Rancangan Perbaikan Produktivitas Dalam Upaya Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Di Pabrik Teh Bah Butong Sidamanik

(1)

RANCANGAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS DALAM

UPAYA MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN

DI PABRIK TEH

BAH BUTONG SIDAMANIK

TESIS

Oleh

TIARMA SIMANIHURUK

117025002 / TI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

RANCANGAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS DALAM

UPAYA MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN

DI PABRIK TEH

BAH BUTONG SIDAMANIK

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

Dalam Program Studi Teknik Industri

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

TIARMA SIMANIHURUK

117025002/TI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Telah diuji pada

Tanggal : 23 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng. Anggota : 1. Dr. Ir. Nazaruddin, MT.

2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.

3. Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE. 4. Dr. Eng. Ir. Listiani Nurul Huda, MT.


(4)

Judul Tesis : RANCANGAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS DALAM

UPAYA MENINGKATKAN PROFITABILITAS

PERUSAHAAN DI PABRIK TEH BAH BUTONG SIDAMANIK

Nama Mahasiswa : Tiarma Simanihuruk

Nomor Pokok : 117025002

Program Studi : Teknik Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng)

Ketua Anggota

(Dr. Ir. Nazaruddin, MT)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng) (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME)

Tanggal Lulus: 23 Agustus 2013


(5)

ABSTRAK

Produktivitas merupakan suatu ukuran tentang kemampuan satu satuan input dalam menghasilkan output. Produktivitas produksi merupakan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi dalam kurun waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu sistem pengukuran dan perbaikan produktivitas yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk meningkatkan daya saing. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengukuran indeks produktivitas terdiri dari produktivitas tenaga kerja, bahan baku, energi dan modal. Model pengukuran menggunakan metode American Productivity Centre (APC) dan melalui perhitungan diperoleh indeks produktivitas, indeks profitabilitas dan indeks perbaikan harga. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data disimpulkan bahwa produktivitas perusahaan selama periode pengukuran masih berfluktuasi dan cenderung menurun. Rancangan perbaikan produktivitas dilakukan dengan membuat rencana strategi peningkatan produktivitas yaitu menerapkan program reduksi biaya, mengelola pertumbuhan, bekerja lebih tangkas, bekerja lebih efektif, mengurangi aktivitas.

Kata Kunci: Pengukuran Produktivitas, Indeks Produktivitas, Indeks Profitabilitas, Indeks Perbaikan Harga dan Perbaikan Produktivitas.


(6)

ABSTRACT

Productivity is a measure of the ability of one unit of input to produce output. Productivity is the production company's ability to increase production in a specified period. This study aims to design a measurement system and productivity improvements that can be applied by companies to increase their competitiveness. The method used is descriptive method. Measurement of productivity index consisting of the productivity of labor, raw materials, energy and capital. Measurement model using the American Productivity Center (APC) and through calculations, the index of productivity, profitability index and the index of price improvement. Based on the analysis and processing of data concluded that the productivity of the company during the measurement period is still fluctuating and declining. Productivity improvements made to the design of a strategic plan that is implemented productivity improvement programs reduction of costs, managing growth, working more agile, work more effectively, reducing activity.

Keywords: Measuring Productivity, Productivity Index, Profitability Index, Index Price Improvement and Productivity Improvement.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Tiarma Simanihuruk dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 27 Januari 1976, merupakan putri dari Bapak Romulus Simanihuruk dan Ibu Shinta Sinabariba. Telah menikah dengan Aston L. Situmorang, SE, Msi, dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Gregorius M.Situmorang. Penulis menetap di Jalan Pintu Air IV Gang Ternak No.5 Medan. Pendidikan formal dimulai dari pendidikan SD RK 7 Pematangsiantar, Sumatera Utara, lulus pada tahun 1989. Pada tahun 1992 menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SLTP Cinta Rakyat 4 Sinaksak, Pematangsiantar, Sumatera Utara. Kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA RK Bintang Timur, Pematangsiantar dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2005 menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jurusan Teknik Industri. Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan S2 di Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Teknik Industri.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan atas semua rahmat dan lindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Rancangan Perbaikan Produktivitas Dalam Upaya Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Di Pabrik Teh Bah Butong Sidamanik”. Penelitian ini berupaya memberikan masukan kepada perusahaan dengan melakukan rancangan perbaikan produktivitas yang diterapkan di perusahaan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, seluruh keluarga besar, suami dan anak tercinta, Aston L.Situmorang, SE., M.Si dan Gregorius M.Situmorang, yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil selama menyelesaikan studi dan penelitian.

Terima Kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME selaku dekan Fakultas Teknik USU. Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Industri USU dan sekaligus pembimbing utama dan Bapak Dr. Ir. Nazaruddin, MT selaku anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan motivasi selama pelaksanaan penelitian. Kepada Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE dan Ibu Dr. Eng. Listiani Nurul Huda, MT, selaku dosen pembanding serta Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku sekretaris Magister Teknik Industri USU serta para staf pengajar program Magister Teknik Industri USU yang telah memberikan ilmu pengetahuan, masukan dan motivasi selama menjalankan studi di Magister Teknik Industri USU.

Kepada Bapak pimpinan Pabrik Teh Bah Butong, Bapak Ir. T. M. Siahaan, MM selaku Manajer unit usaha yang telah memberikan izin dan bimbingan kepada penulis serta seluruh karyawan departemen pengolahan atas partisipasi dan kerja sama selama pelaksanaan penelitian.

Penulis menyadari masih terdapat kelemahan dan kekurangan penelitian ini maka saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan sebagai upaya kesempurnaan penelitian.

