menentukan sikap terlebih dahulu, posisi apa yang sedang diperankan, selanjutnya dapat menyampaikan pesan dengan “cara” dan sikap yang
tepat agar dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Konteks komunikasi
fisik, sosial,
psikologi, dan
waktu harus
dipertimbangkan. Butir-butir persyaratan komunikasi yang efektif dari J.S. Bois di atas dapat menjadi pertimbangan untuk mencapai suatu
komunikasi yang efektif.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ovi Yazinta Sari 2010 dengan judul Hubungan Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dan Guru dengan
Kinerja Guru di SMK Hamong Putera 1 Pakem. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara komunikasi interpersonal kepala
sekolah dan guru dengan kinerja guru di SMK Hamong Putera 1 Pakem yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi r
xy
sebesar 0,572 sedangkan nilai R_Square koefisien determinasi adalah sebesar 0,328 yang
menunjukkan bahwa 32,8 dari variansi kinerja guru dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel
atau faktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini, seperti gaji, umur, lingkungan, pengawasan, fasilitas, dan sebagainya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Wahyuni 1997 dengan judul Hubungan
Komunikasi Interpersonal
dalam Media
Komunikasi Kelompencapir dengan Sikap Orang tua dalam Menyekolahkan Anak di
Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara komunikasi interpersonal dalam media komunikasi kelompencapir dengan sikap orang tua dalam menyekolahkan
anak sebesar 0,470. Sedangkan besarnya sumbangan yang diberikan sebesar 22,11.
C. Kerangka Pikir
Kualitas pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi didalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan
proses transformasi pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari guru kepada siswa, di mana siswa mampu memahami maksud pesan sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menimbulkan perubahan tingkah laku
menjadi lebih baik. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan sehingga proses belajar yang
ditempuh benar-benar memperoleh hasil optimal khususnya dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah yang banyak dipengaruhi oleh
komponen belajar mengajar yaitu siswa, guru, dan prasarana belajar. Keaktifan siswa dalam belajar dapat dilihat dari keikutsertaannya
dalam melaksanakan tugas belajarnya. Keaktifan siswa dalam belajar dapat terwujud perilaku-perilaku yang muncul dalam proses pembelajaran, seperti
perhatian terhadap ulasan materi pelajaran, respon terhadap suatu masalah dalam pembelajaran, dan kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran.
Akhirnya dengan siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran prestasi belajar pun diharapkan bisa meningkat.
Kerangka pikir di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Alur Kerangka Pikir
D. Hipotesis Penelitian