Validitas dan Reliabilitas METODE PENELITIAN

37 tokoh-tokoh itu Heinrich belajar tentang hal-hal penting. Tokoh-tokoh di bab pertama tersebut adalah ibu dan ayah Heinrich, die Kaufleute para pedagang, Zulima, der alten Bergmann dan der Einsiedler, der alte Schwaningkakek Heinrich, Klingsohr dan Mathilda. Pada bab kedua, dalam cerita fabel Klingsohr terdapat beberapa tokoh, yaitu Arctur, Sophie, Freya, Eisen, Eros, ayah dan ibu Eros, Ginnestan, Fabel, der Schreiber, die Sphinx dan die Parzen. Pada bagian akhir ditutup dengan dialog Heinrich dan Sylvester. Di dalam cerita tentu saja selain terdapat tokoh juga terdapat latar tempat dan latar waktu. Latar tempat dalam roman Heinrich von Ofterdingen ini digambarkan dengan jelas oleh pengarang. Tidak hanya terfokus pada satu latar tempat saja, melainkan juga terdapat beberapa latar tempat. Latar tempat yang disajikan oleh pengarang yaitu rumah Heinrich, Kamar Heinrich, sebuah desa, sebuah pusat kota, istanaSchloß dan Augsburg. Latar cerita dimulai dari kamar Heinrich, di mana dia tidur dan bermimpi dan rumah Heinrich ketika ayah dan ibunya bercakap-cakap dengan Heinrich tentang mimpinya. IstanaSchloß muncul di bab keempat roman, ketika Henrich bertemu dengan Zulima. Kemudian sebuah desa, dimana Heinrich dan ibunya bertemu dengan seorang laki-laki tua yang mengajaknya untuk pergi ke sebuah gunung untuk menambang. Di bab keenam sampai bagian kedua roman ini, diperlihatkan bahwa Heinrich, ibunya dan para pedagang sampai di Augsburg, rumah kakek Heinrich. Terdapat juga latar fiksi dalam cerita roman ini, yaitu ketika Klingsohr menceritakan sebuah dongeng dengan beberapa karakter fiksi pula. Latar tempat tersebut adalah Welt des nördlichen Himmels dengan tokoh Arctur, Sophie, Freya dan Eisen; Welt der 38 Menschen dengan tokoh Eros, orang tua Eros, Ginnestan, Fabel dan der Schreiber; dan eine Höhle dengan tokoh die Sphinx dan die Parzen. Simbol dari bunga birublaue Blume merupakan simbol dari hasrat dan kerinduan yang mendalam. Arti dari blaue Blume ditemukan oleh Heinrich dalam diri Mathilda. Menurut Heinrich, blaue Blume dan Mathilda memiliki hubungan. Hal tersebut membuat Heinrich jatuh cinta pada Mathilda dan seolah-olah kehadiran Mathilda memenuhi kerinduan Heinrich dan kemudian pada akhir cerita mereka bertunangan dan kemudian menikah.

B. Pembagian dan Analisis Leksia

Langkah selanjutnya dalam menemukan pesan-pesan moral dalam roman Heinrich von Ofterdingen ini adalah dengan cara membagi teks ke dalam satuan- satuan leksia dan kemudian menganalisis leksia tersebut. Leksia mungkin terdiri dari satu kata, kalimat, alinea, atau beberapa alinea Ratna, 2011: 260. Masing-masing leksia ditulis dalam asli, yaitu bahasa Jerman terlebih dahulu kemudian ditulis artinya dalam bahasa Indonesia dan dianalisis berdasarkan kode-kode semiotik yang terdapat dalam masing-masing leksia tersebut. Untuk mempermudah penulis dalam mencatat setiap kode yang terdapat di dalam leksia, pencatatan kode-kode tersebut disederhanakan menjadi sebagai berikut. a. Kode Hermeneutik HER b. Kode Semik SEM c. Kode Simbolik SIM