Leksia 1 Pembagian dan Analisis Leksia
43 roda itu maka roda akan bergerak cepat dan semakin cepat sehingga sampai ke
tujuan. Dalam kehidupan, roda digunakan sebagai lambang hidup di dunia. Orang sering mengatakan, ”Hidup itu seperti roda yang berputar. Terkadang kita berada
di atas dan terkadang kita berada di bawah.” Mimpi tidak hanya sekedar untuk mengingat sebuah peristiwa, namun juga merupaka inovasi atau pesan suara hati.
Dalam hal ini roda melambangkan perputaran kehidupan manusia, sehingga menurut lima kode semiotik Roland Barthes, leksia ini mengandung kode
simbolik SIM. Selain itu dalam leksia ini juga menunjukkan karakter Heinrich sebagai pemuda yang penuh dengan keyakinan dan teguh terhadap pendiriannya.
Ia mampu berpikir luas, tegas dan tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, dengan kata lain ia percaya pada dirinya sendiri. Dengan tegas dan yakin ia
mengatakan, bahwa mimpi itu terjadi bukanlah sebuah kebetulan yang tidak berarti. Maka ia memperjuangkan mimpi itu agar mimpinya menjadi kenyataan.
Oleh karena itu penggambaran karakter Heinrich menunjukkan bahwa dalam leksia ini juga terdapat kode semik SEM.
Keyakinan Heinrich yang tampak pada leksia di atas bertolak belakang dengan keyakinan ayahnya. Setelah Heinrich bangun, ayahnya berkata kepadanya
untuk memberi nasihat. Nasihat ayahnya tampak dalam kutipan berikut ini. “Du Langschläfer”, sagte der Vater, ... “Klüglich hast du den Lehrstand
erwählt, für den wir machen und arbeiten. Indes ein tüchtiger Gelehrter, wie ich mir habe sagen lassen, mu
β auch Nächte zu Hülfe nehmen, um die gro
βen Werke der Weisen vorfahren zu studieren.” Novalis, 2013: 12 “Kamu, tukang tidur”, kata sang ayah, ... “Dengan bijaksana kamu telah
memilih pelajaran, untuk siapa kita dan bekerja. Meskipun seorang sarjana yang terampil, seperti yang telah aku katakan, harus juga bekerja
di malam hari, untuk lebih mempelajari karya-karya besar nenek moyang yang bijaksana”
44 Ayah Heinrich ingin supaya Heinrich berperilaku disiplin dan tidak
bermalas-malasan. Selain kutipan perkataan ayah Heinrich di atas, kutipan di bawah ini juga menunjukkan bahwa ayah Heinrich ingin membuat Heinrich tidak
memikirkan mimpinya. ... der Vater arbeitete emsig fort und sagte: “Träume sind schäume, ...”
Novalis, 2013: 12 ... sang ayah melanjutkan bekerja dan berkata: “Mimpi adalah bunga tidur,
...” Ayahnya berharap agar Heinrich tidak perlu begitu mempedulikan mimpi
yang telah dialami. Ayahnya ingin agar Heinrich tidak larut dalam mimpi indahnya, namun Heinrich tidak sependapat dengan ayahnya. Heinrich merasa
bahwa anggapan ayahnya tentang sebuah mimpi itu tidaklah sesuai dengan apa yang ia yakini. Heinrich percaya bahwa sebuah mimpi memiliki arti. Bagi
Heinrich mimpi adalah suatu penglihatan dari Tuhan dan manusia harus memiliki interpretasi untuk mengartikan mimpi tersebut. Heinrich yakin dengan dirinya
sendiri dan mengungkapkan keyakinannya dengan lantang. Ia tidak menyesuaikan keyakinannya dengan harapan orang lain, yaitu ayahnya. Perkataan Heinrich pada
leksia tersebut di atas, menunjukkan bahwa ia bersikap jujur dan terbuka. Heinrich tidak akan berhenti untuk mewujudkan mimpinya merkipun ayahnya
melarang. Sikap tersebut bukan ungkapan rasa tidak hormat kepada ayahnya, melainkan ia lebih mengutamakan kebenaran harus tetap diperjuangkan hingga
menjadi kenyataan. Sikap Heinrich juga menunjukkan bahwa ia ingin ayahnya tahu tentang dirinya, bahwa ia sudah dewasa dan memiliki keyakinan yang kuat.
45 Menurut Magnis-Suseno, bersikap jujur terhadap orang lain berarti terbuka dan
fair. Terbuka bukan berarti kita harus menjawab semua pertanyaan orang lain dengan lengkap, atau orang lain harus mengetahui semua jalan pikiran kita.
Melainkan jujur dalam arti kita berhak atas batin kita sendiri dan selalu muncul sebagai diri kita sendiri sesuai dengan keyakinan kita Magnis, 1987: 142.
Leksia kedua ini terdapat kode simbolik SIM dan kode semik SEM. Dari hasil analisis leksia kedua dan kedua kode semiotik tersebut, pesan moral
yang terkandung dalam leksia ini adalah jujur kepada diri sendiri dan orang lain merupakan sikap yang paling utama dalam bertindak. Orang yang berkata dan
bertindak jujur akan menemukan jati diri dan tujuan hidupnya. Hal yang telah diyakini akan kebenarannya akan terus menggoda orang untuk mewujudkannya
dalam kehidupan nyata.