Medan, September 2013

Penulis


(9)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

RANCANGAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN PROFITABILITAS PADA PABRIK TEH BAH BUTONG SIDAMANIK

adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan,

Tiarma Simanihuruk NIM: 117025002/TI


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ... 9

1.6 Asumsi-asumsi ... 10

1.7 Sistematika Penulisan Laporan ... 10

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Pengertian dan Konsep Produktivitas ... 11

2.2 Unsur-unsur Produktivitas ... 15

2.2.1 Efisiensi ... 15

2.2.2 Efektifitas ... 15

2.2.3 Kualitas ... 15

2.3 Jenis dan Pengukuran Produktivitas ... 16

2.3.1 Jenis Produktivitas ... 16

2.3.2 Kriteria Pengukuran Produktivitas ... 17

2.3.3 Model Pengukuran Produktivitas APC ... 20

2.4 Manfaat dan Cara Peningkatan Produktivitas ... 22

2.5 Produktivitas Produksi ... 25

2.5.1 Pengertian Produktivitas Produksi ... 25

2.5.2 Pengukuran Produktivitas Produksi ... 26

2.6 Produktivitas dan Profitabilitas ... 27


(11)

2.7 Evaluasi Produktivitas ... 33

2.8 Tindakan Perbaikan Produktivitas ... 34

2.9 Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) ... 37

2.10 Review Hasil Penelitian ... 39

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 42

3.1 Profil Perusahaan ... 42

3.2 Proses Produksi ... 44

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 52

4.1 Tipe Penelitian ... 52

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52

4.3 Metodologi Penelitian ... 52

4.3.1 Kerangka Konseptual ... 53

4.3.2 Variabel dan Definisi Operasional ... 53

4.3.3 Teknik dan Pengumpulan Data ... 56

4.3.4 Metode Pengolahan Data ... 56

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 62

5.1 Pengumpulan Data Input, Output dan Hitungan ... 62

5.1.1 Tenaga Kerja ... 62

5.1.2 Bahan Baku ... 64

5.1.3 Energi ... 65

5.1.4 Modal ... 66

5.1.5 Jumlah dan Nilai Produksi ... 67

5.1.6 Output dan Input Total ... 68

5.1.7 Perhitungan Deflator Tenaga Kerja ... 69

5.1.8 Perhitungan Deflator Bahan Baku ... 70

5.1.9 Perhitungan Deflator Energi ... 70

5.2 Perhitungan Produktivitas Parsial dan Indeks Produktivitas ... 75

5.2.1 Perhitungan Produktivitas Tenaga Kerja ... 76

5.2.2 Perhitungan Produktivitas Bahan Baku ... 77

5.2.3 Perhitungan Produktivitas Energi ... ... 79

5.2.4 Perhitungan Produktivitas Modal ... 80

5.2.5 Perhitungan Produktivitas Total Input ... 80

5.2.6 Perhitungan Produktivitas Total Faktor ... 83

5.2.7 Perhitungan Indeks Input Tenaga Kerja ... 84

5.2.8 Perhitungan Indeks Input Bahan Baku ... 84

5.2.9 Perhitungan Indeks Input Energi ... 85

5.2.10 Perhitungan Indeks Input Modal ... 85

5.3 Perhitungan Indeks Profitabilitas Berdasarkan Harga Berlaku ... 86

5.3.1 Perhitungan Indeks Output Berdasarkan Harga Berlaku ... 86

5.3.2 Perhitungan Indeks Input Tenaga Kerja Berdasarkan Harga Berlaku ... 87


(12)

5.3.3 Perhitungan Indeks Input Bahan Baku Berdasarkan

Harga Berlaku ... 87

5.3.4 Perhitungan Indeks Input Energi Berdasarkan Harga Berlaku ... 88

5.3.5 Perhitungan Indeks Input Modal Berdasarkan Harga Berlaku ... 88

5.3.6 Perhitungan Indeks Input Total Berdasarkan Harga Berlaku ... 89

5.4 Perhitungan Indeks Perbaikan Harga ... 94

5.4.1 Perhitungan Indeks Perbaikan Harga dari Input Tenaga Kerja ... 95

5.4.2 Perhitungan Indeks Perbaikan Harga dari Input Bahan Baku ... 95

5.4.3 Perhitungan Indeks Perbaikan Harga dari Input Energi ... 96

5.4.4 Perhitungan Indeks Perbaikan Harga dari Input Modal ... 97

5.4.5 Perhitungan Indeks Perbaikan Harga dari Input Total ... 98

5.5 Analisa Hasil Pengolahan Data ... 99

5.5.1 Pengukuran Produktivitas, Profitabilitas dan Indeks Perbaikan Harga Tenaga Kerja ... 99

5.5.2 Pengukuran Produktivitas, Profitabilitas dan Indeks Perbaikan Harga Bahan Baku ... 102

5.5.3 Pengukuran Produktivitas, Profitabilitas dan Indeks Perbaikan Harga Energi ... 105

5.5.4 Pengukuran Produktivitas, Profitabilitas dan Indeks Perbaikan Harga Modal ... 108

5.5.5 Pengukuran Produktivitas, Profitabilitas dan Indeks Perbaikan Harga Total Input ... 111

5.6 Evaluasi Produktivitas Perusahaan ... 114

5.7 Perbaikan Produktivitas Perusahaan ... 118

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

6.1 Kesimpulan ... 122

6.2 Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal.

1.1. Grafik Total Biaya ... 6

1.2. Grafik Nilai Penjualan ... 7

2.1. Konsep Produktivitas ... 13

2.2. Siklus Produktivitas ... 13

2.3. Strategi Peningkatan Produktivitas dan Profitabilitas Perusahaan ... 27

2.4. Produktivitas dan Profitabilitas ... 33

2.5. Contoh Fishbond Diagram ... 37

3.1. Skema Proses Pengolahan Teh Hitam ... ………... 44

4.1. Kerangka Konseptual ... 53

4.2. Metode Pengolahan Data ... 57

5.1. Biaya Tenaga Kerja Tahun 2007-2011 ... 64

5.2. Biaya Bahan Baku Tahun 2007-2011 ... 65

5.3. Biaya Energi Tahun 2007-2011 ... 66

5.4. Modal Tahun 2007 – 2011 ... 67

5.5. Jumlah dan Nilai Produksi Tahun 2007-2011 ... 68

5.6. Indeks Produktivitas Tenaga Kerja dan Trend ... 77

5.7. Indeks Produktivitas Bahan Baku dan Trend ... 78

5.8. Indeks Produktivitas Energi dan Trend ... 80

5.9. Indeks Produktivitas Modal dan Trend ... 81

5.10. Indeks Produktivitas Total dan Trend ... 82

5.11. Indeks Produktivitas Total Faktor dan Trend .... 84

5.12. Indeks Profitabilitas Tenaga Kerja dan Trend ... 90

5.13. Indeks Profitabilitas Bahan Baku dan Trend ... 91

5.14. Indeks Profitabilitas Energi dan Trend ... 92

5.15. Indeks Profitabilitas Modal dan Trend ... 93

5.16. Indeks Profitabilitas Input Total danTrend ... 94

5.17. Indeks Perbaikan Harga Tenaga Kerja dan Trend ... 95


(14)

