63
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Effendi yang menyatakan bahwa lembaga pemasyarakatan kelas II B Kota Langsa yang memberikan proses
pembinaan terhadap narapidana yang berbeda klasifikasi tindak pidana seperti yang telah digambarkan dalam tabel diatas tidak ada pembedaan dalam proses
pembinaannya, dikarenakan lapas kekurangan dana, kekurangan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembinaan, kekurangan kuantitas dan kualitas
petugas pemasyarakatan yang profesional.
63
Hasil wawancara dengan Bapak Effendi yang menyatakan bahwa latar belakang kehidupan dari narapidana yang beragam diantaranya ada yang
berasal dari kalangan dari keluarga golongan ekonomi lemah dan golongan ekonomi yang kuat, ada yang berasal dari kalangan keluarga
yang tidak harmonis, ada yang berasal dengan latar belakang pendidikan SD, SMP, SMA, dan Sarjana, ada yang berasal dari kultur atau kalangan
masyarakat yang banyak melakukan kejahatan. Dilihat dari segi kepribadian, narapidana juga memiliki kepribadian yang beragam
diantaranya ada yang berasal dari kalangan pendiam, susah berinteraksi, mudah bergaul, periang dan pemurung. Berdasarkan latar belakang
kehidupan dan kepribadian narapidana harusnya Lembaga Pemasyarakatan memberikan proses pembinaan yang sesuai dengan
bakat dan minat dari masing-masing narapidana. Inilah salah satu gambaran yang
menunjukkan kurang efektifnya berjalan proses pembinaan yang diterapkan di Lapas Kelas II B Kota Langsa dalam memberikan pembinaan terhadap
narapidana, karena jumlah narapidana yang berada di Lapas berbeda latar belakang kehidupannya, dan kepribadian dari masing-masing narapidana tersebut.
64
2. Tahap-tahap Pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota
Langsa
63
Wawancara dengan Bapak Effendi, SH, Kasi Bimbingan dan Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa, pada tanggal 02 Maret 2014.
64
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
64
Pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana harus berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pada hakekatnya pembinaan narapidana harus dimulai sejak narapidana tersebut masuk ke Lembaga Pemasyarakatan. Proses
pembinaan yang dilakukan di lembaga pemasyarakatan tidak boleh menciderai hak-hak asasi manusia narapidana, karena narapidana juga
sama seperti manusia lainnya yang harkat dan martabatnya harus diakui, dihormati, dan dilindungi oleh para pihak-pihak yang ada di Lembaga
Pemasyarakatan, karena narapidana juga merupakan makhluk sosial, sebagai makhluk sosial narapidana tidak dapat hidup sendiri. Narapidana
harus hidup bersama-sama dengan orang lain, hal ini sesuai dengan tujuan pembinaan yaitu mengenal diri sendiri secara penuh untuk
menentukan kesadaran diri sendiri dan mampu melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik dan lebih positif, oleh sebab itu kesadaran
merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh narapidana agar dapat dengan mudah mengikuti proses pembinaan di lembaga pemasyarakatan
dan dapat menerapkannya di tengah-tengah masyarakat ketika selesai menjalani masa pidana. Tahap-tahap pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa terdiri dari :
65
a. Tahap awal
Pembinaan pada tahap awal ini dimulai sejak berstatus sebagai narapidana sampai menjalani sepertiga masa pidana. Tahap ini lebih dikenal
dengan Mapenaling Masa Pengenalan Lingkungan. Setiap narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang baru masuk Lembaga Pemasyarakatan akan diteliti
segala hal ikhwal perihal dirinya termasuk sebab-sebab melakukan tindak pidana, tempat tinggal narapidana, situasi ekonominya, latar belakang pendidikan dan
sebagainya. Tahap ini narapidana dan anak didik pemasyarakatan diarahkan untuk mengenal situasi atau keadaan lingkungan Lembaga Pemasyarakatan, supaya
narapidana dapat mengenal atau beradaptasi dengan lingkungan dan sesama narapidana di Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Dalam masa pembinaan tahap
awal ini dilakukan pembinaan kepribadian yang meliputi pembinaan kesadaran
65
Wawancara dengan Bapak Effendi, SH, Kasi Bimbingan dan Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa, pada tanggal 02 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
65
beragama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan intelektual, pembinaan kesadaran hukum, pembinaan jasmani.
Pada tahap ini setiap narapidana mempunyai satu orang wali yang ditunjuk dari petugas pemasyarakatan. Setiap wali biasanya mengampu kurang
lebih 15 lima belas narapidana. Wali bertugas mengawasi sikap, perilaku, mengamati perkembangan narapidana serta menilai perkembangan narapidana.
Penilaian dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam sidang TPP Tim Pengamat Pemasyarakatan. Wali juga berperan untuk menerima keluhan-keluhan
dan hal-hal yang berhubungan dengan narapidana yang diampunya. Selama 1 bulan menjalani masa pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan,
diadakan sidang TPP untuk menentukan mengenai strategi pembinaan yang akan diterapkan pada tahap selanjutnya. Putusan dalam sidang TPP harus sesuai dengan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh pembina pemasyarakatan, wali pemasyarakatan, pengamat pemasyarakatan dan pembimbing pemasyarakatan di
Lapas b.
