91
Jumlah penduduk pada akhir tahun 1998 sebanyak 336.868 jiwa dan rumah tangga sebanyak 65.538 Kepala Keluarga, dari pertumbuhan penduduk tahun 1997 ke
tahun 1998 terdapat kenaikan sebanyak 3.869 jiwa. Kepadatan penduduk pada tahun 1998 sebayak 4 empat jiwa per Ha atau 365 jiwa per km
2
. Dari jumlah penduduk tersebut, pada umumnya tinggal di wilayah pedesaan
sehingga mayoritas penduduk merupakan penduduk rural dan minoritas tinggal di wilayah perkotaan. Hal ini menunjukkan wilayah Batu Bara juga memiliki lahan yang
cukup luas untuk dikembangkan sebagai pertanian dan perkebunan. Pada tahun 1998 jumlah penduduk wilayah Kabupaten Batu Bara berjumlah
336.868 jiwa yang terdiri dari 168.951 jiwa penduduk laki-laki dan 167.953 jiwa penduduk perempuan.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Kabupaten Asahan dan Kedatukan Batu Bara
Perjalanan Sultan Aceh Iskandar Muda ke Johor dan Malaka tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut,
rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai yang kemudian dinamakan Asahan. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah Tanjung yang
merupakan pertemuan antara Sungai Asahan dengan Sungai Silau dan bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga Sultan Iskandar Muda mendirikan
sebuah pelataran sebagai Balai untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
92
pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan Tanjung Balai.
Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang putri Raja Simargolang, lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi
cikal bakal dari Kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I. Pemerintahan Kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan
Asahan yang ke-I sd XI. Selain itu di daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh Datuk-datuk di wilayah Batu Bara yang pada awalnya merupakan
daerah otonom yang dipimpin oleh Kedatukan Batu Bara yang terdiri dari 5 lima kerajaan di wilayah Batu Bara.
Pada tanggal 12 September 1865, Kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda. Kekuasaan
Pemerintahan Belanda di Asahan Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30 September 1867, No. 2
tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan menjadi 3 tiga bagian, yaitu:
1 . Onder Afdeling Batu Bara 2 . Onder Afdeling Asahan
3 . Onder Afdeling Labuhan Batu Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-datuk di wilayah Batu
Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
93
sebelumnya. Wilayah pemerintahan kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik, yaitu:
1. Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang 2. Distrik
Kisaran 3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge
Sedangkan wilayah pemerintahan Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur, yaitu:
1. Self Bestuur Indrapura 2. Self Bestuur Lima Puluh
3. Self Bestuur Pesisir 4. Self Bestuur Suku Dua Bogak dan Lima Laras
Pada tanggal 13 Maret 1942, Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan oleh Pemerintahan Fasisme Jepang yang dipimpin T. Jamada dengan mengganti
nama struktur pemerintahan menjadi Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu Batu Bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil dibagi menjadi Distrik, yaitu Distrik
Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang. Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan
tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan
Undang-undang No. 1 Tahun 1945 Komite Nasional Indonesia wilayah Asahan dibentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang dipegang oleh
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
94
Jepang sudah tidak ada lagi, tetapi Pemerintahan Kesultanan dan Pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih tetap ada.
Pada tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur Pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan dipimpin oleh Abdullah Eteng sebagai
Kepala Wilayah dan Sori Harahap sebagai Wakil Kepala Wilayah, sedangkan Asahan dibagi atas 5 lima kewedanaan, yaitu:
1. Kewedanaan Tanjung Balai 2. Kewedanaan Kisaran
3. Kewedanaan Batu Bara Utara 4. Kewedanaan Batu Bara Selatan
5. Kewedanaan Bandar Pulau Kemudian setiap tahun, tanggal 15 Maret diperingati sebagai Hari Jadi
Kabupaten Asahan. Pada Konferensi Pamong Praja Se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, yaitu:
1. Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan 2. Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan Bupati
3. Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan Patih 4. Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 lima belas wilayah kecamatan, terdiri
dari: a. Kewedanaan Tanjung Balai dibagi atas:
1. Kecamatan Tanjung Balai 2. Kecamatan Air Joman
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
95
3. Kecamatan Simpang Empat 4. Kecamatan Sei Kepayang
b. Kewedanaan Kisaran dibagi atas: 1. Kecamatan Kisaran
2. Kecamatan Air Batu 3. Kecamatan Buntu Pane
c. Kewedanaan Batu Bara Utara dibagi atas: 1. Kecamatan Medang Deras
2. Kecamatan Air Putih d. Kewedanaan Batu Bara Selatan dibagi atas:
1. Kecamatan Talawi 2. Kecamatan Tanjung Tiram
3. Kecamatan Lima Puluh e. Kewedanaan Bandar Pulau dibagi atas:
1. Kecamatan Bandar Pulau 2. Kecamatan Pulau Rakyat
3. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge Dengan mempertimbangkan posisi yang lebih strategis, maka pada tanggal
20 Mei 1968, melalui Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1980, Ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kota Tanjung Balai ke Kota Kisaran.
Kemudian, eksistensi Batu Bara dalam sejarah wilayah Batu Bara telah dihuni oleh penduduk sejak tahun 1720 M, ketika itu Batu Bara terdapat 5 lima
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
96
suku penduduk yaitu Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga. Kelima suku tersebut masing-masing dipimpin oleh seorang Datuk yang juga
memimpin wilayah teritorial tertentu. Setiap Datuk kepala suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan Siak.
Batu Bara adalah bagian dari Kerajaan Siak dan Johor, untuk mewakili kepentingan Kerajaan Siak dan Johor diangkatlah Bendahara yang mewakili Datuk-
datuk diseluruh Batu Bara secara turun temurun. Sistem pemerintahan di Batu Bara waktu itu ialah Bendahara dan dibawahnya terdapat sebuah Dewan yang anggota-
anggotanya di pilih oleh Datuk-datuk yang anggotanya terdiri dari : Syahbandar tetap dipilih orang yang berasal dari suku Tanah Datar, Juru Tulis tetap dipilih
orang yang berasal dari suku Lima Puluh, Mata-mata tetap dipilih orang yang berasal dari suku Lima Laras, Penghulu Batangan tetap dipilih orang yang berasal
dari suku Pesisir. Nama Batu Bara Batubahara telah tercantum dalam literatur di abad ke-16
”membayar upeti kepada Raja Haru”. Laporan utusan Pemerintah Inggris dan Penang John Anderson telah mengunjungi Batu Bara pada tahun 1823 dalam bukunya
“Mission To The Eastcoast Of Sumatra”. Pada tahun 1885 Pemerintah Hindia Belanda membayar ganti rugi kepada
Pemerintah Kerajaan Siak dan berhubungan langsung dengan Datuk-datuk Hindia Belanda yang diikat dengan penjanjian ”Politic Contract”, yang wilayahnya
termasuk Simalungun, Inderagiri, Batu Bara dan Labuhan Batu.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
97
Pada tahun 1889 Residensi Sumatera Timur terbentuk dan beribukota di Medan, Residensi Sumatera Timur ini terdiri dari 5 lima Afdeling, yaitu : Afdeling
Deli yang langsung di bawah Residen di Medan, Afdeling Batu Bara berkedudukan di Labuhan Ruku, Afdeling Asahan berkedudukan di Tanjung Balai, Afdeling
Labuhan Batu berkedudukan di Labuhan Batu, Afdeling Bengkalis berkedudukan di Bengkalis.
Afdeling kabupaten Batu Bara terdiri dari 8 delapan Landschap setara dengan kecamatan dan masing-masing Landschap dipimpin oleh seorang Raja.
Afdeling Batu Bara dan Afdeling Asahan bukan wilayah yang disatukan tetapi sebuah wilayah yang bertetangga dan sama setaranya dengan Afdeling lainnya
seperti Deli, Labuhan Batu dan Bengkalis. Afdeling Batu Bara termasuk wilayah Batak pedalaman yaitu Batak suku
Simalungun. Berdasarkan sensus penduduk yang diselenggarakan oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1933 penduduk asli Batu Bara berjumlah 32.052 jiwa. Pada
saat Indonesia merdeka tahun 1945 wilayah Batu Bara berubah nama, sebutan landschap bertukar menjadi kecamatan. Khusus Batu Bara lebih dahulu digelar
namanya menjadi kewedanaan yang membawahi 5 lima kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Tiram, Kecamatan Talawi, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan
Air Putih, dan Kecamatan Medang Deras. Kewedanaan Batu Bara beribukota di Labuhan Ruku. Setelah terjadi hingga 4 empat masa kepemimpinan Kewedanaan,
nama Kewedanaan di cabut sehingga yang ada hanya nama 5 lima sektor kecamatan dan tergabung dengan wilayah Asahan dengan nama Kabupaten Asahan.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
98
4.2.2 Perjuangan Pembentukan Kabupaten Batu Bara
Keinginan masyarakat di wilayah eks Kewedanaan Batu Bara untuk membentuk sebuah kabupaten otonom sudah dirintis sejak tahun 1957. Namun,
akibat dinamika politik nasional hingga akhir tahun 60-an 1969 mengalami stagnasi yang kemudian masyarakat Batu Bara mengaspirasikan kembali dengan
bergabungnya 5 lima kecamatan dalam sebuah misi mewujudkan kabupaten yaitu Kabupaten Batu Bara, maka dibentuklah Panitia Pembentukan Otonom Batu Bara
PPOB yang diprakarsai oleh salah seorang tokoh masyarakat yang pernah menjadi Anggota DPRD Kebupaten Asahan. PPOB ini berkedudukan di Jalan Merdeka
Kecamatan Tanjung Tiram. Karena Undang-undang Otonomi Daerah belum dikeluarkan oleh pemerintah, perjuangan ini tertunda untuk membentuk Kabupaten
Batu Bara yang otonom.
Gambar. 2 Logo GEMKARA
Di era reformasi lebih kurang 30 tahun setelah terbakarnya kantor PPOB di Tanjung Tiram, pada tahun 1999 terbentuklah panitia pemekaran yaitu Badan Pekerja
Persiapan Pembentukan Kabupaten Batu Bara BP3KB - Gerakan Masyarakat
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
99
Menuju Kesejahteraan Batu Bara GEMKARA. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan daerah kabupaten otonom sesuai dengan isyarat Undang-undang No.
22 Tahun 1999 yang sekarang direvisi menjadi Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Masyarakat Batu Bara menilai bahwa terbentuknya Kabupaten Batu Bara adalah hasil perjuangan masyarakat Batu Bara, dimana sejak dicetuskannya kembali
pada tahun 1999 usaha dan keinginan masyarakat Batu Bara ditolak oleh Pemerintah Kabupaten Asahan.
Walaupun tidak direstui oleh Pemerintah Kabupaten Asahan, masyarakat Batu Bara yang tergabung dalam GEMKARA berupaya melakukan pendekatan
persuasif kepada pemerintah provinsi dan pemerintah pusat, dengan prinsip “Surut Berpantang Batu Bara Harus Menjadi Kabupaten.” Adapun usaha perjuangan
GEMKARA -BP3KB dalam mewujudkan Kabupaten Batu Bara adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan surat DPR Republik Indonesia No. PW.0061538DPR- RI2005
tanggal 3 Maret 2005 Perihal Tindak Lanjut Pembentukan Kabupaten Batu Bara yang ditujukan kepada Pimpinan Komisi II DPR Republik Indonesia bahwa
proses pembentukan Kabupaten Batu Bara di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara telah diproses di Komisi II DPR Republik Indonesia yang telah
diusulkan kepada Presiden Republik Indonesia lewat Usul Inisiatif DPR
Republik Indonesia. Kemudian berdasarkan surat Gubernur Sumatera Utara
yang diterbitkan pada tanggal 29 Januari 2004 No. 1355492004 ditujukan
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
100
kepada Bapak Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Perihal Kunjungan TIM DPOD. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berharap dengan DPRD
Kabupaten Asahan yang telah tidak keberatan terhadap pembentukan Kabupaten Batu Bara dan DPRD Sumatera Utara juga telah merekomendasikan serta
mendukung pembentukan Kabupaten Batu Bara, maka sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000 diharapkan Tim Dewan Pertimbangan Otonomi
Daerah DPOD dapat segera melaksanakan observasi ke daerah calon Kabupaten Batu Bara.
2. Sehubungan dengan sangat urgensinya usaha perjuangan pembentukan
Kabupaten Batu Bara, berikut akan diuraikan dinamika berkaitan dengan apresiasi masyarakat yang tergabung dalam GEMKARA - BP3KB sebagai
upaya perjuangan mewujudkan Kabupaten Batu Bara, yaitu sebagai berikut : a.