5.19. Indeks Perbaikan Harga Energi dan Trend ... 97

5.20. Indeks Perbaikan Harga Modal dan Trend ... 98

5.21. Indeks Perbaikan Harga Input Total dan Trend ... 99

5.22. Indeks Produktivitas Tenaga Kerja 2007-2011 ... 100

5.23. Indeks Profitabilitas Tenaga Kerja 2007-2011 ... 100

5.24. Indeks Perbaikan Harga Tenaga Kerja 2007-2011 ... 101

5.25. Indeks Produktivitas Bahan Baku 2007-2011 ... 103

5.26. Indeks Profitabilitas Bahan Baku 2007-2011 ... 103

5.27. Indeks Perbaikan Harga Bahan Baku 2007-2011 ... 104

5.28. Indeks Produktivitas Energi 2007-2011 ... 106

5.29. Indeks Profitabilitas Energi 2007-2011 ... 107

5.30. Indeks Perbaikan Harga Energi 2007-2011 ... 107

5.31. Indeks Produktivitas Modal 2007-2011 ... 109

5.32. Indeks Profitabilitas Modal 2007-2011 ... 110

5.33. Indeks Perbaikan Harga Modal 2007-2011 ... 110

5.34. Indeks Produktivitas Total Input 2007-2011 ... 112

5.35. Indeks Profitabilitas Total Input 2007-2011 ... 113

5.36. Indeks Perbaikan Harga Total Input 2007-2011 ... 113

5.37. Diagram Sebab Akibat Rendahnya Produktivitas Tenaga Kerja 2007-2011 ... 115

5.38. Diagram Sebab Akibat Rendahnya Produktivitas Bahan Baku 2007-2011 ... 116

5.39. Diagram Sebab Akibat Rendahnya Produktivitas Tenaga Kerja 2007-2011 ... 117

5.40. Diagram Sebab Akibat Rendahnya Produktivitas Modal 2007-2011 ... 117


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1.1. Produksi, Luas Areal dan Ekspor Teh Nasional 2005-2011 ... 2

1.2. Nilai Penjualan dan Total Biaya ... 6

5.1 Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2007-2011 ... 62

5.2 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Tahun 2007 – 2011 ... 62

5.3. Total Biaya Tenaga Kerja Tahun 2007 – 2011 ... 63

5.4. Biaya Bahan Baku Tahun 2007 – 2011 ... 64

5.5. Biaya Energi Tahun 2007 – 2011 ... 65

5.6. Total Biaya Energi Tahun 2007 – 2011 ... 66

5.7. Modal Tahun 2007 – 2011 ... 67

5.8. Jumlah dan Nilai Produksi ... 68

5.9. Output dan Input Total Berdasarkan Harga Berlaku ... 69

5.10. Indeks Harga dan Deflator Biaya Tenaga Kerja ... 70

5.11. Indeks Harga dan Deflator Biaya Bahan Baku ... 70

5.12. Indeks Harga dan Deflator Biaya Energi ... 71

5.13. Indeks Harga dan Deflator Biaya Modal ... 72

5.14. Indeks Harga dan Deflator Biaya Output ... 72

5.15. Indeks Produktivitas Berdasarkan Harga Tahun Dasar ... 86

5.16. Indeks dan Profitabilitas Berdasarkan Nilai Tahun Berjalan ... 94

5.17. Indeks Profitabilitas, Produktivitas, Perbaikan Harga Tenaga Kerja 2007-2011 ... 101

5.18. Indeks Profitabilitas, Produktivitas, Perbaikan Harga Bahan Baku 2007-2011 ... 105

5.19. Indeks Profitabilitas, Produktivitas, Perbaikan Harga Energi 2007-2011 ... 108

5.20. Indeks Profitabilitas, Produktivitas, dan Perbaikan Harga Modal 2007-2011 ... 111

5.21. Indeks Profitabilitas, Produktivitas, dan Perbaikan Harga Total Input 2007-2011 ... 114


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Output Dan Input Perusahaan Dengan Menggunakan

Nilai Deflator ... 125 2. Produktivitas Berdasarkan Harga Tahun Dasar (2007) ... 126 3. Indeks Profitabilitas, Indeks Produktivitas dan

Indeks Perbaikan Harga ... 127 4. Alur proses pengolahan teh hitam di PTPN IV

Kebun Bah Butong ... 128


(17)

ABSTRAK

Produktivitas merupakan suatu ukuran tentang kemampuan satu satuan input dalam menghasilkan output. Produktivitas produksi merupakan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan hasil produksi dalam kurun waktu tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk merancang suatu sistem pengukuran dan perbaikan produktivitas yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk meningkatkan daya saing. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Pengukuran indeks produktivitas terdiri dari produktivitas tenaga kerja, bahan baku, energi dan modal. Model pengukuran menggunakan metode American Productivity Centre (APC) dan melalui perhitungan diperoleh indeks produktivitas, indeks profitabilitas dan indeks perbaikan harga. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data disimpulkan bahwa produktivitas perusahaan selama periode pengukuran masih berfluktuasi dan cenderung menurun. Rancangan perbaikan produktivitas dilakukan dengan membuat rencana strategi peningkatan produktivitas yaitu menerapkan program reduksi biaya, mengelola pertumbuhan, bekerja lebih tangkas, bekerja lebih efektif, mengurangi aktivitas.

Kata Kunci: Pengukuran Produktivitas, Indeks Produktivitas, Indeks Profitabilitas, Indeks Perbaikan Harga dan Perbaikan Produktivitas.


(18)

ABSTRACT

Productivity is a measure of the ability of one unit of input to produce output. Productivity is the production company's ability to increase production in a specified period. This study aims to design a measurement system and productivity improvements that can be applied by companies to increase their competitiveness. The method used is descriptive method. Measurement of productivity index consisting of the productivity of labor, raw materials, energy and capital. Measurement model using the American Productivity Center (APC) and through calculations, the index of productivity, profitability index and the index of price improvement. Based on the analysis and processing of data concluded that the productivity of the company during the measurement period is still fluctuating and declining. Productivity improvements made to the design of a strategic plan that is implemented productivity improvement programs reduction of costs, managing growth, working more agile, work more effectively, reducing activity.

