Kebijakan Publik TINJAUAN PUSTAKA

27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

Menurut Wojowasito 2003 : 35 mengartikan kebijakan sebagai : skill keterampilan, ability kemampuan, capability kecakapan, insight kemampuan memahami sesuatu. Dari uraian di atas jelas bahwa sifat ”bijak” adalah sifat-sifat character yang melekat pada manusianya dan ”bijaksana” adalah sifat-sifat yang melekat pada sikap, tingkah laku dan perbuatannya. Dengan demikian, maka dalam membuat suatu kebijakan yang baik haruslah bersifat rasional, institusional, kondisional, dan situasional dengan suatu proses sebagai berikut : 1. Rasional, maksudnya pengambilan keputusan itu benar-benar mempergunakan data-data dan informasi-informasi yang selengkap- lengkapnya. Data diolah dengan seksama untuk menjadi informasi yang penting, sedangkan informasi dikumpulkan selengkap mungkin dari ilmu-ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman, baik pengalaman sendiri, maupun dari pengalaman orang lain. Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 28 2. Institusional, maksudnya pengambilan keputusan harus senantiasa dengan mengingat tujuan organisasi serta memperhatikan pula hak-hak dan kewenangannya. 3. Kondisional, maksudnya harus selalu ingat bahwa suatu kejadian, masalah, peristiwa itu tidak akan lepas dari lingkungannya, baik lingkungan alam natural environment, lingkungan fisik pysical environment, maupun lingkungan sosial social environment. 4. Situasional, maksudnya bahwa keputusan yang diambil itu haruslah sesuai dan dapat terselenggara dalam situasi yang hidup pada waktu itu. Suatu keputusan yang benar, namun tidak dapat dilaksanakan, maka tentulah tidak ada manfaatnya, keputusan yang demikian merupakan keputusan yang tidak baik. Dari definisi tentang kebijakan publik di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kebijakan publik merupakan suatu rangkaian keputusan dan tindakan didalamnya terdapat serangkaian tahapan yang saling bergantung yang diatur menurut waktu. Pada dasarnya kebijakan publik tidak terlepas dengan masalah publik dan pemerintah yang salah satu fungsinya adalah merumuskan kebijakan untuk memenuhi tuntutan seseorang atau kelompok karena kondisi yang dihadapi. Hal ini terjadi karena adanya suatu kondisi yang tidak memuaskan sebagian masyarakat sehingga mendorong mereka untuk memuaskan sebagian masyarakat melalui sistem yang dimiliki. Di sinilah dituntut kejelian pejabat publik untuk memahami kebutuhan masyarakat terhadap masalah publik yang dihadapi. Untuk Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 29 lebih jauh lagi tidak hanya memahami, tapi mengambil langkah- langkah kebijakan yang tepat dan dapat sesuai dengan tuntutan masyarakat yang dipimpinnya. Banyak sekali kebijakan publik yang diartikan oleh beberapa ahli dari sudut pandang masing-masing, diantaranya Parker memberi batasan bahwa kebijakan publik adalah : “Suatu tujuan tertentu, atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pemerintah pada periode tertentu dalam hubungan dengan suatu subyek atau suatu tanggapan atas suatu krisis” Santosa, 1988. Pendapat lain memberikan batasan “kebijakan publik sebagai sekumpulan rencana kegiatan yang dimaksudkan untuk memberikan efek perbaikan terhadap kondisi-kondisi sosial dan ekonomi” Derby Shire, dalam Wibawa, 1994: 49. Selanjutnya ada yang mengatakan bahwa policy adalah hasil-hasil keputusan yang diambil oleh pelaku-pelaku tertentu untuk tujuan-tujuan publik Hofferbert dan Ricard, Ibid. Untuk memudahkan dalam memahami pengertian kebijakan, maka perlu diketahui beberapa karakteristik daripada kebijakan itu sendiri, antara lain : a. Tindakan yang berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan prilaku secara serampangan. b. Merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan sendiri. c. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur perdagangan dan sebagainya bukan sekedar apa yang dilakukan oleh pemerintah. d. Bentuknya dapat bersifat positif Budi Winarno, 1989 : 4. Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 30 Dari gambaran di atas dapatlah dijelaskan bahwa karakteristik daripada kebijakan publik tersebut mengandung maksud tujuan, arah dan pola tindakan tertentu yang dilaksanakan oleh pemerintah. Kemudian tindakan itu mempunyai nilai yang positif. Jikalau memperhatikan batasan-batasan di atas maka tidak disebutkan siapa pelaku kebijakan publik, namun di bagian lain dikatakan policy adalah produk akhir antara eksekutif dan legislatif. Lebih lanjut Hofferbert dalam Wibawa, 1994: 50 menyatakan : “Kebijakan publik adalah pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan oleh legislatif, penentuan atau pengaturan yang dilakukan oleh eksekutif, penggunaan anggaran negara, dan juga