Usaha pembentukan Kabupaten Batu Bara telah memasuki kurun waktu 5 lima tahun sejak dicetuskannya kembali pada tahun 1999 yang
sebelumnya sudah pernah diperjuangkan pada tahun 1957. Pasca reformasi kurun waktu 1999 sd 2001 aspirasi tersebut muncul kembali. Aspirasi
sebagai cerminan demokrasi tersebut disambut dengan tidak harmonis dengan dikeluarkannya sebuah produk Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2001
tentang Program Pembangunan Daerah PROPEDA yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat dan peraturan pemerintah yang lebih tinggi. Isi
PROPEDA tersebut tertuang pada angka 2 dua pada kegiatan pokok program pembangunan daerah yang menyebutkan bahwa “Upaya
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
101
rasionalisasi pola berpikir masyarakat melalui pendekatan persuasif, khususnya terhadap provokasi memisahkan diri dari wilayah Kabupaten
Asahan, serta sosialisasi kepada masyarakat bahwa sampai pada tahun 2005 tidak ada Kabupaten Asahan.”
b. Pada tanggal 10 Oktober 2001 DPRD Sumatera Utara menerbitkan surat
No. 467318Sekr ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara bahwa DPRD Provinsi Sumatera Utara tidak keberatan terhadap Pemekaran
Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-
undangan, dan meminta kepada Gubernur Sumatera Utara menindaklanjuti usulan pembentukan Kabupaten Batu Bara.
c. Pada tanggal 19 Oktober 2001 Sekretariat DPR RI menerbitkan surat
No.PW.0065297DPR-RI2001 yang menjelaskan bahwa Pimpinan Komisi II DPR Republik Indonesia harus menindakianjuti kunjungan Wakil Ketua
DPR Republik Indonesia Korinbang ke Kabupaten Asahan dan calon Kabupaten Batu Bara yang ditindaklanjuti dengan kedatangan delegasi
GEMKARA - BP3KB yang menyerahkan Naskah Pengkajian Teknis Pemekaran Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten
Batu Bara diteruskan sebagai bahan masukan pada rapat dengan pasangan kerja Komisi II, khususnya Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
d. Pada tanggal 5 Desember 2001 surat Gubernur Sumatera Utara
menerbitkan surat No. 13619727 yang ditujukan kepada Bupati Asahan
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
102
yang menerangkan bahwa pada dasarnya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tidak keberatan dengan aspirasi masyarakat Batu Bara dalam usaha
pembentukan Kabupaten Batu Bara sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
e. Pada tanggal 24 Mei 2002 DPRD Kabupaten Asahan berdasarkan Peraturan
Daerah Pemerintah Kabupaten Asahan No. 6 Tahun 2001 menolak aspirasi masyaraakat
Batu Bara
dengan mengeluarkan
surat keputusan
No. 05KDPRD2002 Tentang Penetapan Penolakan Tidak Menyetujui Pemekaran Kabupaten Asahan Terhadap Pembentukan Kabupaten Batu
Bara. f.
Surat bersifat penting pada tanggal 30 Juni 2002 ditujukan kepada Pimpinan DPR Republik Indonesia Perihal Penyampaian Usul RUU
Inisiatif DPR Republik Indonesia tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur, Mamuju Utara, Humbang Hasundutan, Serdang Jaya, Samosir dan
Kabupaten Batu Bara. Pernyataan Usul Inisiatif tersebut di ajukan oleh 57 orang pengusul Anggota DPR Republik Indonesia yang selanjutnya
keluarlah Rancangan Undang - undang Republik Indonesia Tanpa Nomor Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Humbang
Hasundutan, Samosir, Serdang Jaya, dan Kabupaten Batu Bara di Provinsi Sumatera Utara.
g. Laporan Singkat Komisi II DPR Republik Indonesia membidangi
MENDAGRI, DEPKEH dan HAM, Jaksa Agung, MENEG, LAN, BKN,
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
103
BPN, POLRI, dan Penegakan Hukum tanggal 3 Juli 2002 Tentang Penyampaian Aspirasi Pembentukan Kabupaten Batu Bara oleh
GEMKARA - BP3KB. Rapat Sub Komisi II Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dengan GEMKARA - BP3KB dipimpin oleh Ketua
Sub Otonomi Daerah Komisi II DPR Republik Indonesia Prof. DR. Manase Malo dan pada tanggal 10 Juli 2002 DPR RI menerbitkan surat
No. PW.00602Kom.IIVII2002 kepada Bupati Asahan berkaitan dengan Rencana dan Jadwal Kunjungan Sub Komisi Pemerintahan Dalam Negeri
dan Otonomi Daerah Komisi II DPR Republik Indonesia. Kunjungan tersebut berdasarkan permohonan dari masyarakat yaitu GEMKARA -
BP3KB melalui surat yang diterbitkan tanggal 04 Juli 2002. Dalam kunjungan tersebut Rombongan Tim Komisi II DPR Republik Indonesia
yang terdiri dari : 1.
Prof.DR.Manase Malo sekaligus menjabat sebagai Ketua Sub Komisi Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dari Fraksi PKB.
2. Hobbes Sinaga, SH, MA dari Fraksi PDIP.
3. Drs. Berny Tamara dari Fraksi PG.
4. Drs. H.A. Chozin Chumaidy dari Fraksi PPP.
5. Syaifullah Adnawi, SH dari Fraksi PKB.
6. H.Muttammimul Ula, SH dari Fraksi PBR Reformasi.
7. Kohirin Suganda dari Fraksi TNlPolri.
8. Drs. H.M. Qasthalani, LML dari Fraksi PBB.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
104
9. Tjetje Rahawarin dari Fraksi PDI.
10. Erna Agustina, S.Sos sebagai Staf Komisi II DPR Republik Indonesia.
h. Dalam prinsip hukum sebuah produk peraturan tidak boleh bertentangan
dengan peraturan dan atau undang-undang yang lebih tinggi diatasnya. Kehadiran Peraturan Daerah Pemerintah Kabupaten Asahan No. 6 Tahun
2001 pada dasarnya bertentangan dengan Undang-undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000 sehingga pada tanggal
17 September 2002 Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia menerbitkan surat No. 188.342SJ kepada Bupati Asahan bahwa
Departeman Dalam Negeri Republik Indonesia berpendapat bahwa Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2001 khususnya angka 2 dua pada
kegiatan pokok PROPEDA bertentangan dengan kepentingan umum, karena aspirasi masyarakat bukanlah ancaman tetapi merupakan kehidupan
demokrasi yang perlu dibina dan diarahkan, sebab pemekaran daerah bertujuan untuk pendekatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
Kemudian hal tersebut diminta kepada Bupati Asahan untuk mencabut merevisi Peraturan Daerah tersebut.
Pada tanggal 24 September 2003 Menteri Dalam Negeri menerbitkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2003 Tentang Pembatalan
angka 2 dua pada Kegiatan Pokok Program Pembangunan Daerah Peraturan Daerah Kabupaten Asahan No. 6 Tahun 2001 tanggal 24
September 2003 Tentang Program Pembangunan Daerah PROPEDA.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
105
Seminggu berselang setelah terbitnya Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2003 pada tanggal 3 Oktober 2003 Bupati Asahan
menyatakan keberatan atas Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2003 tanggal 24 September 2003 yang disampaikan melalui surat
No. 1808376 ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri. i.
