 3 Adequasi, yaitu apakah kebijakan itu sudah cukup memadai untuk memecahkan masalah yang ada. Selanjutnya berkaitan dengan kriteria kebijakan ini Sofian 2001, mengemukakan bahwa kebijakan yang baik itu harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Tehnical feasibility, yaitu kemampuan masing-masing alternatif untuk memecahkan masalah. 2. Economic and financial possibility, yaitu alternatif mana yang mungkin dibiayai dari dana yang dimiliki. 3. Political viability, yaitu bagaimana resiko politik dari masing-masing alternatif. 4. Administrative capability, yaitu menyangkut kemampuan administrasi untuk mendukung kebijaksanaan tersebut. Kemudian lebih lanjut, Sofian 2001 mengungkapkan bahwa proses analisis kebijakan bermaksud untuk memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi pembuat kebijakan yang baik, atau merupakan usaha yang bersifat multi disipliner untuk memperoleh data informasi guna memberikan alternatif pemecahan suatu masalah. Dengan demikian bahwa menganalisa suatu kebijakan merupakan usaha untuk dapat merekomendasikan kebijakan. Usaha ini berawal dari penyajian secara cermat Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 36 informasi yang menunjukkan adanya masalah kebijakan, yang mana informasi ini nantinya akan digunakan untuk membuat informasi tentang alternatif kebijakan. Dari pendapat ahli di atas, dapatlah disimpulkan bahwa pada dasarnya alternatif kebijakan yang memadai dan efektif untuk dilaksanakan setidaknya harus memenuhi kriteria-kriteria kelayakan ekonomi dan finansial, sosial, teknis, legal, administrasi dan politik. Di samping itu tidak kalah pentingnya perlu dipertimbangkan pula kriteria-kriteria efektifitas, efisiensi dan edequasi.

2.3 Desentralisasi dan Otonomi Daerah