Topografi Demografi Karakteristik masyarakat yang berhubungan dengan penyakit filariasis

2.5. Topografi

Topografi adalah rata-rata jarak ketinggian kontur suatu wilayah yang dihitung dari permukaan laut. Topografi berpengaruh terhadap perkembangbiakan nyamuk. Setiap kenaikan 100 meter suatu tempat maka selisih suhu udara dengan tempat semula adalah setengah derajat celcius. Bila perbedaan tempat cukup tinggi maka perbedaan suhu udara juga akan cukup banyak dan akan mempengaruhi pula faktor-faktor yang lain, seperti penyebaran nyamuk, siklus pertumbuhan parasitlarva didalam tubuh nyamuk dan musim penularan. Susunan geologi mempengaruhi kesuburan tanah dan penyerapan air oleh tanah. Kesuburan tanah akan mempengaruhi kehidupan nyamuk seperti tempat hinggap istirahat, sumber makanan serta musuh alami nyamuk. Penyerapan air oleh tanah akan mempengaruhi lama genangan air di tanah, yang berarti dapat tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk breading places. Jentik-jentik nyamuk Mansonia sp dan Culex sp lebih menyukai genangan air yang sudah lama, tetapi jentik Anopheles ada yang menyukai genangan- genangan air yang baru Depkes RI, 2001.

2.6. Demografi

Pola penyakit di wilayah yang penduduknya belum berkembang secara sosial dan ekonomi, berlainan dengan pola penyakit disuatu wilayah yang penduduknya lebih maju secara sosial dan ekonomi. Perubahan dalam pola penyebaran dan prevalensi penyakit banyak disebabkan oleh pengaruh dan intervensi manusia Loedin, 1992 dalam Raharjo, 1998. Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008

2.7. Iklim

Iklim adalah salah satu komponen lingkungan fisik yang terdiri atas suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya dan angin. Iklim ada dua macam, yaitu iklim makro dan iklim mikro. Iklim makro adalah keadaan cuaca rata-rata di suatu daerah. Sedangkan iklim mikro adalah modifikasi sampai satu tingkat tertentu dari keadaan- keadaan iklim makro. Perbedaan suhu dan kelembaban udara dalam beberapa derajat dapat terjadi diantara iklim mikro dan iklim makro. Faktor iklim mempengaruhi kejadian dan penyebaran penyakit infeksi secara langsung maupun tidak langsung baik terhadap mikroorganisme pathogennya, vektor, reservoir dan penjamu seperti malaria, schistosomiasis, filariasis, pes, rift valolley dan DBD. Perubahan iklim dapat berdampak negatif terhadap kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung berakibat pada peningkatan berbagai kejadian penyakit, termasuk penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor Suroso, 2001. Iklim juga berpengaruh terhadap media transmisi penyakit, misalnya vektor akan berkembang biak dengan optimum apabila suhu, kelembaban, zat hara semua semua tersedia dalam jumlah yang optimum untuk kehidupannya. Pada keadaan optimum, nyamuk akan cepat sekali berubah dari fase telur mencapai fase dewasa, misalnya 7 hari atau kurang. Sedangkan apabila lingkungan tidak mengizinkan, maka siklus ini akan sangat berlangsung lama Sumirat, 2000. Menurut Tjasyono 1995 dalam Setyawati 2004, ada 2 aspek dasar pengaruh iklim pada penyakit, pertama adalah hubungan faktor iklim terhadap organisme penyakit atau penyebarannya dan kedua adalah pengaruh cuaca dan iklim Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 terhadap ketahanan tubuh. Banyak penyakit yang berkaitan dengan iklim dan musim tertentu, terutama dengan suhu dan kebasahan. Sejumlah parasit yang menyerang manusia terbatas pada daerah tropis dan subtropis yang panas dan lembab. Beberapa penyakit tergantung pada binatang perantara dan terbatas pada lingkungan yang menguntungkan hewan tersebut, seperti demam kuning dan penyakit malaria disebabkan oleh jenis nyamuk tertentu yang berkembang biak dengan pesat didaerah beriklim tropis. Dampak perubahan iklim yang mungkin pada sisi kesehatan adalah pengaruh langsung terhadap fisik dan psikis manusia dan tidak langsung melalui perantara seperti virus, bakteri, nyamuk, lalat dan lain-lain atau kejadian lingkungan yang ekstrem seperti banjir atau kekeringan Winarso, 2001. 2.7.1. Curah Hujan Banyaknya hujan mempengaruhi kelembaban udara dan suhu. Hujan selain menyebabkan naiknya kelembaban nisbi udara juga menambah jumlah tempat perkembangbiakan breading places. Curah hujan yang lebat menyebabkan bersihnya tempat perkembangbiakan vektor, karena jentiknya hanyut dan mati. Kejadian penyakit yang disebabkan oleh nyamuk biasanya meningkat beberapa waktu sebelum atau sesudah musim hujan lebat. Curah hujan yang tidak terlalu lebat tetapi dalam jangka waktu lama, akan memperbesar kesempatan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik Raharjo, 1998. Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 2.7.2. Suhu udara Nyamuk adalah hewan berdarah dingin dan karenanya proses-proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Suhu rata- rata optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-27 derajat celcius. Nyamuk dapat bertahan hidup dalam suhu rendah, tetapi proses metabolismenya menurun bahkan terhenti bila suhu turun sampai di bawah suhu kritis dan pada suhu yang sangat tinggi akan mengalami perubahan proses fisiologisnya. Pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10 derajat celcius atau lebih dari 40 derajat celcius. Toleransi terhadap suhu tergantung pada species nyamuknya, tetapi umumnya suatu species tidak akan tahan lama bila suhu lingkungan meninggi 5-6 derajat celcius diatas batas dimana species secara normal dapat beradaptasi. Kecepatan perkembangan nyamuk tergantung dari kecepatan proses metabolisme yang sebagian diatur oleh suhu. Suhu yang tetap lebih dari 27-30 derajat celcius akan mengurangi rata-rata umur populasi nyamuk Depkes RI, 2001.