Pada tanggal 4 November 2003 Menteri Dalam Negeri menjawab surat Bupati Asahan No. 1808376 melalui penerbitan surat No. 188.422764SJ
ditujukan Kepada Bupati Asahan bahwa Menteri Dalam Negeri keberatanmenolak terhadap permohonan Bupati Asahan untuk
mempertimbangkan pembatalan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2003. Surat tersebut juga ditujukan kepada Mahkamah Agung
sebagai dasar permohonan Yudicial Review. Atas sikap Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 7 Juni 2004 No. KMA354VI2004
yang juga ditujukan kepada Saudara OK. Arya Zulkarnain, SH, MM selaku Ketua Umum Badan Pekerja Persiapan Pembentukan Kabupaten Batu Bara
BP3KB perihal mohon penjelasan tertulis atas surat Bupati Asahan
No.1808376 tanggal 3 Oktober 2003 dan No. 1808308 tanggal 13 Oktober 2003. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa Mahkamah Agung tidak ada
kompetensi mengenai pembentukan kabupaten. Artinya bahwa surat permohonan fatwa yang dilakukan oleh Bupati Asahan adalah salah alamat
karena Mahkamah Agung tidak memiliki kompetensi terhadap persoalan pembentukan kabupaten.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
106
Kehadiran Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 76 Tahun 2003 telah merubah pendirian sebagian Anggota DPRD Kabupaten Asahan sehingga
lahirlah Jadwal Paripurna Khusus DPRD Kabupaten Asahan yang tertuang dalam surat DPRD Kabupaten Asahan No. 0052822 tentang Undangan
Sidang Paripurna Khusus DPRD Kabupaten Asahan dengan agenda : 1 Pengajuan Usul Pernyataan Pendapat 21 dua puluh satu orang Anggota
DPRD Kabupaten Asahan untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat dalam usaha pembentukan Kabupaten Batu Bara; 2 Pandangan terhadap
pengajuan usul pernyataan pendapat 21 dua puluh satu orang Anggota DPRD Kabupaten Asahan; 3 Bupati Asahan menyatakan pendapat tentang
pengajuan usul pernyataan pendapat 21 dua puluh satu orang Anggota DPRD Kabupaten Asahan; 4 Pernyataan pendapat 21 dua puluh satu
orang Anggota DPRD Kabupaten Asahan memberikan jawaban atas pandangan Anggota DPRD Kabupaten Asahan; 5 Penetapan keputusan
DPRD Kabupaten Asahan menerima atau menolak pernyataan pendapat Anggota DPRD Kabupaten Asahan menjadi pernyataan DPRD Kabupaten
Asahan. Dalam Rapat Paripurna Khusus yang telah dijadwalkan mengalami
kekisruhan yang disebabkan munculnya kelompok-kelompok yang mengahalangi berjalannya sidang paripurna. Intimidasi, teror dan
penyanderaan yang dilakukan kepada Anggota DPRD Kabupaten Asahan
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
107
ketika mengajukan usul pernyataan pendapat untuk menggagalkan sidang paripurna tersebut.
Akibat aksi teror tersebut, 21 dua puluh satu orang Anggota DPRD Kabupaten Asahan yang mengajukan usul pernyataan pendapat melaporkan
persoalan sekitar intimidasi ketika dalam menjalankan proses demokratisasi kepada Gubernur Sumatera Utara, Komisi II DPRD Provinsi Sumatera
Utara, Departemen Dalam Negeri, Komisi Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Komisi II DPR Republik Indonesia pada tanggal 28
Oktober 2002. Kemudian pada tanggal 11 Nopember 2002 DPRD Provinsi Sumatera Utara menerbitkan surat No. 693418Sekr yang ditujukan kepada
Gubernur Sumatera Utara yang menyatakan bahwa aspirasi masyarakat dari 3 tiga Kabupaten Asahan, Tapanuli Selatan dan Simalungun yang
menginginkan pemekaran disikapi dan direspon secara positif oleh DPR Republik Indonesia dan Departemen Dalam Negeri. Khusus Kabupaten
Asahan, Gubernur Sumatera Utara harus mengambil langkah-langkah preventif guna menghindari terjadinya konflik horizontal yang disebabkan
adanya masyarakat yang pro dan kontra. Selanjutnya DPR Republik Indonesia dalam hal ini Komisi II DPR Republik Indonesia akan
mengagendakan Rapat Kerja dengan Menteri Dalam Negeri dengan mengikutsertakan Gubernur Sumatera Utara, DPRD Sumatera Utara, Bupati
Asahan, Bupati Tapanuli Selatan dan Bupati Simalungun serta Panitia Pemekaran dari 3 tiga kabupaten tersebut.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
108
Melihat konflik horizontal yang terjadi di Kabupaten Asahan berkenaan dengan aspirasi masyarakat Batu Bara, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
menerbitkan surat tanggal 22 Oktober 2002 No. 9582SekrX2002 yang ditujukan kepada Bupati Asahan, bahwa Bupati Asahan agar mengupayakan
terpeliharanya iklim yang kondusif, mencegah terjadinya bentrokan massa serta akses-akses yang ditimbulkan oleh penggunaan kekuatan massa
berkaitan pro dan kontra pembentukan Kabupaten Batu Bara. DPRD Provinsi Sumatera Utara juga mengambil sikap tegas hingga
menerbitkan surat tanggal 22 Oktober 2002 No. 659718Sekr yang ditujukan kepada Ketua DPR Republik Indonesia dan Menteri Dalam
Negeri Perihal Pemekaran Kabupaten Asahan, bahwa DPRD Provinsi Sumatera Utara setelah mempelajari, maka pada prinsipnya DPRD Provinsi
Sumatera Utara tidak keberatan dan menudukung sepenuhnya terhadap Usul Pembentukan Kabupaten Batu Bara.
j. Ketika surat Gubernur Sumatera Utara tanggal 25 Oktober 2002
No. 13689532002 Perihal Pemekaran Kabupaten Asahan yang menyatakan bahwa implementasi otonomi harus dilakukan menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum, peraturan daerah lain dan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi. Kemudian, terbit pula surat Ketua-ketua Fraksi
DPRD Kabupaten Asahan tanggal 2 Desember 2003 ditujukan kepada
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
109
Ketua DPRD Kabupaten Asahan yang menjelaskan bahwa untuk sesegera mungkin menyikapi proses pembentukan Kabupaten Batu Bara sesuai
dengan hasil Rapat Pimpinan DPRD Kabupaten Asahan, dimana Ketua - ketua Fraksi yang ada di DPRD Kabupaten Asahan demi untuk memenuhi
aspirasi masyarakat, maka dibuatlah rekomendasi untuk memekarkan Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara.
k. Pada tanggal 3 Desember 2003 DPRD Kabupaten Asahan menerbitkan
surat No. 1353044 yang ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Perihal Menyikapi Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
No. 76 Tahun 2003. Surat tersebut menyatakan bahwa DPRD Kabupaten Asahan menampung dan tidak keberatan terhadap aspirasi masyarakat Batu
Bara serta akan meneruskan aspirasi masyarakat Batu Bara tersebut kepada Pemerintah Pusat. Hal ini terjadi akibat Bupati Asahan tetap menolak
pemekaran Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara dan tidak mengindahkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
No. 76 Tahun 2003 serta menolaknya dengan surat Bupati Asahan No. 1808376 tanggal 3 Maret 2003. Dengan kondisi ini, menyerahkan
sepenuhnya kepada kebijakan Pemerintah Pusat untuk mengambil langkah- langkah preventif, persuasif untuk mencegah terjadinya konflik horizontal.
Agar tidak terjadinya konflik horizontal yang berkepanjangan di Kabupaten Asahan, maka DPRD Kabupaten Asahan meminta Pemerintah Pusat untuk
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
110
dapat mengambil kebijaksanaan yang harus diterima dalam waktu tidak terlampau lama.
l. Pada tanggal 19 Desember 2003 Gubernur Sumatera Utara menerbitkan
surat No. 13511567 yang ditujukan kepada Bapak Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Perihal Penyampaian Usul Pembentukan Kabupaten
Batu Bara dan surat Ketua DPRD Provinsi Sumatera Utara tanggal 24 Desember 2003 No. 630018Sekr yang ditujukan kepada Bapak Menteri
Dalam Negeri Republik Indonesia Perihal Usul Pembentukan Kabupaten Batu Bara.
m. Terbit surat DPRD Provinsi Sumatera Utara No. 29118Sekr tanggal 17
Januari 2003 Perihal Pemekaran Wilayah ditujukan kepada Pimpinan DPR Republik Indonesia Cq. Ketua Komisi II DPR Republik Indonesia dan terbit
kembali surat DPRD Kabupaten Asahan tanggal 28 Mei 2004 No. 135990 ditujukan kepada Bupati Asahan agar Menerbitkan Rekomendasi
Persetujuan Pembentukan Kabupaten Batu Bara. n.
Berdasarkan aspirasi masyarakat Batu Bara dan kemauan politik Pemerintah Kabupaten Asahan dan DPRD Kabupaten Asahan maka
dicantumkanlah Biaya Pembentukan Kabupaten Batu Bara dianggarkan dalam APBD Kabupaten Asahan Tahun 2005, hal ini juga senada dengan
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 9032650.K2005 tentang Bantuan Dana dalam APBD Provinsi Sumatera Utara bagi calon Kabupaten
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
111
Batu Bara di Wilayah Provinsi Sumatera Utara kepada Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan Komisi II DPR Republik Indonesia.
o. Sikap inkonsistensi lembaga DPRD Kabupaten Asahan terhadap aspirasi
masyarakat Batu Bara dalam usaha mewujudkan Kabupaten Batu Bara terobati dengan terbentuknya Panitia Khusus Pemekaran Wilayah
Kabupaten Asahan oleh DPRD Kabupaten Asahan. p.
Dari data administratif yang perlu dilengkapi dalam rangka pemekaran wilayah Kabupaten Asahan untuk pembentukan Kabupaten Batu Bara
sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Departemen Dalam Negeri dari 12 dua belas yang harus dipenuhi telah terlengkapi, yaitu sebagai berikut :
1. Adanya aspirasi masyarakat untuk pembentukan Kabupaten Batu Bara
yang di sampaikan oleh GEMKARA - BP3KB surat
No. 11BP3KB.III2002 tanggal 11 Maret 2002. 2.
Surat Keputusan DPRD Kabupaten Asahan No.23KDPRD2005 tanggal 4 Agustus 2005 Perihal Persetujuan Pemekaran Wilayah
Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara.
3. Surat Usulan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara oleh Bupati Asahan No.1304634 tanggal 11 Juli 2005.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
112
4. Surat Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara No.11K2005 tanggal
18 Oktober 2005 Perihal Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara.
5. Surat Usulan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara dari Gubernur Sumatera Utara No.1307186 tanggal 27 Oktober 2005.
6. Kajian Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan menjadi Kabupaten
Asahan dan Kabupaten Batu Bara oleh Pemerintah Kabupaten Asahan. 7.
Peraturan Daerah Kabupaten Induk Kabupaten Asahan tentang Pembentukan Kecamatan No.28 Tahun 2000.
8. Peta wilayah Kabupaten Batu Bara sebagai calon kabupaten yang akan
dibentuk dan dilegalisir oleh Pemerintah Kabupaten Asahan dan kabupatenkota yang berbatasan dengan calon kabupaten.
9. Surat Keputusan DPRD Kabupaten Asahan tentang penetapan Ibukota
Kabupaten Batu Bara No. 24KDPRD2005 tanggal 4 Agustus 2005. 10.
Surat Keputusan DPRD Kabupaten Asahan tentang Kesanggupan Dukungan Dana dari Kabupaten Induk selama 3 tiga tahun berturut-
turut No.25KDPRD2005 tanggal 4 Agustus 2005. 11.
Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara untuk mengalokasikan dana bantuan kepada kabupaten yang baru dibentuk Kabupaten Batu Bara
dari APBD Provinsi selama 3 tiga tahun berturut-turut No.9032650.K2005 tanggal 20 Desember 2005, dan
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
113
12. Formulir isian data kelengkapan calon daerah otonom baru yang diisi
oleh pemerintahan kabupaten ditandatangani oleh Bupati dan Ketua DPRD Kabupaten Asahan.
Aspirasi masyarakat menuntut pemekaran wilayah Kabupaten Batu Bara yang disampaikan pada waktu expose.
Berdasarkan data yang ada, secara tertulis aspirasi masyarakat terdiri dari :
1. Anggota-anggota Alim Ulama dan Umat Kristen – Budha.
2. Kelompok masyarakat alim ulama, cerdik pandai, tokoh
masyarakat dan ketua adat. 3.
Lembaga adat Kabupaten Asahan. 4.
Kelompok masyarakat desa. 5.
Pemuda, wanita, perantauan, pemuka adat di rantau. Sesuai dengan hasil konfirmasi dengan berbagai
kalangan masyarakat yang ada di wilayah Batu Bara sangat mendukung pemekaran Kabupaten Asahan menjadi
Kabupaten Asahan dan Kabupaten Batu Bara melalui surat dukungan serta keikut sertaan masyarakat pada saat expose.
Selanjutnya dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam Keputusan DPRD Kabupaten Asahan No. 23KDPRD2005 tentang
Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Asahan untuk Pembentukan Kabupaten
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
114
Batu Bara dan Keputusan DPRD Kabupaten Asahan No. 25KDPRD2005 tanggal 4 Agustus 2005 tentang Kesanggupan Dukungan Dana kepada Pemerintah Kabupaten
Baru Hasil Pemekaran Kabupaten Asahan dan Keputusan DPRD Provinsi Sumatera Utara No. 11K2005 tanggal 18 Oktober 2005 tentang Persetujuan Terhadap
Rencana Pemekaran Kabupaten Batu Bara di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah telah melakukan kajian secara mendalam dan
menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan berkesimpulan bahwa Pemerintah perlu membentuk Kabupaten Batu Bara.
