44 Struktur dari selulosa, hemiselulosa dan lignin dapat dilihat pada Gambar 11.
a Selulosa
b Hemiselulosa
c Lignin
Gambar 11. Struktur Selulosa, Hemiselulosa dan Lignin
Analisa menggunakan Spektrofotometer FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus fungai yang terdapat pada sorben serbuk gergaji dan perubahannya setelah
dilakukan aktivasi dengan kombinasi aktivasi fisik menggunakan proses pemanasan dan pendinginan.
45
Gambar 12. Spektra FTIR Sorben yang Dipanaskan 105
o
C Hasil spektra sorben serbuk gergaji yang dipanaskan pada suhu 105
o
C dapat dilihat pada Gambar 12. Spektra FTIR sorben yang dipanaskan pada suhu 105
o
C, yang dijadikan sebagai kontrol, menunjukkan adanya serapan pada bilangan
gelombang 3429,58 cm
-1
yang diduga dihasilkan oleh vibrasi ulur O-H sekunder yang biasanya muncul pada daerah bilangan gelombang 3500-3300 cm
-1
. Dugaan ini diperkuat dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang 1450, 1350, 1250,
1150 dan 1050 cm
-1
. Selain itu, dugaan ini juga diperkuat dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang 1017,49 cm
-1
yang dihasilkan dari vibrasi tekuk C-O. Pada spektra FTIR sorben yang dipanaskan pada suhu 105
o
C, terlihat adanya serapan pada bilangan gelombang 1616,42 cm
-1
yang diduga dihasilkan oleh vibrasi ulur C=O dari aromatik aldehid yang biasanya muncul pada daerah bilangan
gelombang 1820-1600 cm
-1
yang diperkuat dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang 1650, 1450, 1350, 1250, 1200, 900 dan 800 cm
-1
. Dugaan ini juga
46 diperkuat dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang 2900-2800 cm
-1
yang dihasilkan vibrasi ulur C-H dan munculnya serapan pada bilangan gelombang 1750-
1720 cm
-1
yang dihasilkan vibrasi ulur C=O dari gugus aldehid, serta munculnya serapan pada bilangan gelombang 1511,29 cm
-1
yang dihasilkan oleh vibrasi ulur C- C=C pada aromatik.
Ket : sorben yang dipanaskan 105
o
C spektra hitam; 300
o
C dan didinginkan dengan es spektra hijau; 300
o
C dan didinginkan dengan dry ice spektra merah
Gambar 13. Spektra FTIR Sorben yang Diaktivasi dengan Es dan Dry ice
Serbuk gergaji diaktivasi dengan kombinasi aktivasi fisik menggunakan proses pemanasan dan pendinginan dengan es dan dry ice untuk meningkatkan
kemampuan sorpsinya terhadap minyak mentah. Gambar 13 menunjukkan bahwa gugus fungsi yang terdapat pada sorben yang dipanaskan pada suhu 300
o
C dan didinginkan menggunakan es dan dry ice memiliki gugus fungsi yang sama dengan
sorben yang dipanaskan pada suhu 105
o
C tanpa proses pendinginan. Hasil analisa
47 FTIR menunjukkan pada sorben serbuk gergaji terdapat gugus fungsi O-H, C-H dan
C-O yang berasal dari selulosa, hemiselulosa dan lignin, serta gugus C=O dari aromatik aldehid dan C-C=C aromatik yang berasal dari lignin.
Pada sorben yang dipanaskan pada suhu 200, 250 dan 300
o
C dan didinginkan menggunakan dry ice tidak terjadi penambahan gugus fungsi, sehingga gugus fungsi
yang terdapat pada sorben yang diaktivasi dengan kombinasi proses pemanasan dan pendinginan tersebut sama dengan sorben yang dijadikan kontrol sorben yang
dipanaskan 105
o
C tanpa proses pendinginan. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 7. Bilangan gelombang dan gugus fungsi pada sorben yang dipanaskan pada suhu 105,
200, 250 dan 300
o
C dan didinginkan menggunakan dry ice dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 7. Bilangan Gelombang Sorben yang Dipanaskan pada Suhu 105, 200, 250 dan
300
o
C
Sorben 105
o
C
Sorben 200
o
C
-dry ice Sorben
250
o
C
-dry ice Sorben
300
o
C
-dry ice Penetapan Pita
1017,49 1031,96
1024,25 1025,21
vibrasi tekuk C-O eter 1511,29
1508,40 1496,83
1513,22 vibrasi ulur C-C=C pada
cincin aromatik 1616,42
1600,02 1614,49
1616,42 vibrasi ulur C=O aromatik
aldehid 3429,58
3427,65 3401,61
3396,79 vibrasi ulur O-H sekunder
Proses pemanasan mempengaruhi intensitas gugus fungsi yang terdapat pada sorben serbuk gergaji. Semakin tinggi suhu pemanasan maka puncak spektra dari
gugus fungsi O-H, C-O, C=O, C-H dan C-C=C yang dipanaskan pada suhu 200, 250 dan 300
o
C semakin tajam, dapat dilihat pada Lampiran 6.
48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapat simpulan sebagai berikut.
1. Kapasitas sorpsi sorben yang diaktivasi dengan kombinasi aktivasi fisik menggunakan pemanasan pada suhu 300
o
C dan pendinginan menggunakan es dan dry ice sebesar 9,7267 g minyakg sorben dan 11,3442 g minyakg sorben
lebih besar daripada kapasitas sorpsi yang diaktivasi dengan pemanasan tanpa
proses pendinginan yaitu sebesar 9,1756 g minyakg sorben.