2.7.3. Kelembaban udara

Umur Longevity nyamuk dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kalau dalam udara ada kekurangan air yang besar, maka udara ini mempunyai daya penguapan yang besar. Sistem pernafasan pada nyamuk adalah menggunakan pipa udara yang disebut spiracle. Adanya spiracle yang terbuka tanpa ada mekanisme pengaturnya, pada waktu kelembaban rendah akan menyebabkan penguapan air dari dalam tubuh nyamuk mengakibatkan keringnya cairan tubuh nyamuk. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan. Kebutuhan kelembaban yang tinggi mempengaruhi nyamuk untuk Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 mencari tempat yang lembab dan basah di luar rumah sebagai tempat istirahat pada siang hari, oleh karena kelembaban yang tinggi tidak terdapat di dalam rumah kecuali di daerah-daerah tertentu. Pada kelembaban kurang dari 60 umur nyamuk akan menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk siklus pertumbuhan mikrofilaria di dalam tubuh nyamuk Achmadi, 2001a.

2.8. Karakteristik masyarakat yang berhubungan dengan penyakit filariasis

Karakteristik yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit infeksi, salah satunya penyakit filariasis di samping adanya bibit atau kuman penyakit, dapat juga berhubungan dengan beberapa karakteristik antara lain status sosial ekonomi, pendidikan, pengetahuan, sikap, keyakinan, sarana prasaran, perilaku petugas, peyuluhan dan informasi. 2.8.1. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi adalah tingkat pendapatan penduduk, semakin tinggi pendapatan penduduk semakin tinggi pula persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang makanan, juga semakin tinggi pendapatan keluarga semakin baik pula status gizi masyarakat BPS, 2006. Tingkat ekonomi yang mapan memungkinkan anggota keluarga untuk memperoleh kebutuhan yang lebih misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika ekonomi lemah maka menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Keadaan sosial ekonomi kemiskinan, orang tua yang bekerja atau penghasilan rendah yang memegang peranan penting dalam meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 pekerjaan orang tua erat kaitannya dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat dibanding dengan penghasilan rendah, akan berdampak pada kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam hal mengunjungi pusat pelayanan kesehatan Zacler, 1969 dalam Notoatmodjo, 1997. Pendapatan merupakan ukuran yang sering digunakan untuk melihat kondisi status sosial ekonomi pada suatu kelompok masyarakat. Semakin baik kondisi ekonomi masyarakat semakin tinggi persentase yang menggunakan jasa kesehatan, data survey kesehatan nasional tahun 1992 memperlihatkan rata-rata penggunaan pelayanan kesehatan berhubungan dengan meningkatnya pendapatan, baik pada pria maupun wanita, oleh karena itu status sosial ekonomi berhubungan dengan kondisi seseorang, keluarga dan masyarakat Depkes RI, 2000. 2.8.2. Pendidikan Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada kedewasaan. Sedangkan pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna mencapai perubahan dan tingkah laku Notoatmodjo, 1997. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 a. Input adalah sasaran pendidikan individu, kelompok, masyarakat, dan pendidikan pelaku pendidikan. b. Proses upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain. c. Output melakukan apa yang diharapkan atau perilaku Notoatmodjo, 2003. Menurut Notoatmodjo 1996 konsep dasar dari pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, perubahan kearah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang sehingga dapat menghasilkan perubahan perilaku pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Mariani 1998 mengatakan bahwa pengetahuan dan pendidikan formal serta keikutsertaan dalam pendidikan non formal dari orang tua dan anak-anak sangat penting dalam menentukan status kesehatan, fasilitas dan status gizi keluarga seperti halnya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Hal ini akan membantu pula memperlancar komunikasi serta mempengaruhi pemberian dan penerimaan informasi tentang kesehatan dan dapat lebih mudah diterima oleh individu dan masyarakat sehingga mereka mampu menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam kehidupan sehari-hari. Koentjoroningrat 1997 mengatakan pendidikan adalah kemahiran menyerap pengetahuan akan meningkat sesuai dengan pendidikan seseorang dan kemampuan ini berhubungan erat dengan sikap seseorang terhadap pengetahuan yang diserapnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah untuk dapat menyerap pengetahuan. Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 2.8.3. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang over behavior Bloom, 1908 dalam Notoatmodjo, 2003. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indera peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. a. Proses adaptasi perilaku Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2003, dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru, dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu : i. Awarenes kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus obyek. ii. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus. Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 iii.Evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. iv.Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. v.Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. b. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif i. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. ii. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang dilakukan dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan sebagainya terhadap yang dipelajari. iii. Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real. Aplikasi disini diartikan sebagai Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 penggunaan hukum-hukum, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. iv. Analisis Analysis Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. v. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden Notoatmodjo, 2003. 2.8.4. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku Bloom 1908 dalam Notoatmodjo 2003. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Menurut Newcomb, menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang ada dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Allport 1954 dalam Notoatmodjo 1993, sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu ; kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu obyek, kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu obyek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Menurut Purwanto 1999 sikap dapat dibedakan dalam : a. Sikap positif, yaitu kecenderungan pendidikan mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. b. Sikap negatif terhadap kecenderungan pendidikan untuk menjalani, menghindari, membenci dan tidak menyukai obyek tertentu. Purwanto 1999 juga mengatakan bahwa sikap mempunyai tingkatan- tingkatannya yakni: Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 a. Menerima Receiving Menerima diartikan bahwa orang subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. b. Merespon Responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide tersebut. c. Menghargai Valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu-ibu lain untuk pergi menimbang anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung jawab Responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko, adalah merupakan sikap yang paling tinggi, meski mendapat tantangan dari pihak lainnya. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung, dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 pertanyaan-pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden Notoatmodjo, 2003. Sebagaimana dikemukakan oleh para ahli seperti Gerungan 1996, Ahmadi 1999, Sarwono 2000 dan Walgito dalam Notoatmodjo 2003 menyatakan ciri-ciri sikap yaitu : a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan obyeknya. b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada seseorang tersebut. c. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap sesuatu. d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. 5. Pembentukan dan perubahan sikap Menurut Sarwono 2000 dalam Sumaryono 2004 pembentukan dan perubahan sikap melalui beberapa cara yaitu : a. Adopsi yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap. Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 b. Diferensiasi yaitu dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri. c. Integrasi yaitu pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu. d. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan. 2.8.5. Keyakinan Menurut Adler dan Rodman 1991 dalam Purwanto 2000 suatu kepercayaan adalah keyakinan tentang kebenaran sesuatu yang didasarkan pada budaya dimana ia dibesarkan. Ia merupakan kepercayaan keyakinan pada harga sebuah konsep. Nilai-nilai biasanya diwujudkan dalam sistem moral atau agama yang kompleks yang ditemukan pada semua budaya dan masyarakat. Kepercayaan keyakinan menurut Niven 1989 dalam Purwanto 2000 adalah sesuatu yang didapatkan ; dengan kata lain orang tidak lahir dengan membawa mereka. Hampir semua kepercayaan keyakinan dan nilai-nila dasar didapatkan dari mereka yang paling berpengaruh dalam hidup seseorang, orang tua, kakak-adik, guru, teman dan tokoh-tokoh media. Menurut Anderson 1974 dalam Notoatmodjo 2003 tenaga kesehatan dapat mengajak kerja sama tokoh model peran yang dianggap sangat berpengaruh didalam masyarakat, agar dapat diupayakan perubahan-perubahan dari kebiasaan- kebiasaan yang dapat memperburuk bagi kesehatannya, meliputi pencegahan Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 penyakit, pelaksanaan pengobatan terhadap penyakitnya serta manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. 2.8.6. Sarana prasarana Sarana prasarana mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya, semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat. Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku dapat bersifat positif maupun negatif. Misalnya pelayanan puskesmas, dapat berpengaruh positif terhadap perilaku penggunaan puskesmas tetapi dapat juga berpengaruh sebaliknya. Menurut Azwar 1999 dalam Rifai 2004 bila seseorang akan memasuki bidang pelayanan kesehatan yang pertama akan dilihat ialah sarananya. Sarana itu dapat berbentuk material seperti, gedung dan alat, tetapi dapat juga berbentuk manusia seperti, tenaga dokter dan perawat. Beberapa sarana harus tersedia demi terlaksananya kualitas pelayanan kesehatan yang baik seperti tersedianya beberapa jenis ukuran manset, tensi meter, timbangan badan, poster anatomi tubuh manusia, meskipun jarang dipergunakan. 2.8.7. Perilaku petugas Perilaku petugas dalam memberikan pelayanan pengobatan adalah perilaku petugas mulai dari tempat pendaftaran pasien, pembelian karcis, pelayanan pengobatan, pelayanan laboratorium, pelayanan apotik, dan pelayanan pasien. Hal ini juga didukung oleh penelitian Aziz 1998 dalam Rifai 2004 dimana mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas dalam Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 memenuhi kebutuhan pasien, keprihatinan serta keramah tamahan petugas dalam melayani pasien, kelancaran komunikasi dan kesembuhan penyakit yang sedang diderita pasien. 2.8.8. Penyuluhan Penyuluhan adalah salah satu media, cara dan proses penyampaian pesan yang dilakukan dari pengirim pesan komunikasi kepada penerima pesan komunikasi. Dalam pelayanan kesehatan penyuluhan dikenal dengan pendidikan kesehatan masyarakat atau komunikasi, informasi dan edukasi. Penyuluhan kesehatan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan bertujuan untuk terjadinya perubahan perilaku individu, kelompok atau masyarakat Depkes RI, 1986 dalam Hasibuan 2004. Dalam penyampaian pesan, keefektifan komunikasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti isi pesan, bahasa, arah komunikasi penerima pesan, kurangnya pengetahuan, kebisingan dan faktor teknis lainnya Widjaja, 1998. Notoatmodjo 1998 menganggap penyuluhan dan ceramah bukan merupakan media penyampaian yang efektif karena tidak memberikan kesempatan kepada pendengarnya untuk berpartisipasi, lebih menekankan pada pola komunikasi satu arah, ide hanya timbul dari satu orang. Pengertian pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan kesehatan, karena keduanya berorientasi kepada perubahan perilaku yang diharapkan, yaitu perilaku sehat, sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga dan kelompoknya dalam meningkatkan kesehatannya. Penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatannya yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan bila perlu. 2.8.9. Informasi Komunikasi dan informasi disini diperlukan untuk mengkondisikan faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan dan sikap, masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negatif tentang penyakit, makanan, lingkungan dan sebagainya, mengakibatkan mereka tidak berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk memberikan informasi dan komunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya Notoatmodjo, 1993. 2.8.10. Tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat-tingkat tindakan atau praktek, yaitu : Agusri : Hubungan Karakteristik Masyarakat Petani Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Desa…, 2008 USU e-Repository © 2008 a. Persepsi Perception Mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi bagi anak balitanya. b. Respon terpimpin Guided response Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya. c. Mekanisme Mechanism Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. d. Adaptasi Adaptation Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu recall. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden Notoatmodjo, 1993.

2.9. Kerangka Teoritis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Lingkungan Rumah dan Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara

0 33 173

Pengaruh Karakteristik Masyarakat Petani Terhadap Tindakan Pencegahan Penyakit Malaria di Desa Alue Drien Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur Tahun 2005

1 35 79

Partisipasi Masyarakat Petani Dalam Pencegahan Penyakit Filariasis Di Kabupaten Asahan Tahun 2007.

0 27 101

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG FILARIASIS TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Filariasis Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Daerah Pantura Kabupaten Su

0 4 16

SKRIPSI PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG FILARIASIS TERHADAP Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Filariasis Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Daerah Pantura Kabupaten Subang.

0 3 17

PENDAHULUAN Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang Filariasis Terhadap Sikap Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filariasis Di Daerah Pantura Kabupaten Subang.

0 3 11

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DBD DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DBD Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit DBD Dengan Upaya Pencegahan DBD Di Desa Sukorejo Musuk Boyolali.

0 1 15

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG.

0 0 1

Pengaruh Lingkungan Rumah dan Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara

0 0 44

PENGARUH LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

0 0 18