Mekanisme Penyebaran Penyakit Filariasis

bancrofti tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya. Penyakit kaki gajah Wuhereria bancrofti tipe pedesaan masih banyak ditemukan di Provinsi Irian Jaya dan beberapa daerah lain di Indonesia, sedangkan Wuchereria bancrofti tipe perkotaan dan sekitarnya seperti Jakarta, Bekasi, Semarang, tangerang, Pekalongan dan Lebak Banten. Penyakit kaki gajah malayi tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Pulau Seram. Penyakit kaki gajah timori terdapat di kepulauan Flores, Alor, Rote, Timori dan Sumba, umumnya endemik di daerah persawahan. Pengetahuan tentang epidemiologi penyakit kaki gajah harus dipahami untuk mencapai keberhasilan upaya pencegahan. Epidemiologi penyakit kaki gajah mencakup pengetahuan tentang penyebab penyakit agen, hospes manusia yang rentan dan beberapa jenis hewan, vektor sebagai penular penyakit, lingkungan yang sesuai untuk tertahannya penyakit Achmadi, 2004b, http:health- IRc.or.idSPM, 2004

2.2. Mekanisme Penyebaran Penyakit Filariasis

2.2.1. Agen Penyebab filariasis Penyebab filariasis adalah parasit nematode jaringan. Ada tiga jenis nematoda jaringan yang ditemukan di Indonesia sebagai penyebab filariasis yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori Ditjen PPM PL, 2002. a. Wuchereria bancrofti. Wuchereria bancrofti merupakan parasit manusia yang menyebabkan filariasis bancrofti atau wuchereriais bancrofti. Penyakit ini tergolong ke dalam Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 filariasis limfatik. Parasit ini tersebar luas di daerah yang beriklim tropis. Cacing dewasa jantan dan betina hidup disaluran dan kelenjar limfe, bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 65-100 mmx0,25 mm dan yang jantan 40 mm x 0,1 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung dengan ukuran 250-300. Mikrofilaria ini hidup di dalam darah dan terdapat dialiran darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja, jadi mempunyai periodisitas. Pada umumnya mikrofilaria Wuchereria bancrofti bersifat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria hanya terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam hari. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam paru-paru, jantung, ginjal dan sebagainya. Daur hidup Wuchereria bancrofti memerlukan waktu sangat panjang. Masa pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk kira-kira 2 minggu dan masa pertumbuhan parasit didalam tubuh manusia kira-kira 7 bulan. Di daerah perkotaan parasit ini ditularkan oleh nyamuk Culex quinguefasciatus. Di pedesaan vektor penularannya berupa nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes Ditjen PPMPL, 2002. b. Brugia malayi Brugia malayi dapat dibagi dalam dua varian yaitu yang hidup pada manusia dan yang hidup manusia dan hewan, misalnya kucing, kera dan lain-lain. Penyakit yang disebabkan oleh Brugia malayi disebut filariasis malayi. Cacing dewasa jantan dan betina hidup di saluran dan pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 55 mm x 0,16 mm dan yang jantan 22- 23 mm x 0,09 mm, dan cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 Ukuran mikrofilaria Brugia malayi adalah 200-260 mikron x 8 mikron. Perioditas mikrofilaria Brugia malayi adalah periodik nokturna, sub periodik nokturna, atau non periodik mikrofilaria terdapat dalam darah tepi siang dan malam, tetapi jumlahnya lebih banyak pada waktu malam hari. Daur hidup didalam nyamuk kurang dari 10 hari dan pada manusia kurang dari 3 bulan. Brugia malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris dan yang hidup pada hewan di tularkan nyamuk mansonia Ditjen PPMPL, 2002. c. Brugia timori Penyakit yang di sebabkan oleh Brugia timori disebut filariasis timori. Cacing dewasa betina dan jantan hidup di saluran dan pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti benang dan berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 21-39 mm x 0,1 mm dan yang jantan 13-23 mm x 0,08 mm. Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Ukuran mikrofilaria Brugia timori adalah 280 – 310 mikron x 7 mikron. Perioditas mikrofilaria Brugia timori adalah periodik nokturna. Daur hidup didalam nyamuk kurang dari 10 hari dan pada manusia kurang dari 3 bulan. Brugia timori yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris. 2.2.2. Hospes Pada dasarnya semua manusia dapat terjangkit penyakit kaki gajah apabila digigit nyamuk vektor yang infektif mengandung larva stadium 3. Vektor infektif mendapat mikrofilaria dari orang-orang setempat yang mengidap mikrofilaria dalam darahnya. Pada kenyataannya disuatu daerah endemis tidak semua orang terinfeksi Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 dan semua orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Meskipun tanpa gejala tetapi sudah terjadi perubahan-perubahan patologis. Semakin lama pendatang menempati daerah endemis kaki gajah maka akan lebih besar kemungkinan terkena infeksi misalnya transmigran lebih banyak menunjukkan gejala, tetapi pada pemeriksaan darah jari lebih sedikit yang mengandung mikrofilaria atau dengan kata lain biasanya pendatang baru ke daerah endemik lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita dari pada penduduk asli. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan infeksi exposure sebagai contoh sering melakukan kerja malam atau berkumpul di luar pada waktu tengah malam. Juga gejala penyakit lebih nyata pada laki-laki karena pekerjaan fisik yang lebih berat dari pada pekerjaan fisik wanita. Tipe Brugia malayi sub periodik yang dapat hidup pada hewan yang dapat hidup di hospes perantara. Hospes perantara yang terpenting adalah kera terutama jenis presbytis, di samping kucing walaupun tingkat prevalensi umumnya rendah Ditjen PPMPL, 2002.

2.3. Vektor

Dokumen yang terkait

Pengaruh Lingkungan Rumah dan Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara

0 33 173

Pengaruh Karakteristik Masyarakat Petani Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Alue Drien Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur Tahun 2005

1 35 79

Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007.

0 27 101

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG FILARIASIS TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Filariasis Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Daerah Pantura Kabupaten Su

0 4 16

SKRIPSI PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG FILARIASIS TERHADAP Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Filariasis Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Daerah Pantura Kabupaten Subang.

0 3 17

PENDAHULUAN Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Filariasis Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Daerah Pantura Kabupaten Subang.

0 3 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DBD DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DBD Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit DBD Dengan Upaya Pencegahan DBD Di Desa Sukorejo Musuk Boyolali.

0 1 15

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG.

0 0 1

Pengaruh Lingkungan Rumah dan Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara

0 0 44

PENGARUH LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

0 0 18