Hasil analisa statistik diperoleh nilai p=0,344, hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian campak pada anak. Nilai 95
CI tersebut dapat disimpulkan bahwa umur bukan merupakan faktor risiko. Di beberapa populasi khususnya di Afrika, angka kematian mencapai 42
pada kelompok usia 4 tahun. Sedangkan di Amerika, kebanyakan kasus terjadi pada anak yang tidak mendapatkan imunisasi termasuk anak dibawah umur 15 bulan.
Sehingga dapat diasumsikan bahwa anak balita antara umur 12-59 bulan memang rentan terhadap penyakit campak.
3,16
Hal ini sejalan dengan penelitian Sutaryana 2002 di Garut dengan desain kasus kontrol yang mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara usia balita
dengan kejadian campak dengan nilai OR= 1,495 95 CI: 0,95-2,93 dan p=0,053.
44
6.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Campak Gambar 6.11.
Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Tegal Sari Mandala
III Kecamatan Medan Denai Tahun 2010
28,57 32,14
71,43 67,86
10 20
30 40
50 60
70 80
Laki-laki Perempuan
Jenis Kelamin P
re v
a le
n s
R a
te
Campak Tidak Campak
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate campak pada anak laki-laki adalah 28,57, sedangkan prevalens rate pada anak perempuan adalah
32,14. Ratio Prevalens = 0,889 95 CI : 0,507 - 1,560. Hasil analisa statistik diperoleh nilai p=0,837, hal ini berarti tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian campak pada anak. Nilai 95 CI tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin bukan merupakan
faktor risiko. Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada wanita ataupun pria.
16
Penelitian Papania et al 1999 di Texas dan New Jersey dengan desain kohort pada 128 anak usia 15 bulan mendapatkan hasil bahwa jenis kelamin tidak memiliki
hubungan dengan kerentanan kejadian campak dengan hasil uji statistik p 0,05 p=0,25. Attact Rate pada laki-laki : perempuan adalah 2 : 3.
48
6.2.3. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Campak Gambar 6.12.
Diagram Bar Prevalens Rate Campak Pada Anak Balita Berdasarkan Status Gizi di Kelurahan Tegal Sari Mandala III
Kecamatan Medan Denai Tahun 2010
27,91 31,88
72,09 68,12
10 20
30 40
50 60
70 80
Gizi kurang Gizi baik
Status Gizi P
re v
a le
n s
R a
te
Campak Tidak Campak
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa prevalens rate campak pada anak dengan status gizi kurang adalah sebesar 27,91 sedangkan pada anak dengan
status gizi baik sebesar 31,88. Ratio Prevalens = 0,875 95 CI : 0,485 – 1,581. Nilai 95 CI tersebut dapat disimpulkan bahwa status gizi bukan merupakan faktor
risiko. Hasil analisis statistik diperoleh nilai p=0,815, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian campak pada anak balita. Variabel
status gizi tidak masuk sebagai kandidat dalam analisis multivariat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena hubungan timbal balik antara
kekurangan gizi dengan morbiditas penyakit infeksi dimana kekurangan gizi berperan dalam sistem kekebalan tubuh, menyebabkan anak balita lebih rentan terhadap
penyakit infeksi, sedangkan penyakit infeksi itu sendiri mempertinggi kebutuhan akan zat gizi tersebut.
49
Hubungan antara status gizi dan kejadian campak menjadi tidak kelihatan kemungkinan dikarenakan oleh penderita kurang gizi tersebut keadaannya menjadi
semakin parah sehingga pada saat ia menderita campak dapat menyebabkan kematian. Selain itu, pemahaman tentang gejala penyakit campak yang masih belum
tepat sehingga menyebabkan kasus yang tercatat kemungkinan bukanlah kasus campak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Agus Salim dkk 2007 di Provinsi Jawa Barat dengan desain penelitian kasus kontrol yang menyebutkan bahwa status
gizi secara statistik kurang signifikan menjadi salah satu indikator dalam memperdeksi timbulnya KLB campak p=0,061 tetapi untuk kepentingan
kewaspadaan dini, cakupan gizi tetap dimasukkan sebagai indikator.
50
Universitas Sumatera Utara
6.2.4. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian Campak Gambar 6.13.