Tahap Lanjutan Pertama Tahap pembinaan merupakan kelanjutan dari tahap admisiorientasi atau
pengenalan. Tahap ini dilakukan apabila narapidana telah menjalani 13 masa pidana sampai ½ masa pidana dengan pengawasan medium security, yaitu
pengawasan yang tidak seketat pada tahap sebelumnya. Pada tahap pembinaan ini kegiatan pembinaan yang dilakukan adalah disamping program pembinaan
kepribadian juga dilaksanakan pembinaan kemandirian. Kegiatan pembinaan
Universitas Sumatera Utara
66
kemandirian ini yaitu dengan memberikan bekal berupa keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri.
c. Tahal Lanjutan KeduaTahap Asimilasi
Berdasarkan Pasal 37 Ayat 1 PP No. 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yang menyatakan
bahwa setiap narapidana dan anak didik pemasyarakatan berhak mendapatkan asimilasi, dan Narapidana yang mendapatkan asimilasi harus memenuhi
ketentuan, yaitu harus menjalani pembinaan ½ satu per dua masa pidana, dapat mengikuti program pembinaan dengan baik dan berkelakuan baik. Berdasarkan
Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. M.2.PK.04-10 Tahun 2007 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Asimilasi, Pembebesan
bersyarat, Cuti Menjelang Bebas dan cuti bersyarat dinyatakan bahwa asimilasi merupakan proses pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang
dilaksanakan dengan membaurkan narapidana dan anak didik pemasyarakatan di dalam kehidupan masyarakat. Pada tahap ini program pembinaan diperluas, bukan
saja di dalam lingkungan lembaga pemasyarakatan, tetapi juga membaurkan narapidana dengan masyarakat tertentu. Program ini dilaksanakan secara bertahap,
mulai dari kegiatan yang sempit lingkungannya dan mengarah pada kegiatan masyarakat yang lebih luas sesuai dengan bakat dan keterampilan yang dimiliki
oleh masing-masing narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Pelaksanaan program kegiatan asimilasi, petugas atau pembina pemasyarakatan harus selektif
dan kegiatan tersebut harus direncanakan secara matang dan terpadu. Ini bertujuan
Universitas Sumatera Utara
67
agar mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada narapidana dan merugikan masyarakat dimana narapidana tersebut diasimilasikan.
Pembinaan narapidana pada tahap ini dapat dimulai dari ½ masa pidana sampai 23 masa pidananya dan menurut penilaian tim pembinaan
pemasyarakatan sudah memiliki kemajuan fisik, mental dan keterampilan. Pada tahap ini pengawasan terhadap narapidana relatif berkurang minimum security.
Asimilasi diklasifikasikan menjadi 2 bentuk yaitu asimilasi di dalam lembaga pemasyarakatan dan asimilasi ke luar lembaga pemasyarakatan. Narapidana yang
menjalani asmilasi di dalam lembaga pemasyarakatan, diantaranya narapidana dipercayakan untuk menjadi Tamping di dalam lembaga pemasyarakatan,
sedangkan asimilasi di luar lembaga pemasyarakatan, yaitu ikut beribadah bersama-sama dengan masyarakat luar, berolahraga bersama-sama dengan
masyarakat luar, mengikuti pendidikan di sekolah umum, bekerja di luar lembaga pemasyarakatan, tetapi dalam pelaksanaannya tetap masih berada di bawah
pengawasan dan bimbingan dari petugas pemasyarakatan. Asimilasi ke luar lembaga pemasyarakatan ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Ini
dikarenakan, pihak masyarakat, lembaga-lembaga sosial atau dinas-dinas pemerintahan belum pro aktif mempedulikan warga binaan pemasyarakatan,
belum ada kerja sama yang baik, teratur dan berkesinambungan atau kerja sama pembinaan dengan instansi terkait belum terprogram secara maksimal.
66
d. Tahap akhirintegrasi dengan lingkungan masyarakat
66
Wawancara dengan Bapak Effendi, SH, Kasi Bimbingan dan Kegiatan Kerja Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa, pada tanggal 02 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
68
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam proses pembinaan narapidana. Apabila proses pembinaan dari tahap admisi atau orientasi, tahap pembinaan,
tahap asimilasi dapat berjalan dengan lancar dan baik serta masa pidana yang sebenarnya telah dijalani 23 atau sedikitnya 9 bulan, maka kepada narapidana
tersebut diberikan pembebasan bersyarat, dan cuti menjelang bebas. Dalam tahap ini proses pembinaannya dilaksanakan di masyarakat luas sedangkan
pengawasannya semakin berkurang sehingga narapidana dapat berinteraksi dengan masyarakat.
Tahap integrasi ini proses pembinaannya dilaksanakan di masyarakat luas sedangkan pengawasan langsung oleh Balai Pemasyarakatan bukan lagi pihak
lembaga pemasyarakatan. Narapidana yang bersangkutan harus wajib melaporkan diri ke balai pemasyarakatan. Jika pada tahap integrasi narapidana kembali
melakukan tindak pidana, maka narapidana harus menjalani sisa masa pidananya di dalam lembaga pemasyarakatan ditambah lagi dengan sanksi pidana yang
baru.
67
D. Aktifitas Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II