2. Kapasitas sorpsi sorben yang didinginkan menggunakan dry ice lebih besar
8 daripada kapasitas sorpsi sorben yang didinginkan dengan es.
3. Tidak ada penambahan gugus fungsi pada sorben setelah diaktivasi dengan kombinasi aktivasi fisik. Gugus fungsi yang terdapat pada sorben yaitu O-H
sekunder, C-H, C=O aldehid, C-C=C pada cincin aromatik benzene dan C-O
eter.
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya, perlu diuji coba aplikasi penggunaan serbuk gergaji kayu sengon pada air laut atau air tawar. Selain itu, sorben yang telah
digunakan untuk menyerap limbah minyak mentah perlu diuji menggunakan
Spektrofotometer FTIR.
49
DAFTAR PUSTAKA
Adriany, R. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Adsorpsi CO
2
pada Zeolit. M E, Vol. 9, No 3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi, LEMIGAS.
Agus, W. 2010. Sintesis Nano Partikel Zeolite Secara Top Down Menggunakan Planetary, Ball Mill dan Ultra Sonikator. M E 8, No. 10: 32-36.
Affandi, F dan Hadisi, H. 2011. Pengaruh Metode Aktivasi Zeolit Alam Sebagai Bahan Penurun Temperatur Campuran Beraspal Hangat The Activation
Method Influence of Natural Zeolit on Dcreasing TEMPERATURE of Warm-Mix Asphalt. Bandung : Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.
Asip, F., Afrizal, R dan Rosa, S.S. 2008. Pembuatan Oil Adsorbant dari Eceng Gondok. Jurnal Teknik Kimia, Vol 4, No 15. Palembang : Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika 2. Jakarta : Erlangga.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01- 3839-1995 : Definisi, Syarat Mutu,
Cara Pengambilan Contoh, Cara Uji, Syarat Penandaan dan Cara Pengemasan Es Batu. Jakarta : Dewan Standardisasi Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 06 –3730–1995: Arang Aktif Teknis.
Jakarta : Dewan Standardisasi Indonesia. Bragg, W.H., 1992. The Crystal Structure of Ice. Proc. Phys. Soc. London 34, 98-
103. Di dalam Matz, S.A., 1965. Water in Foods. The AVI Publishing Limited. Cambridge, England.
Casey, J.P. 1980. Pulp and Paper. Chemistry and Chemical Technology, Vol 1. New York : Interscience Publisher Inc.
Chahyani, R. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Membran Polisulfon Sebagai Karbon
Aktif untuk
Filtrasi Air.
Tesis. Bogor:
Sekolah Pascasarjana.Institut Pertanian Bogor.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga. Cheremisinoff. 1978. Carbon Adsorption Hand Book. Ann Orbon Science.
Fatmawati. 2006. Kajian Adsorpsi CdII Oleh Biomassa Potamogeton Rumput
naga Yang Terimobilkan Pada Silica Gel. Banjarbaru : FMIPA Universitas Lambung Mangkurat.
50 Fessenden, R. J. dan Fessenden, J. S. 1997. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1,
Terjemahan Aloysius Handyana Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga. Gaol, L.D.L. 2001. Studi Awal Pemanfaatan Beberapa Jenis Karbon Aktif
Sebagai Adsorben. Depok : FTUI .
Grififth, P. 1975. Chemical Infrared Fourier Transform Spectroscopy. New York: John Wiley Sons.
Gusmaelina, P.G dan Komarayati, S. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang Untuk Rehabilitasi Lahan. Buletin Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan Vol 4, No 1, pp. 21-30. Bogor. Hidayah, N., E. Deviyani, D.R. Wicakso. 2012. Adsorpsi Logam Besi Fe Sungai
Barito Menggunakan Adsorben dari Batang Pisang. Konversi, Vol 1, No 1. Banjarmasin : Universitas Lambung Mangkurat.
Jankowska, H., Swiatkowski, A., and Choma, J. 1991. Active Carbon. Chichester, West Sussex : Ellis Horwood
Karan, C.P., Rengasami, R.S dan Das, D. 2011. Oil Spill Clean Up by Structured Fibre Assembly. Indian Journal of Fibre Textile Research, Vol 36.
India : Indian Institute of Technology, New Delhi. Kato, Y., Umehara, K., Aoyama, M. 1997. An Oil-Sorbent from Wood Fiber by
Mild Pyrolysis. Hoz Als Roh-und Werkstoff 55, 399-401. Kirana. 1985. Pengaruh Tekanan Pengempaan dan Jenis Perekat dalam
Pembuatan Briket Arang dari Tempurung Kelapa Sawit. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Lambert, J. B. 1987. Introduction to Organic Spectroscopy. Macmillan: New York.
Las, T., Firdiyono, F., Hendrawan, A. 2011. Adsorpsi Unsur Pengotor Larutan Natrium Silikat Menggunakan Zeolit Alam Karangnunggal. Valensi. Vol.
2 No. 2 hal 368-378. Martawijaya, A dan Kartasujana, I. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-
Jenis Kayu Indonesia. Bogor : Departemen Pertanian. Miranti, S.T. 2012. Pembuatan Karbon Aktif dari Bambu dengan Metode Aktivasi
Terkontrol Menggunakan Activating Agent H
3
PO
4
dan KOH. Skripsi. Depok : Fakultas Teknik UI.
Nurhasni. 2009. Penggunaan Ampas Tebu untuk Detoksifikasi Ion Logam Berat Cd, Cr, Cu dan Pb dalam Air Limbah. Jakarta : Lembaga Penelitian UIN
Jakarta.