Keywords: Measuring Productivity, Productivity Index, Profitability Index, Index Price Improvement and Productivity Improvement.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 negara eksportir teh dunia, kini tergusur ke ranking tujuh dunia. Turki dan Vietnam berhasil naik kelas ke posisi lima dan enam dunia dalam hal penguasaan pangsa pasar teh internasional. Sementara peringkat pertama masih diduduki oleh China, disusul oleh India, Kenya dan Srilanka (Asosiasi Teh Indonesia, 2009).

Arifin (2013), salah satu penyebab turunnya kinerja ekspor teh nasional, karena produksi teh yang terus menyusut akibat adanya konversi lahan. Produktivitas kebun teh dalam negeri mengalami penurunan akibat gangguan cuaca dan penyakit tanaman. Penurunan produksi teh berdampak pada volume ekspor yang diperkirakan turun dari 87.100 ton tahun lalu menjadi 79.800 ton.

Nasir (2013), produksi teh tahun ini diperkirakan berkurang dari 150.342 ton menjadi 136.800 ton. Kondisi ini berdampak pada kinerja ekspor. Penurunan tidak hanya dari sisi volume, tetapi nilai ekspor tahun ini juga diperkirakan turun menjadi US$ 171,67 juta dari tahun lalu US$ 178,55 juta.

Berdasarkan Statistik Perkebunan (2010), luas areal teh pada tahun 2007 133,734 Ha, turun menjadi 123,506 Ha pada tahun 2009. Hal ini disebabkan rendahnya harga komoditi teh di pasar internasional, yang berimplikasi pada rendahnya harga jual teh domestik. Rendahnya harga tidak sebanding dengan biaya produksi yang terus meningkat setiap tahunnya, sehingga banyak pembudidaya teh rakyat yang mengkonversi lahan teh


(20)

miliknya menjadi komoditi yang lebih menguntungkan bagi mereka, seperti sayur-sayuran dan kelapa sawit.

Permasalahan ini berdampak pada jumlah produksi teh Indonesia, dimana produksi teh Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2006. Pada tahun 2007 hingga 2011 terjadi peningkatan produksi teh namun sebesar tahun 2005. Pengurangan jumlah produksi ini mempengaruhi volume ekspor teh Indonesia, karena hampir 80% teh yang diproduksi oleh Indonesia dialokasikan untuk dijual ke pasar ekspor. Jumlah produksi, luas areal dan jumlah ekspor selama 2005-2011 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Produksi, Luas Areal dan Ekspor Teh Nasional Tahun 2005-2011

Tahun 200

5 200 6 200 7 200 8 200 9 201 0 201 1 Produk si (Ton) 166. 951 146. 858 150. 623 153. 971 156. 901 150. 342 153. 175 Luas area

(Ha) 139.

121 135. 590 133. 734 127. 712 123. 506 124. 573 123. 554 Ekspor (Ton) 102. 389 95.3 38 83.6 58 96.2 09 92.3 05 - -

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan 2010

Indonesia sebagai negara produsen teh harus melakukan upaya untuk meningkatkan produksinya. Salah satu upaya tersebut adalah meningkatkan produktivitas. Teh sebagai komoditas andalan masih memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan. Peranan ekspor


(21)

teh terhadap ekspor hasil pertanian masih rendah sementara peningkatan ekspor non migas merupakan alat penting dalam pengembangan perekonomian di Indonesia.

Menurut Rochayati (2012), penurunan areal teh menyebabkan hasil produksi industri teh Indonesia mengalami penurunan produksi tiap tahun. Penurunan produksi berdampak pada volume ekspor yang ikut berkurang dari 7,9% pada tahun 2000 menjadi 6,1% pada tahun 2010. Produktivitas teh saat ini hanya 1,5 ton per ha, dimana harga hanya naik 4,6% per tahun sementara lonjakan biaya produksi naik rata-rata 13% per tahun. Dengan demikian industri teh Indonesia mengalami kerugian.

Kebun teh Bah Butong merupakan salah satu kebun teh yang terdapat di Sumatera Utara yang merupakan bagian dari PTPN IV dengan luas areal Hak Guna Usaha (HGU) 2.684,84 Ha, luas tanaman menghasilkan (TM) 1.229,71 Ha di ketinggian 890 di atas permukaan laut. Pabrik teh Bah Butong merupakan satu-satunya pabrik yang masih aktif berproduksi dan menghasilkan teh hitam orthodox. (Selayang Pandang, 2013).

Menurut penelitian Fandy (2009), upaya peningkatan produktivitas dan kwalitas teh dapat dilakukan dengan merumuskan kebijaksanaan dan skenario peningkatan produksi melalui pendekatan sistem (approach system). Penggunaan pendekatan sistem akan menghasilkan keputusan yang efektif dan operasional yang sesuai dengan tujuan produksi perusahaan. Penelitian lain, Sukardi (2008) melakukan analisis tingkat penggunaan kapasitas pabrik, menghitung biaya-biaya yang timbul akibat adanya kapasitas mengganggur dan kapasitas non produktif, menganalisis alternatif perbaikan tingkat utilitas kapasitas lini produksi pada Perkebunan Nusantara VIII. Selain itu, Handoyo (2010) melakukan penelitian mengenai pengukuran produktivitas dan penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisa produktivitas PT. Panca Wana Indonesia dengan pendekatan metode APC (The American Productivity Center), mengetahui jumlah keluaran (output) hasil produksi khususnya produk


(22)

furniture yang dihasilkan oleh perusahaan. Perusahaan juga dapat mengetahui fluktuasi tingkat produktivitasnya. Susanti (2008), Pengukuran Produktivitas PTP.Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro Dengan Metode Objective Matrix (OMAX). Pengukuran produktivitas dengan metode Objective Matrix (OMAX) diawali dengan mengindentifikasi kriteria-kriteria produktivitas dan rasio yang dapat mewakili masing-masing kriteria tersebut. PTP. Nusantara VI memiliki tiga kriteria produktivitas, yaitu kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi memiliki lima rasio produktivitas, kriteria efektivitas memiliki dua rasio, dan kriteria inferensial memiliki dua rasio produktivitas. Penelitian ini menggunakan tiga kriteria produktivitas, yaitu kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi memiliki lima rasio produktivitas, kriteria efektivitas memiliki dua rasio, dan kriteria inferensial memiliki dua rasio produktivitas. Usulan perbaikan dengan menggunakan

Strategy Matrix, dimana pembentukan Strategy Matrix ini bertujuan untuk menentukan prioritas perbaikan yang akan dilakukan. Adapun prioritas perbaikan produktivitas adalah melakukan pengawasan yang rutin dan shopfloor management, mengurangi jam kerusakan mesin dengan cara melakukan preventive maintenance, peningkatan disiplin karyawan, pemberian insentif bagi karyawan yang berprestasi.

