LEKSIA 12 Pembagian dan Analisis Leksia
71 pengorbanan Heinrich ditunjukkan dengan sebuah narasi seperti pada kutipan
berikut ini.
Er hätte sein Leben darum geben mögen, das Wort noch zu wissen Novalis, 2013: 107.
Dia akan memberikan hidupnya untuk mengingat kata itu. Dari leksia di atas muncul pertanyaan, seperti kata rahasia apa yang
diucapkan Mathilda kepada Heinrich? Mengapa Heinrich akan memberikan hidupnya untuk mengingat kata itu? Pertanyaan tersebut muncul karena tidak
terdapat penjelasan dalam narasi tentang ucapan Mathilda kepada Heinrich. Hal itu dibuktikan dengan narasi berikut.
Sie sagte ihm ein wunderbares geheimes Wort in den Mund, was sein ganzes Wesen durchklang Novalis, 2013: 107.
Dia mengucapkan sebuah kata rahasia yang mengagumkan ke mulutnya, yang terdengar oleh seluruh makhluk.
Dari narasi cerita tersebut dapat ditemukan kode hermeneutik HER berupa kode hermeneutik pentemaan, karena leksia di atas berupa narasi yang
memunculkan pertanyaan-pertanyaan dan mengandung teka-teki. Leksia di atas juga merupakan penggalan narasi yang menunjukkan adanya aksi Heinrich,
sehingga mengindikasikan adanya kode proairetik PRO. Selain itu, leksia di atas juga menunjukkan ciri khas karya sastra jaman romantik. Dalam kehidupan yang
nyata, orang tidak perlu memberikan hidupnya untuk mengingat sebuah kata. Apabila dilihat pada jaman sekarang, kalimat itu terkesan berlebihan. Seolah-olah
orang berani mati hanya untuk mengingat sebuah kata. Romantik merupakan jaman dimana karya sastra memiliki dasar tema tentang cinta, gairah,
individualitas dan pengalaman individu. Karya sastra pada jaman romantik juga
72 menghancurkan batas-batas klasik dan menguasai penciptaan fantasi yang bebas.
Oleh karena itu penulis pada jaman romantik membuat karya-karya fantasi yang imajinatif, dramatis, puitis, dan memecahkan batas antara mimpi atau khayalan
dengan kenyataan. Baumann dan Oberie dalam bukunya yang berjudul Deutsche Literatur in Epochen Baumann, 1996: 132 menjelaskan tentang karya sastra
zaman romantik seperti berikut. In der romantischen Kunst existieren wie im Märchen Phantasie und
Wirklichkeit nebeneinander; die Phantasie nimmt dem Vorrang ein. Die Wirklichkeit darf und kann von der Phantasie nicht getrennt werden.
Di dalam seni romantis keberadaan seperti di dalam dongeng fantasi dan kenyataan berdampingan; Fantasi menempati prioritas. Kenyataan tidak
boleh dan dapat dipisahkan dari fantasi.
Dengan adanya keterkaitan antara hasil karya sastra jaman romantik dengan tradisi pada jaman itu, maka dalam leksia tersebut di atas juga terdapat
kode kultural KUL. Selain itu terdapat pula makna konotasi dari leksia di atas. “Memberikan hidupnya” bisa pula bukan hanya berarti akan memberikan
hidupnya dengan cara apapun, bahkan hingga berani mati, melainkan bisa juga berarti akan mengingat kata rahasia yang diucapkan oleh Mathilda seumur
hidupnya. Dengan demikian, leksia ini juga memiliki makna lain, yaitu bahwa Heinrich akan melakukan apa saja untuk membuktikan cintanya kepada Matilda.
Dapat tergambar pula suasana atau situasi yang secara tidak langsung digambarkan oleh leksia tersebut di atas, yaitu suasana yang romantis dan sangat
berkesan bagi Heinrich dan Mathilda, sehingga dapat dikategorikan sebagai leksia yang mengandung kode semik SEM.
73 Terlihat bahwa Heinrich menunjukkan dirinya mau berkorban dalam tekad
untuk tetap menjalankan kewajiban. Pengorbanan Heinrich tersebut jelas ditunjukkan oleh Heinrich meskipun melalui sebuah narasi. Ia berani memberikan
hidupnya itu berarti ia tahu apa yang ia lakukan, ia tahu segala resiko yang akan diambil, dan juga memperlihatkan bahwa ia setia, bertanggung jawab, dan sebagai
bentuk penyerahan dirinya kepada Mathilda. Apapun yang akan terjadi, Heinrich akan tetap mengingat kata yang diucapkan oleh Mathilda.
Dari hasil analisis leksia ini ditemukan kode-kode semiotik, yaitu kode hermeneutik HER, kode proairetik PRO, kode kultural KUL dan kode semik
SEM. Pesan moral yang disampaikan melalui leksia ini adalah bahwa hidup itu adalah perjuangan dan membutuhkan pengorbanan. Kita hidup tidak akan selalu
menerima namun juga suatu saat harus memberi. Rela berkorban bagi sesama adalah perbuatan yang sangat mulia.