kegiatan apapun yang dilakukan oleh siapapun yang menjadikan masyarakat sebagai sasarannya.” Sementara itu William N, Dunn, 1981: 70 sebagaimana dialih bahasa oleh Muhajir Darwin 1987: 63-64, merumuskan : “Kebijakan publik sebagai serangkaian pilihan yang kurang lebih berhubungan termasuk keputusan untuk tidak berbuat yang dibuat oleh badan-badan atau kantor-kantor pemerintah, diformulasikan dalam bidang-bidang isu yaitu arah tindakan aktual atau potensial dari diantara kelompok masyarakat.” Dengan batasan dan pengertian ini menggambarkan bahwa kebijakan publik itu sebagai keputusan yang diambil untuk bertindak dalam rangka memberikan pelayanan kepada publik sesuai norma-norma yang ada pada publik itu sendiri. Norma-norma tersebut menyangkut akan hal interaksi penguasa, penyelenggara negara dengan rakyat serta bagaimana seharusnya kebijakan-kebijakan publik itu Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 31 dilaksanakan. Ukuran normatifnya adalah keadilan sosial, partisipasi dan aspirasi warga negara, masalah-masalah lingkungan, pelayanan, pertanggungjawaban administrasi dan analisis yang etis Kumorotomo, 1999:105. Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kebijakan publik sangat tergantung dari intensitas kualitas dan ruang lingkup masalah publik yang dipikirkan dan diidentifikasi oleh pengambil kebijakan. Dengan demikian maka keberadaan atau kegagalan implementasi dari suatu kebijakan publik tidak sepenuhnya merupakan output aparat pelaksana akan tetapi lebih merupakan keberhasilan atau kegagalan pada tahap pengenalan. Lebih lanjut Dunn mengemukakan beberapa karakteristik masalah publik yang sangat membantu dalam perumusan masalah, yaitu : a. Interdepedensi masalah kebijakan, yaitu masalah pada bidang tertentu berpengaruh terhadap pada bidang yang lain, artinya suatu masalah merupakan bagian dari suatu sistem masalah yang bersumber dari kondisi yang menimbulkan ketidakpuasan dari setiap kelompok. b. Subyektivitas masalah kebijakan, yaitu masalah publik meskipun bersifat sangat obyektif tetapi dalam proses artikulasinya tetap merupakan hasil berpikir dan hasil interprestasi dari analisis atau pengambil kebijakan. c. Artifisial masalah kebijakan, dimana masalah tidak dapat dipisahkan dengan individu atau kelompok yang mengidentifikasikannya. Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 32 d. Dinamika masalah kebijakan, dalam arti bahwa masalah selalu berada dalam suasana atau kondisi yang terus menerus berubah. Setiap masalah dapat didefinisikan dengan berbagai cara, demikian pula pemecahannya. Proses konversi dari masalah kebijakan yang berhasil diartikulasikan merupakan tahapan kedua yang bersifat kritis. Hal itu disebabkan karena para pihak yang berkepentingan stakeholders yang terlibat dalam proses tersebut tidak independen dalam arti sangat dipengaruhi oleh persepsi, sikap serta kepentingan- kepentingan yang diwakilinya. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi penetapan kebijakan policy decision. Policy decision menurut Anderson dalam Wibawa adalah pemeliharaan alternatif rancangan kebijakan mana oleh para aktor yang terlibat dalam konversi dan ditetapkan untuk menjadi output kebijakan Wibawa, 1994 : 25. Penetapan kebijakan yang diuraikan diatas dituangkan dalam beberapa bentuk yaitu: 1 Model Deskriptif, yaitu menjelaskan atau meramalkan sebab dan akibat dari pilihan-pilihan kebijakan; 2 Model Normatif, yaitu identik dengan deskriptif namun dilengkapi dengan aturan dan rekomendasi untuk mengoptimalkan pencapaian keuntungan manfaat dan nilai; 3 Model Verbal, yaitu menyangkut penyajian dalam bahasa sehari-hari sehingga mudah dipahami; 4 Model Simbolik, yaitu penyajiannya dalam bentuk simbol-simbol matematis; dan 5 Model Prosedural, yaitu menggunakan prosedur guna mewujudkan dinamika hubungan antara variabel kebijakan William N. Dunn, 1994: 155-156. Dari konsep-konsep kebijakan publik yang diuraikan diatas, maka kerangka pemikiran yang didapat adalah bahwa dalam kebijakan publik terdapat beberapa Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008. USU e-Repository © 2008 33 komponen dan tahapan kebijakan, seperti dikatakan Eulau dan Prewit dalam Manullang; 1998; 14-15 1 Niat intentions, yaitu tujuan-tujuan yang sebenarnya suatu tindakan, 2 Tujuan goals, yaitu keadaan akhir yang hendak dicapai, 3 Rencana atau usulan plans of proposal, yaitu cara yang ditetapkan untuk mencapai tujuan, 4 Program, yaitu cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, 5 Keputusan atau pilihan decision or choise, yaitu tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan, dan 6 Pengaruh effect, yaitu dampak program yang dapat diukur, baik dampak yang diharapkan maupun dampak yang tidak diharapkan.

2.2 Analisis Kebijakan