Kondisi perusahaan menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan meningkat dan nilai penjualan menurun. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba cenderung menurun dan kondisi ini mengindikasikan terjadinya produktivitas berfluktuasi. Nilai penjualan dan total biaya dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Nilai Penjualan dan Total Biaya (Dalam Milyar Rupiah) Tahun

Nilai Penjualan

Total

Biaya Profitabilitas

2007

41,758

82,117 51%

2008

44,500

74,729 60%


(23)

2009

54,899

74,965 73%

2010

45,074

84,100 54%

2011

47,548

81,801 58%

Sumber: Data Bagian Pengolahan Pabrik Teh Bah Butong

Dari data di atas dapat juga dibuat grafik yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada total biaya dan nilai penjualan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1 dan 1.2.

Gambar 1.1 Grafik Total Biaya


(24)

Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai penjualan mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai tahun 2009, dan tahun 2010 mengalami penurunan. Namun dari tahun 2009 sampai 2010, tingkat penjualan menurun dan total biaya mengalami kenaikan. Hal ini menggambarkan

profitabilitas perusahaan mengalami penurunan yang dihitung melalui perbandingan nilai penjualan terhadap total biaya.

Pengukuran tingkat profitabilitas dan produktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan metode (model) APC (The American Productivity Center). Tingkat produktivitas meningkat menunjukkan tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah implementasi produktivitas terukur belum efektif dilakukan, mengidentifikasi faktor penyebab turunnya produktivitas dan membuat rancangan usulan perbaikan produktivitas dalam upaya meningkatkan profitabilitas perusahaan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan usulan perbaikan produktivitasyang dapat diimplementasikan di Pabrik Teh Bah Butong. Sasaran penelitian untuk mencapai tujuan tersebut adalah:

1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi rendahnya produktivitas perusahaan. 2. Menyusun rancangan perbaikan produktivitas dengan implementasi pengukuran

produktivitas sehingga dapat mengetahui tingkat produktivitas dan profitabilitas

perusahaan.


(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan bahan masukan kepada perusahaan untuk membuat kebijakan perbaikan produktivitas yang nantinya dapat diketahui tingkat produktivitas dan profitabilitas

perusahaan.

2. Sebagai bahan referensi dan pengembangan bagi peneliti lainnya dalam melakukan kajian yang sama.

3. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan penelitian dan berbagai aspek yang berkaitan dengan implementasi pengukuran dan perbaikan produktivitas di perusahaan.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Dalam menyelesaikan masalah penelitian perlu dibuat pembatasan ruang lingkup dan asumsi guna menghindari penyimpangan dari tujuan yang sebenarnya. Ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain:

1. Pengambilan dan pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis produktivitas adalah data lima tahun yaitu 2007, 2008, 2009, 2010, 2011.

2. Pengukuran produktivitas yang digunakan adalah model American Productivity Centre (APC), dengan menggunakan data jumlah output (produk) yang dihasilkan dikali dengan harga tiap produk dan jumlah input yang digunakan dikali dengan biayanya.


(26)

3. Faktor input yang digunakan dalam pengukuran produktivitas adalah tenaga kerja, bahan baku, energi, modal dan penjualan. Faktor output yang digunakan adalah hasil produksi teh.

4. Evaluasi tingkat produktivitas dilakukan untuk mengetahui tingkat produktivitas perusahaan dan akhirnya dapat dilakukan perbaikan produktivitasnya.

5. Analisis perusahaan bukan untuk membandingkan dengan perusahaan lain.

1.6 Asumsi-Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyelesaian permasalahan produktivitas adalah: 1. Tidak ada perubahan terhadap proses prouksi dan metode kerja.

2. Kondisi perekonomian di Indonesia dalam keadaan stabil.

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari survei di Pabrik. Teh Bah Butong, dari bagian personalia, pengolahan, dan keuangan.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan

Hasil penelitian disajikan dalam enam bab. Bab pertama menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi penelitian serta sistematika penulisan laporan. Bab kedua menampilkan literatur yang sesuai dan mendukung penelitian untuk memberikan pemahaman dan uraian teori. Bab ketiga menyajikan atribut perusahaan secara umum seperti manajemen dan organisasi serta uraian proses produksi.

Bab keempat menguraikan desain penelitian serta langkah-langkah penelitian yang merupakan kerangka pemecahan masalah untuk menganalisis data penelitian. Bab kelima menyajikan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan hasil pengolahan data serta


(27)

rancangan perbaikan. Bab keenam merangkum kesimpulan dari kajian yang telah dilakukan serta saran bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya.

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.Pengertian dan Konsep Produktivitas

Dewasa ini kesadaran akan perlunya peningkatan produktivitas semakin meningkat, karena adanya suatu keyakinan bahwa perbaikan produktivitas akan memberikan kontribusi positif dalam perbaikan ekonomi. Adanya peningkatan produktivitas dapat diartikan adanya perbaikan terus menerus, peningkatan mutu hasil kerja, sampai dengan peningkatan pemberdayaan sumber dana dan sumber-sumber produksi lainnya.

Pengertian produktivitas menurut Sinungan (2000) terdiri dari tiga kelompok rumusan yaitu:

1. Rumusan tradisional, dimana produktivitas adalah rasio dari apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang digunakan(input).

2. Produktivitas pada dasarnya merupakan suatu sikap mental yang selalu berusaha dan memiliki pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

3. Produktivitas merupakan interaksi yang terjadi secara serasi dari tiga faktor esensial, yakni investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta R&D dan manajemen tenaga kerja.