Beberapa waktu berselang kemudian, proses pemekaran wilayah Kabupaten Batu Bara dari laporan hasil kunjungan kerja Tim Kerja II PAH I Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia di Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 20 sd 22 Juni 2006 yang membidangi masalah pemekaran wilayah, diberikan tugas dan wewenang
untuk melakukan pengkajian dan penyusunan Rancangan Undang - undang tentang pembentukan provinsi kabupaten dan ibukota.
Dalam melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sumatera Utara telah ditinjau calon Kabupaten Batu Bara
yang merupakan pemekaran Kabupaten Asahan, calon Kabupaten Labuhan Batu Utara dan calon Kabupaten Selatan
yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Labuhan Batu, khususnya masalah letak calon ibukota calon kabupaten
daerah pemekaran.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
115
1. Kecamatan Lima Puluh sebagai calon Ibukota Batu Bara
pemekaran dari Kabupaten Asahan. 2.
Calon Kabupaten Labuhan Batu Selatan di Kota Pinang. 3.
Calon Kabupaten Labuhan Batu Utara di Kota Aek Kanopan.
Tabel. 11 Anggota Tim Kerja II PAH I DPD Republik
Indonesia yang melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 20 sd 22
Juni 2006 terdiri dari :
NO N A M A
PROVINSI
1 Drs.H.M. Kafrawi Rahim Ketua Tim Kerja II
Sumatera Selatan 2
Lundu Panjaitan, SH Sumatera Utara
3 Drs. Roger Tabigoin
Sumatera Tengah 4
Hj. Hariyanti Safrin, SH Lampung
5 Hj. Djamila Somad, B.Sc Bangka
Belitung 6 Drs.
H. Hasan
Jambi 7
Drs. A.D. Khaly Gorontalo
8 Drs.H. Harun Al Rasyid, M.Si
NTB 9
K.H. Sofyan Yahya, M.A Jawa Barat
Kunjungan Tim Kerja II PAH I DPD Republik Indonesia di Provinsi Sumatera Utara untuk menindaklanjuti aspirasi
masyarakat untuk pemekaran calon-calon kabupaten :
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
116
1. Calon Kabupaten Batu Bara sebagai pemekaran dari
Kabupaten Asahan dengan Ibukota Kecamatan Lima Puluh.
2. Calon Kabupaten Labuhan Batu Selatan sebagai
pemekaran dari Kabupaten Labuhan Batu dengan Ibukota Kota Pinang.
3. Calon Kabupaten Labuhan Batu Utara sebagai pemekaran
dari Kabupaten Labuhan Batu dengan Ibukota Aek Kanopan.
Proses acara kunjungan Tim Kerja II PAH I DPD Republik Indonesia di Provinsi Sumatera Utara meliputi :
1. Pertemuan dengan Asisten I Gubernur Sumatera Utara,
Muspida dan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dengan hasil pertemuan :
a. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sudah memberikan
rekomendasi ke Menteri Dalam Negeri tentang pembentukan pemekaran 3 tiga kabupaten, yaitu :
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
117
1. Calon Kabupaten Batu Bara sebagai pemekaran dari
Kabupaten Asahan. 2.
Calon Kabupaten Labuhan Batu dimekarkan menjadi 2 dua :
a. Calon Kabupaten Labuhan Batu Utara
b. Calon Kabupaten Labuhan Batu Selatan
3. Pemekaran di Tapanuli Selatan
b. Batas wilayah antara calon Kabupaten Batu Bara
sebagai pemekaran Kabupaten Asahan dan calon Ibukota Batu Bara di Kecamatan Lima Puluh dengan
kecamatan lain dan perbatasan secara alam sehingga tidak akan menimbulkan masalah dikemudian hari.
c. Pembentukan pemekaran wilayah yang baru nanti
supaya secara rinci menyebutkan atau mencantumkan titik koordinat batas yang jelas antara daerahnya
sehingga tidak akan timbul masalah dimasa yang akan datang.
2. Meninjau PT. Inalum Peleburan Aluminium di Kuala
Tanjung serta meninjau bagaimana proses peleburan bahan baku dari kapal laut sampai ke pabrik Peleburan
Aluminium.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
118
3. Meninjau kantor dinas Bupati sementara Kabupaten Batu
Bara. 4.
Pertemuan dengan Camat dan Tokoh Masyarakat Kecamatan Lima Puluh, dimana tokoh masyarakat
mengemukakan bahwa calon ibukota dan batas wilayah tidak ada masalah jika menetapkan Kecamatan Lima
Puluh menjadi Ibukota Batu Bara. 5.
Meninjau lahan seluas 200 hektar untuk fasilitas umum dan perkantoran yang saat ini masih dikelola oleh PTPN III
dan PT. Kwala Gunung yang dipersiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Asahan.
6. Pertemuan dengan Wakil Bupati Asahan, DPRD Kabupaten
Asahan, Muspida beserta tokoh masyarakat dan tokoh adat setempat dengan kesimpulan :
a. Agar DPD Republik Indonesia dapat membuat surat
rekomendasi ke DPR Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri untuk secepatnya Kabupaten Batu Bara
terbentuk. b.
Sudah ada kajian dengan Menteri Dalam Negeri mengenai peta batas wilayah induk dengan daerah
kabupaten pemekaran batas alam, peta Kabupaten
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
119
Asahan setelah pemekaran dengan telah diberikannya kepada Menteri Dalam Negeri peta Kabupaten Batu Bara
secara komprehensif. c.
Mengenai batas wilayah tidak akan ada terjadi perselisihan.
d. Sudah diadakan inventarisasi aset-aset daerah dengan
tujuan tidak timbul permasalahan dikemudian hari, dengan Pendapatan Asli Daerah PAD dan Pajak Bumi
dan Bangunan Rp. 61.919.543.205,- e.
Kabupaten Asahan berjanji akan memberikan bantuan dana kepada Kabupaten Batu Bara sebesar 5 sd 10 M.
Setelah melakukan peninjauan wilayah Batu Bara sebagai pemekaran Kabupaten Asahan dan calon Ibukotanya Kecamatan Lima Puluh telah memenuhi
seluruh persyaratan secara administrasi, teknis maupun fisik kewilayahan dan pada prinsipnya telah memenuhi syarat untuk dimekarkan. Kemudian Dewan Perwakilan
Daerah Republik Indonesia memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada DPR Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri tentang Pembentukan Kabupaten
Batu Bara.
