Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Campak Gambar 6.18.

dengan kejadian campak melainkan hubungan pekerjaan ibu terhadap kejadian campak pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Iswandi 2003 dengan desain kasus kontrol di Kabupaten Pelalawan yang mendapatkan hasil analisis bivariat antara pekerjaan ibu dengan kejadian campak menunjukkan OR=0,86 dengan 95 CI = 0,56 – 1,32 p=0,599. 47

6.2.9. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Campak Gambar 6.18.

Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita Berdasarkan Pengetahuan Ibu di Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010 Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate campak pada ibu yang berpengetahuan kurang adalah 38,81, sedangkan prevalens rate pada ibu yang berpengetahuan baik adalah 17,78. Ratio Prevalens = 2,183 95 CI : 1,088 – 4,381. Berdasarkan hasil analisa statistik diperoleh nilai p=0,031, hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian campak 38,81 17,78 61,19 82,22 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Kurang Baik Pengetahuan Ibu P re v a le n s R a te Campak Tidak Campak Universitas Sumatera Utara pada anak. Nilai 95 CI tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor risiko terhadap kejadian campak Hal ini mungkin disebabkan karena perilaku seseorang juga ditentukan oleh pengetahuan seseorang. Pengetahuan seseorang tergolong dalam perilaku tertutup karena berupa respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Pengetahuan seseorang memang belum dapat diamati secara jelas tetapi walaupun demikian tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi sikap dan tindakannya. 28 Pengetahuan seseorang merupakan faktor predisposisi terhadap perilaku, dimana faktor-faktor predisposisi meliputi pengetahuan, keyakinan, sikap, kepercayaan, budaya, nilai-nilai dan sebagainya yang ada di masyarakat. 27 Pendidikan ibu tidak secara langsung berhubungan dengan kejadian campak balita kemungkinan karena pengetahuan seorang ibu akan mempengaruhi perilaku untuk mengimunisasikan anaknya. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari kuesioner untuk menilai pengetahuan ibu tentang penularan campak ternyata 59,8 menjawab campak adalah penyakit menular, 28,6 menjawab tidak menular dan 11,6 menjawab tidak tahu. Berdasarkan cara penularan campak ternyata 46,4 menjawab tidak tahu, 41,1 menjawab kontak kulit dan hanya 12,5 yang menjawab pernapasan adalah cara penularan penyakit campak. Campak adalah penyakit yang dapat dicegah dijawab oleh 44,6 responden, 35,7 menjawab tidak tahu dan 19,6 menjawab campak tidak bisa dicegah. Pertanyaan mengenai cara pencegahan campak ternyata 72,3 yang menjawab tidak tahu dan hanya 24,1 menjawab imunisasi sebagai cara pencegahan campak, Universitas Sumatera Utara sedangkan sisanya 3,6 menjawab membersihkan lingkungan. Sedangkan untuk Untuk pertanyaan tentang penyebab campak ternyata 92,9 tidak mengetahui penyebabnya, yang menjawab bakteri ada 2,7 dan hanya 4,5 yang menjawab virus sebagai penyebab campak. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan pengetahuan ibu tentang campak masih kurang. Umur pemberian imunisasi campak dalah pada saat bayi berumur 9-11 bulan dijawab oleh 52,7 responden, 20,5 menjawab 9 bulan atau 11 bulan dan 26,8 menjawab tidak tahu. Dan untuk pertanyan tentang dosis pemberian imunisasi 55,4 menjawab 1 kali, 20,5 menjawab 2 kali dan 24,1 menjawab tidak tahu Lampiran 3. Berdasarkan penelitian Emi Hartati 2008 dengan desain penelitian Explanatory Research di wilayah kerja Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar yang mendapatkan pengetahuan ibu berhubungan terhadap perilaku perolehan imunisasi campak. 53 Hal ini sejalan dengan penelitian Salma Padri H 2000 di Serang dengan desain penelitian kasus kontrol yang dilakukan pada anak usia 15-59 bulan, diperoleh bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor utama yang berhubungan dengan campak OR 2,01, 95 CI : 1,17-3,44. 54 Universitas Sumatera Utara

6.3. Analisis Multivariat