(28)

Sadikin (2005), produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi terhadap biaya input produksi.

Produktivitas =

... (2.1)

Konsep produktivitas lebih luas dari konsep-konsep yang hanya berorientasi pada satu segi saja seperti efektifitas, efisiensi, dan produksi. Efektifitas adalah suatu ukuran untuk menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas dan waktu) telah tercapai, yaitu semakin besar persentase target yang dapat dicapai, berarti semakin tinggi tingkat efektifitasnya. Jadi konsep ini orientasinya lebih tertuju pada output sedangkan efisiensi adalah suatu ukuran yang membandingkan rencana penggunaan input dengan realisasi penggunaannya, semakin besar

input yang dapat dihemat berarti semakin tinggi tingkat efisiensi. Jadi konsep ini orientasinya tertuju kepada input. Sedangkan yang dimaksud dengan input adalah volume dari semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output.

Secara umum konsep dan siklus produktivitas dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2.

Gambar 2.1 Sistem Produktivitas Dalam Industri ( Gasperz,2000)

Output Proses *Tenaga Kerja * Modal * Material * Energi * Tanah Proses transforma si nilai tambah Produk (Barang / ) Produktivitas sisprod (output:Input ) jasa)

Umpan balik untuk pengendalian sisprod agar meningkatkan produktivitas

Produktivita Input

Lingkungan


(29)

Gambar 2.1 Konsep Produktivitas ( Gasperz,2000)

Gambar 2.2 Siklus Produktivitas (Gasperz,2000)

Gambar 2.2 tampak bahwa siklus produktivitas merupakan suatu proses yang kontinu yang melibatkan aspek-aspek pengukuran, evaluasi, perencanaan dan peningkatan produktivitas. Berdasarkan konsep siklus ini, secara formal program peningkatan produktivitas harus dimulai melalui pengukuran produktivitas dari sistem industri itu sendiri. Untuk keperluan ini berbagai teknik pengukuran dapat digunakan dan dikembangkan dari memilih indikator pengukuran yang sederhana sampai yang lebih kompleks dan komprehensif.

Apabila produktivitas dari sistem industri telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual untuk dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana

(productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Untuk mencari target produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas secara terus menerus. Siklus produktivitas itu diulang kembali secara kontinu untuk mencapai peningkatan produktivitas terus menerus dalam sistem industri. Mulyono (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu:


(30)

2. Perubahan performansi ekonomi. 3. Perubahan komposisi angkatan kerja. 4. Riset dan pengembangan.

5. Organisasi dan manajemen. 6. Perubahan mutu kerja.

2.2 Unsur-unsur Produktivitas

Unsur-unsur produktivitas terdiri dari tiga unsur penting, antara lain efisiensi, efektifitas dan kualitas. (Heusauer,1981).

2.2.1 Efisiensi

Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan input yang direncanakan dengan penggunaan input yang sebenarnya terlaksana. Efisiensi lebih mengacu kepada ukuran penggunaan sumber daya untuk mendapatkan hasil tertentu (input-based measurement). (Sinulingga, 2012).

2.2.2. Efektifitas

Efektifitas adalah pencapaian tujuan secara tepat dan cepat yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai. Konsep efektivitas berorientasi pada

output. Ukuran efektivitas lebih mengacu kepada ukuran kesesuaian metode dalam mencapai sasaran yang ditetapkan. (Sinulingga, 2012).

2.2.3. Kualitas

Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah terpenuhinya berbagai persyaratan (requirement), spesifikasi dan harapan (expectation). Unsur ini orientasinya hanya tertuju pada segi pengadaan masukan atau hanya pada segi keluaran dan segi distribusi (termasuk kepuasan konsumen) atau kedua-duanya.


(31)

Kualitas merupakan ukuran produk produktivitas, meskipun kualitas sulit diukur secara sistematis melalui rasio output atau input. Output yang berkualitas baik

secara tidak langsung akan meningkatkan rasio output atau input dalam arti nilai tambah (Value Added), yang berarti meningkatnya rasio output atau input karena kualitas yang baik.

2.3 Jenis dan Pengukuran Produktivitas

2.3.1 Jenis Produktivitas

Menurut Sumanth, pada dasarnya ada tiga jenis produktivitas yaitu: 1. Produktivitas Total.

Produktivitas total adalah rasio keluaran total terhadap semua faktor masukan. Jadi pengukuran produktivitas total mencerminkan pengaruh dari semua masukan dalam menghasilkan keluaran.

2. Produktivitas Faktor Total.

Produktivitas faktor total adalah rasio keluaran bersih terhadap jumlah masukan faktor tenaga kerja dan faktor modal. Keluaran bersih adalah keluaran total dikurangi dengan jumlah barang dan jasa yang dibeli.

3. Produktivitas Parsial.

Produktivitas parsial adalah rasio keluaran terhadap salah satu faktor masukan. Sebagai contoh, produktivitas modal (rasio dari keluaran dengan masukan modal) adalah ukuran produktivitas parsial.

Dari ketiga produktivitas diatas, baik keluaran ataupun masukan harus dinyatakan dalam bentuk tangible dan nilai produktivitasnya akan dihitung berdasarkan harga konstan pada periode dasar. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan pengaruh perubahan harga, sehingga hanya jumlah dari masukan dan keluaran saja yang dipertimbangkan.

Ukuran produktivitas bisa berupa ukuran produktivitas operasional ataupun finansial. Produktivitas operasional (operational productivity) adalah rasio unit output terhadap unit input.


(32)

Pembilang maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit). Produktivitas finansial (financial productivity) juga merupakan rasio output terhadap input dengan angka pembilang atau penyebutnya dalam satuan uang.

(Mc Graw Hill).

2.3.2 Kriteria Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting di semua tingkatan ekonomi. Di beberapa negara maupun perusahaan pada akhir- akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran produktivitas. Pada tingkat perusahaan, pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Formula yang digunakan dalam pengukuran produktivitas menurut Sinungan (2008) adalah:

Produktivitas =

... (2.2)

Menurut Edward J.Blocher (2001), rumus produktivitas sebagai berikut:

Produktivitas Parsial =

... (2.3)

Produktivitas Total =

... (2.4)

Njiraini (2012), pengukuran produktivitas total adalah hubungan output total terukur dengan jumlah keseluruhan sumber daya input yang terukur.

Produktivitas Total =

... (2.5)

Ukuran yang dapat dijadikan sebagai output dan input dalam produktivitas adalah sebagai berikut:


(33)

1. Ukuran output dapat dinyatakan dalam bentuk: a. Jumlah satuan fisik produk/jasa.

b. Nilai rupiah produk/jasa. c. Nilai tambah.

d. Jumlah pekerjaan. e. Jumlah laba kotor.

2. Ukuran input dapat dinyatakan dalam bentuk: a. Jumlah waktu.

b. Jumlah tenaga kerja. c. Jumlah jam/orang.

d. Jumlah biaya tenaga kerja. e. Jumlah jam mesin.

f. Jumlah biaya penyusutan dan perawatan mesin. g. Jumlah material.

h. Jumlah biaya material. i. Jumlah luas tanah.

j. Jumlah seluruh biaya pengusahaan.

Adapun kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan pengukuran produktivitas ada enam, (Sumanth,1994) yaitu:

a.Validity (Keabsahan).

Pengukuran produktivitas harus menggambarkan secara tepat perubahan dari masukan menjadi keluaran dalam proses produksi yang sebenarnya. Jumlah produk yang dihasilkan tiap satuan waktu kadang-kadang tidak dapat dijadikan suatu ukuran yang absah dikarenakan lama penyelesaian produk tidak sama.


(34)

b.Completeness (Kelengkapan).

Pengukuran produktivitas harus mencakup seluruh masukan dan keluaran yang digunakan dan yang dihasilkan walaupun sulit untuk menghitung semua komponen yang terlibat baik komponen masuk maupun keluar. Kelengkapan dibutuhkan agar dapat menghasilkan pengukuran yang berarti.

c.Compability (Dapat dibandingkan).

Produktivitas merupakan suatu ukuran relatif, sehingga suatu badan usaha tidak dapaat dibandingkan dengan badan usaha lain. Tetapi dapat digunakan untuk periode waktu yang berbeda dalam suatu badan usaha. Pentingnya pengukuran produktivitas terletak pada kemampuan untuk dapat dibandingkan antara satu periode dengan periode lainnya atau terhadap ukuran standar.

d.Inclusiveness (Ketermasukan).

Suatu pengukuran produktivitas bukan hanya terletak pada pengukuran produktivitas, bukan hanya terletak pada pengukuran produksi, lingkup pengukuran harus diperluas meliputi pembelian, persediaan, personal, keuangan serta penjualan.

e.Timeliness (Ketepatan waktu).

Hasil pengukuran mengandung nilai informasi yang lebih besar bagi pihak manajemen untuk mengambil tindakan perbaikan. Agar informasi berfungsi secara tepat, periode waktu pengukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

f. Cost Effectiveness (Keefektifan biaya).

Pengukuran harus dilakukan dengan memperhatikan biaya-biaya yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan proses.


(35)

2.3.3 Model Pengukuran Produktivitas APC.

Model APC (The American Productivity Center) menghubungkan pengukuran

produktivitas dengan profitabilitas dan price recovery factor sebagai berikut:(Sinulingga, 2012).

Profitabilitas =

... (2.6)

=

= x

= Produktivitas x Faktor Perbaikan Harga

Tiga formulasi matematika dari model APC (The American Productivity Center) sebagai berikut:

a. Formulasi perhitungan angka indeks produktivitas dengan menggunakan harga-harga konstan pada periode satu (periode dasar).

b. Formulasi perhitungan indeks produktivitas dengan menggunakan harga berlaku. c. Formulasi perhitungan angka indeks perbaikan harga dari setiap input yang

digunakan.

Rasio produktivitas memberikan suatu indikasi sejauh mana efisiensi penggunaan sumber-sumber daya (input) dalam menghasilkan output perusahaan, kuantitas output dan input

untuk setiap periode waktu digandakan dengan harga-harga periode dasar agar memperoleh indeks produktivitas. Kemudian harga-harga output dan biaya per unit dari input setiap tahun digandakan dengan kuantitas output yang dihasilkan dan kuantitas input yang digunakan pada periode tertentu untuk memperoleh perbaikan harga, indeks profitabilitas dapat ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:


(36)

IPF = IP x IPH atau IP = IPF/IPH ... (2.7)

Dimana:

IPF = indeks profitabilitas.

IP = indeks produktivitas. IPH = indeks perbaikan harga.

Dari ukuran produktivitas yang dikemukakan APC tampak bahwa ada hubungan

profitabilitas dengan produktivitas dan faktor perbaikan harga. Indeks perbaikan harga menunjukkan perubahan dalam biaya input terhadap harga output perusahaan. Dalam model APC biaya per unit tenaga kerja, material dan energi dihitung atau ditentukan secara langsung, sedangkan perhitungan input modal ditentukan berdasarkan depresiasi total ditambah keuntungan relatif terhadap harta total (harta tetap + modal kerja) yang dipergunakan. Dengan demikian input modal untuk suatu periode tertentu sama dengan depresiasi untuk periode itu ditambah ROA periode dasar dikalikan harta sekarang yang dipergunakan.

2.4 Manfaat dan Cara Peningkatan Produktivitas

Manfaat dari peningkatan produktivitas menurut Sedarmayanti (2001) dapat dilihat dari: a. Meningkatnya pendapatan (income) dan jaminan sosial lainnya. Hal tersebut akan

memperbesar kemampuan (daya) untuk membeli barang dan jasa ataupun keperluan hidup sehari-hari, sehingga kesejahteraan akan lebih baik. Dari segi lain, meningkatnya pendapatan tersebut dapat disimpan yang nantinya bermanfaat untuk investasi.

b. Meningkatnya hasrat dan martabat serta pengakuan terhadap potensi individu. c. Meningkatkan motivasi kerja dan keinginan berprestasi.


(37)

Selain itu, manfaat dari peningkatan produktivitas menurut Friyatiningsih (2003), adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan dapat menilai efesiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa.

2. Pengukuran produktivitas berguna untuk perencanaan sumber daya, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Usaha pengukuran dapat dipakai untuk menyusun kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan.