4.2.3 Kabupaten Batu Bara Terbentuk dengan Usul Inisiatif DPR Republik
Indonesia
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
120
Menjelang masa persidangan DPR Republik Indonesia akhir 2006 terbit surat DPR Republik Indonesia No. RU.026645DPR-RI2006 tanggal 31 Agustus
2006 Perihal Rancangan Undang-undang Pembentukan 12 dua belas KabupatenKota Se-Indonesia oleh DPR Republik Indonesia yang didalamnya tidak
termasuk calon Kabupaten Batu Bara.
Dengan tidak masuknya Batu Bara dalam agenda DPR Republik Indonesia, banyak kalangan masyarakat menilai Pemerintah Kabupaten Asahan terutama Panitia
Khusus Pemekaran Kabupaten Asahan dan DPRD Kabupaten Asahan telah gagal mengemban amanat masyarakat Batu Bara dengan bukti nyata bahwa usaha yang
dilakukan oleh Pemerintahan Kabupaten Asahan telah gagal. GEMKARA sebagai pelopor perjuangan pembentukan Kabupaten Batu Bara
merasa terkejut atas kabar tersebut. Namun, berkat kegigihan pimpinan GEMKARA berhasil melakukan pendekatan persuasif kepada Pemerintah Pusat yang akhirnya
terbit surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada tanggal 9 Oktober 2006 No. 1352389SJ perihal Usul DPR Republik Indonesia mengenai 12 dua belas
Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Kabupaten Kota kepada Bapak Presiden Republik Indonesia yang pada akhirnya Batu Bara menjadi sebuah
kabupaten otonom. Hal ini didukung oleh Amanat Presiden Republik Indonesia Bapak DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 8 Nopember 2006 No. R-
92PRES112006 ditujukan kepada Ketua DPR Republik Indonesia Perihal Lima Rancangan Undang-undang Pembentukan Kabupaten termasuk Kabupaten Batu
Bara untuk dibahas DPR Republik Indonesia guna mendapatkan persetujuan.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
121
Pembentukan Kabupaten Batu Bara dari hasil pembahasan DPR Republik Indonesia berdasarkan usul Pemerintah disebabkan oleh banyak faktor selain telah
terpenuhinya persyaratan sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yaitu salah satunya lebih didasarkan pada kondisi khusus pemekaran wilayah tersebut yang
diwarnai tingginya dinamika dan tingkat apresiasi masyarakat serta kurun waktu yang menyertainya cukup lama. Faktor lainnya adalah Pembentukan Kabupaten Batu
Bara melalui Usul Inisiatif DPR Republik Indonesia pernah mengalami kegagalan.
4.2.4 Tokoh Central Perjuangan Pembentukan Kabupaten Batu Bara
Usaha masyarakat Batu Bara yang diwujudkan secara totalitas memperjuangkan Kabupaten Batu Bara sejak dideklarasikannya sampai saat
diresmikannya pada tanggal 15 Juni 2007 tidak terlepas dari prakarsa Bapak OK Arya Zulkarnain, SH, MM. Atas partisipasinya secara moril dan materil
pergerakan mewujudkan kabupaten Batu Bara telah sampai pada tujuannya yaitu Batu Bara sebagai wilayah sejarah kedatukan beridiri sendiri menjadi sebuah
kabupaten otonom Batu Bara. Pria kelahiran Solo 24 Maret 1956 ini adalah merupakan keturunan ke-7 dari
Datuk Panglima Akas yang Bergelar Sebiji Diraja Bantu. Datuk Panglima Akas merupakan Raja terakhir Kerajaan Tanah Datar yang menjabat sebagai Syahbandar
Sistem pemerintahan di Batu Bara waktu itu ialah Bendahara dan dibawahnya terdapat sebuah Dewan yang anggota-anggotanya di pilih oleh Datuk-datuk yang
anggotanya terdiri dari : Syahbandar tetap dipilih orang yang berasal dari suku Tanah
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
122
Datar, Juru Tulis tetap dipilih orang yang berasal dari suku Lima Puluh, Mata-mata tetap dipilih orang yang berasal dari suku Lima Laras, Penghulu Batangan tetap
dipilih orang yang berasal dari suku Pesisir. Dalam Sistem Bendahara pada Pemerintahan Batu Bara, Datuk Panglima
Akas diperkirakan memimpin kedatukan Tanah Datar pada tahun 1850 – 1875. Sebagai keturunan ke-7, kini ia mengemban sebuah amanah untuk memegang
Stempel Cap Simbol Raja Kedatukan Tanah Datar sebagai simbol kejayaan Datuk- datuk di wilayah Batu Bara.
Sebagai seorang birokrat murni ia memiliki pengalaman kerja sebagai Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Kota Medan, Kepala Bagian Keuangan
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kepala Dinas Pendapatan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Kepala Dinas Pendapatan Pemerintah Kabupaten Serdang
Bedagai, dan Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Serdang Bedagai, Kepala Dinas Pendapatan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai dan saat ini
sebagai Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Batu Bara.
Dalam bidang pengelolaan keuangan daerah beliau selalu berhasil memperjuangkan agar daerah dimana ia bertugas mendapatkan dana yang layak dan
cukup dari Pemerintah Pusat. Prestasi kerjanya sebagai Kepala Dinas Pendapatan Daerah selalu mendapatkan penghargaan Tunggal PBB atas prestasi perolehan pajak
100 dalam pengelolaan kekayaan daerah.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
123
APBD pertama Kabupaten Serdang Bedagai dan 51 lima puluh satu Peraturan Daerah yang terbentuk di Kabupaten Serdang Bedagai adalah karya nyata
selaku Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Atas prestasinya dibidang pemerintahan pada tanggal 17 Agustus 2007
Presiden Republik Indonesia Bapak DR.H.Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan Tanda Jasa dan Kehormatan Satya Lencana Wira Karya kepada
OK. Arya Zulkarnain, SH, MM, di Jakarta.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
124
Gambar. 3 Photo bersama beberapa orang Kepala Daerah Se-Indonesia
sesaat setelah upacara Penganugerahan Tanda Jasa dan Kehormatan Satya Lencana Wirakarya dari Presiden
Republik Indonesia di Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, Jakarta.
Berkat usaha dan perjuangan OK. Arya Zulkarnain, SH,MM bersama masyarakat Batu Bara, akhirnya ditetapkan wilayah Batu Bara menjadi daerah
otonom yang disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Ad Interim RI Yusril Ihza Mahendra dengan Undang-undang RI No. 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Batu Bara di Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 2 Januari 2007 dalam Lembaran Negara RI No. 7 Tahun 2007.
4.2.5 Stakeholder Dalam Pemekaran Wilayah Kabupaten Batu Bara
Proses pemekaran wilayah Batu Bara yang tujuan utamanya sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000 adalah untuk
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, percepatan kehidupan demokrasi, pembangunan ekonomi daerah dan potensi daerah, peningkatan keamanan dan
ketertiban, serta hubungan pusat dan daerah, agar kesejahteraan masyarakat segera terwujud. Namun, apabila kebijakan pemekaran wilayah sangat syarat dengan
kepentingan yang diperankan oleh aktor-aktor kebijakan, yaitu elit-elit lokal maka akan membuka peluang yang begitu besar bagi para pihak elit lokal tersebut untuk
duduk dilegislatif maupun dibirokrasi dan kepentingan masyarakat pun jadi terabaikan.
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
125
Dibalik upaya yang dilakukan oleh Ketua GEMKARA dan BP3KB yang terus memperjuangkan dan mengupayakan dukungan masyarakat melalui
penggalangan masa dan sosialisasi yang dilakukan hingga ke desa-desa dan kelurahan di seluruh wilayah Batu Bara ternyata bahwa aktor ini memiliki kepentingan untuk
duduk di dalam jabatan Bupati Batu Bara. Dengan terbentuknya Kabupaten Batu Bara maka peluang untuk merebut jabatan Bupati Batu Bara semakin terbuka, apalagi
figur ini dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai orang yang paling berkompeten dan menentukan dibalik kesuksesan pembentukan daerah Kabupaten
Batu Bara. Kepentingan stakholders lainnya seperti DPRD, Partai Politik dan kelompok
kepentingan sehubungan dengan tuntutan mereka untuk membentuk daerah Kabupaten Batu Bara adalah untuk membuka peluang menduduki jabatan anggota
DPRD, memperluas jaringan partai, dan akses untuk mempengaruhi Pemerintah Kabupaten Batu Bara. Dengan terbentuknya Kabupaten Batu Bara, hingga saat ini
tercatat sejumlah partai politik baru telah membuka cabang di Kabupaten Batu Bara. Dengan demikian maka telah tersedia channel bagi anggota partai politik yang
sekaligus merupakan anggota masyarakat untuk menduduki jabatan-jabatan partai politik yang nantinya sangat berpeluang dalam merebut kursi anggota DPRD
Kabupaten Batu Bara. Demikian halnya dengan kelompok kepentingan yang memainkan peran sebagai kelompok penekan akan terbuka peluang untuk
mempengaruhi pemerintah dan kemudian mendapatkan keuntungan baik secara
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
126
politik maupun ekonomi ketika program-program pembangunan ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Batu Bara.
Sementara itu bagi kalangan eksekutif, Pembentukan Daerah Kabupaten Batu Bara akan menciptakan “lapangan pekerjaan baru” yang secara langsung akan
berdampak pada peningkatan pendapatan melalui pemberian tunjangan jabatan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari pembentukan struktur organisasi pemerintah
daerah Kabupaten Batu Bara. Dengan demikian maka mau tidak mau, harus ada jabatan-jabatan baru yang harus dibentuk untuk melaksanakan roda pemerintahan
daerah Kabupaten Batu Bara. Masyarakat Batu Bara, berdasarkan list yang diedarkan untuk menanyakan
persetujuan atau dukungan dapat dilihat bahwa seluruh lapisan masyarakat sepakat untuk mendukung pembentukan daerah Kabupaten Batu Bara. Hal ini mungkin dapat
dipandang sebagai wujud kinerja GEMKARA dan BP3KB yang berhasil meyakinkan masyarakat Batu Bara bahwa dengan terbentuknya Kabupaten Batu Bara maka
pelayanan kepada masyarakat akan menjadi lebih efisien dan lebih terjangkau, baik secara finansial maupun dari jarak dan waktu pelayanan serta upaya untuk
mengembangkan potensi wilayah Batu Bara menjadi lebih baik. Untuk menjawab masalah fenomena penelitian tersebut, maka secara teoritis
dapat dijelaskan sebagai upaya untuk mengenali masalah pemekaran wilayah Kabupaten Batu Bara dalam perspektif kebijakan publik dapat dipandang sebagai
proses interaksi berbagai kelompok kepentingan dalam proses politik, melibatkan sejumlah aktor dan dipengaruhi oleh kepentingan yang melekat pada kelompok
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
127
ataupun aktor tersebut. Proses lahirnya kebijakan publik dalam hal ini kebijakan pembentukan Kabupaten Batu Bara merupakan suatu rangkaian kegiatan atau langkah
tindakan para aktor stakeholders. Berdasarkan pemahaman tersebut maka desakan stakeholders dan tindakan
pemerintah membentuk daerah Kabupaten Batu Bara dapat dilihat sebagai suatu proses kelompok dan pengambilan keputusan. Dalam proses tersebut dapat dipandang
sebagai kehendak dari elit daerah. Oleh karena itu maka pembentukan daerah Kabupaten Batu Bara merupakan proses interaksi berbagai kelompok dan elit beserta
dengan kepentingan mereka masing-masing. Kemudian, apabila masalah kebijakan publik pemekaran wilayah Batu Bara
tidak memuaskan keinginan masyarakat maka besar kemungkinan kerawanan konflik akan terjadi. Oleh karena itu secara teoritis para stakeholders yang terlibat dalam
proses pengambilan kebijakan tersebut harus independen dalam arti tidak dipengaruhi oleh persepsi, sikap serta kepentingan-kepentingan yang diwakilinya. Karena kondisi
tersebut sangat mempengaruhi penetapan kebijakan policy decision. Policy decision menurut Anderson dalam Wibawa adalah pemeliharaan alternatif rancangan
kebijakan mana oleh para aktor yang terlibat dalam konversi dan ditetapkan untuk menjadi output kebijakan Wibawa; 1994 , 25. Di sinilah dituntut kejelian elit lokal
daerah dan pejabat publik untuk memahami kebutuhan masyarakat terhadap masalah publik yang dihadapi. Lebih jauh lagi tidak hanya memahami, tapi mengambil
langkah langkah kebijakan yang tepat dan dapat memuaskan masyarakat yang dipimpinnya. Jadi artinya dalam hal ini bahwa para aktor kebijakan elit lokal daerah
Ahmad Muzzawir: Analisis Kebijakan Pemekaran Wilayah kabupaten Batu Bara Dalam Perspektif Peraturan Pemerintah No. 329 Tahun 2000, 2008.
USU e-Repository © 2008
128
dalam merumuskan masalah dan mengambil suatu kebijakan pemekaran wilayah Batu Bara harus benar-benar mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun
2000 yaitu untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, percepatan kehidupan demokrasi, pembangunan ekonomi daerah dan potensi daerah, peningkatan keamanan
dan ketertiban, serta hubungan pusat - daerah, agar kesejahteraan masyarakat terwujud.
4.3 Analisis Data