Pencegahan Penyakit Campak 1. Pencegahan Tingkat Awal Priemordial Prevention Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan Pengetahuan

2.6.4. Kebutaan Terjadi karena virus campak mempercepat episode defisiensi vitamin A yang akhirnya dapat menyebabkan xeropthalmia atau kebutaan. 2.7. Pencegahan Penyakit Campak 2.7.1. Pencegahan Tingkat Awal Priemordial Prevention Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. 34 2.7.2. Pencegahan Tingkat Pertama Primary Prevention Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu : 3,35

a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan

imunisasi campak untuk semua bayi.

b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada

semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun. 2.7.3. Pencegahan Tingkat Kedua Secondary Prevention Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu : 3,35,36 Universitas Sumatera Utara a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah. b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien- pasien dengan risiko tinggi lainnya. c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi. d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.

2.7.4. Pencegahan Tingkat Ketiga Tertiary Prevention

Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu : a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak. b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka. Universitas Sumatera Utara

2.8. Pengetahuan

Skinner 1938 merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua. 29 2.8.1. Perilaku tertutup Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup covert. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuankesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2.8.2. Perilaku terbuka Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses adopsi perilaku menurut Rogers 1974 bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : Universitas Sumatera Utara a. Awareness kesadaran, yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus objek terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus. c. Evaluation menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang tersebut mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Selanjutnya, tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu: a. Tahu know Tahu diartikan hanya sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami comprehension Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya tersebut. c. Aplikasi application Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Universitas Sumatera Utara d. Analisis analysis Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dati komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung wawancara atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Orang tua yang tidak memiliki pengetahuan yang baik mengenai vaksinasi khususnya vaksin campak memiliki risiko 9,2 kali untuk tidak membawa anaknya untuk diimunisasi. 36 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen

Variabel Dependen Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita Campak adalah anak balita usia 12-59 bulan yang pernah mengalami penyakit campak dengan gejala panas, batuk, timbul bintik-bintik merah pada tubuh, penebalan telinga dan konjungtivitis pada mata selama 1 tahun terakhir. Kejadian Campak Faktor Anak : Umur Jenis kelamin Status gizi ASI Eksklusif Status imunisasi Umur pemberian imunisasi Faktor Ibu: Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan