peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat campak yang cukup tinggi di kebanyakan negara berkembang.
19,24
Penelitian kohort di Arkansas menyebutkan bahwa jika dibandingkan dengan anak yang mendapatkan vaksinasi pada usia 15 bulan, anak yang mendapatkan
vaksinasi campak pada usia 12 bulan memiliki risiko 6 kali untuk terkena campak. Sedangkan anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14 bulan
memiliki risiko 3 kali untuk terkena campak dibanding dengan anak yang mendapat vaksinasi pada usia 15 bulan.
25
Sedangkan sebuah studi kasus kontrol yang juga dilakukan di Arkansas menyebutkan bahwa anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14
bulan memiliki kemungkinan risiko terkena campak 5,6 kali lebih besar dibanding anak yang mendapatkan vaksin pada usia 15 bulan atau lebih.
25
a.4. Pekerjaan
Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, anak-anak lebih mudah mengalami infeksi silang. Kemiskinan bertanggungjawab terhadap penyakit yang
ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung
memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Frekuensi relatif anak dari orang tua yang berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko
imunisasi terlambat dan 4 kali lebih tinggi menyebabkan kematian anak dibanding anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup.
26,27
Universitas Sumatera Utara
a.5. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang
berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan
juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau
masalah baru.
28
Penelitian Agunawan di desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat dengan desain cross sectional menyebutkan bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan kejadian penyakit campak pada balita p=0,000.
29
a.6. Imunisasi
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari berbagai strain campak yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh dari infeksi
dan memiliki efek penting dalam epidemiologis penyakit yaitu mengubah distribusi relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua. Pemberian
imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan agen infeksi dan mengurangi peluang seseorang yang rentan untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum
diimunisasi akan tumbuh menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen infeksi tersebut. Pada campak, manifestasi penyakit yang paling berat biasanya
terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan serokonversi pada sekurang-kurangnya 85 bayi dan dapat mencegah sebagian besar
kasus dan kematian. Dengan pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak dapat
diturunkan lebih dari 90. Namun karena campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah meskipun 85-90 anak
sudah mempunyai imunitas.
24
Sebuah penelitian kohort yang dilakukan terhadap 627 siswa di Arkansas mendapatkan bahwa anak yang tidak mendapatkan vaksinasi berisiko 20 kali untuk
terkena campak daripada anak yang memiliki riwayat vaksinasi pada usia 15 bulan atau lebih.
25
Berdasarkan penelitian I Made Suardiyasa di kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah menyebutkan bahwa anak yang tidak diimunisasi berisiko 29 kali untuk
terkena campak dibanding anak yang mendapat imunisasi.
30
a.7. Status Gizi