4. Hasil pengukuran tingkat produktivitas dapat digunakan untuk merencanakan target tingkat produktivitas dimasa yang akan datang.

5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan perbedaan antara tingkat produktivitas yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur. 6. Pengukuran produktivitas dapat dipakai untuk membandingkan prestasi kerja

manajemen dalam perusahaan yang sejenis, baik sektor industri maupun disektor nasional.

7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari pengukuran produktivitas dapat dipergunakan dalam perencanaan tingkat keuntungan perusahaan.

Menurut Ross (1994), paling sedikit terdapat lima cara untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, yaitu:

1. Menerapkan program reduksi biaya.

Reduksi biaya berarti dalam menghasilkan output dengan kuantitas yang sama digunakan input dalam jumlah yang lebih sedikit. Dengan melaksanakan program reduksi biaya tidak berarti bahwa semua komponen biaya harus dikurangi. Program reduksi biaya mengacu pada menghilangkan biaya-biaya yang dikeluarkan. Dalam


(38)

situasi perekonomian dengan tingkat kompetensi yang ketat, upaya peningkatan produktivitas melalui program reduksi biaya sangat efektif, karena kita mampu menekan biaya per unit output sehingga mampu meningkatkan daya kompetisi melalui penetapan harga yang kompetitif. Perusahaan juga akan mampu memuaskan konsumen karena produk-produk berkualitas yang dihasilkan pada tingkat biaya produksi yang rendah.

2. Mengelola pertumbuhan.

Peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan berarti meningkatkan

output dalam kuantitas yang lebih besar melalui peningkatan penggunaan input

dalam kuantitas yang lebih kecil. Dalam pendekatan peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan, suatu investasi atau tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan lebih banyak output dari investasi itu sehingga angka rasio output terhadap input akan meningkat. Peningkatan penggunaan teknologi, desain ulang sistem produksi, meningkatkan aktivitas pelatihan dan pengembangan organisasi merupakan aktivitas nyata dalam mengelola pertumbuhan.

3. Bekerja lebih tangkas.

Peningkatan produktivitas dengan cara ini dilakukan melalui penggunaan jumlah

input yang sama untuk meningkatkan output. Jadi, produksi meningkat dengan jumlah input tetap sehingga akan diperoleh biaya produksi per unit output yang rendah. Meningkatkan arus perputaran inventori dan memperbaiki desain produk merupakan aktivitas nyata dari cara ini.

4. Mengurangi aktifitas.

Dalam situasi perekonomian yang sulit seperti resesi ekonomi, tingkat inflasi tinggi, penerapan cara ini akan efektif. Peningkatan produktivitas perusahaan dilakukan


(39)

melalui pengurangan aktivitas yang tidak produktif serta menghilangkan atau membuang aset yang tidak produktif.

5. Bekerja lebih efektif

Dengan cara ini akan didapatkan output yang lebih banyak dengan menggunakan

input yang lebih sedikit.

Menurut Kussriyanto (1991), peningkatan produktivitas pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat bentuk atau cara yaitu:

1. Pengurangan sedikit sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang sama. 2. Pengurangan sumber daya sekedarnya untuk memperoleh jumlah produksi yang

lebih besar.

3. Penggunaan jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar.

4. Penggunaan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah

produksi yang jauh lebih besar lagi.

2.5 Pr oduktivitas Pr oduksi

2.5.1 Pengertian Produktivitas Produksi

Produktivitas produksi merupakan gabungan dari dua istilah yaitu produktivitas dan produksi. Menurut Sudriamunawar (2006) produksi pada dasarnya hanya berorientasi kepada output, sedangkan produktivitas mengacu kepada suatu keadaan tingkat perbandingan antara besarnya keluaran dengan besarnya masukan. Selain itu menurut Assauri (2008), pengertian produksi juga diartikan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri, dan suku cadang atau spareparts dan komponen.


(40)

fungsi pokok dalam setiap organisasi yang mencakup aktivitas yang bertanggungjawab untuk pencapaian nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi itu. Pendapat lain Sinungan (2008) menyatakan bahwa produksi berkaitan dengan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan produktivitas berkaitan dengan cara pencapaian tingkat produksi tersebut.

2.5.2 Pengukuran Produktivitas Produksi

Pengukuran produktivitas produksi bertujuan untuk melihat perubahan produktivitas produksi yang terjadi dalam perjalanan kurun waktu tertentu.

Edward (2001) menyatakan bahwa produktivitas produksi termasuk ke dalam produktivitas total, yaitu dapat diukur dengan menghubungkan antara output yang diperoleh atau dihasilkan dan biaya input total semua sumber daya input yang diperlukan untuk memproduksi output. Formula pengukuran produktivitasnya adalah sebagai berikut:

Produktivitas =

... (2.8)

Sudriamunawar (2006) menyatakan bahwa apabila keluaran akan diperbandingkan dengan dua faktor masukan saja atau lebih, maka pengukuran seperti ini menuju kepada pengukuran seluruh faktor masukan. Produktivitas produksi merupakan ukuran produktivitas keuangan (financial productivity).

2.6 Produktivitas dan Profitabilitas

Konsep peningkatan produktivitas bila dikaitkan secara langsung dengan

profitabilitas perusahaan, maka dapat dibangun suatu strategi perbaikan perusahaan secara terus menerus melalui diagram yang dapat dilihat pada Gambar 2.3.


(41)

Gambar 2.3. Strategi Peningkatan Produktivitas dan Profitabilitas Perusahaan ( Sumber : Gaspersz ,2000)

Gambar di atas menjelaskan bahwa landasan untuk meningkatkan produktivitas dan

profitabilitas adalah membangun suatu sistem industri yang

memperhatikan secara terfokus dan bersama sekaligus pada aspek-aspek kualitas, efektivitas pencapaian tujuan, dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya. Selanjutnya indikator keberhasilan sistem industri itu dipantau melalui pengukuran produktivitas dan profitabilitas

terus menerus, di mana pengukuran produktivitas memberikan informasi tentang masalah-masalah internal dari sistem industri itu, sedangkan pengukuran profitabilitas memberikan informasi tentang masalah-masalah eksternal dari sistem industri itu.

Indikator keberhasilan sistem industri dapat dipantau melalui pengukuran produktivitas dan profitabilitas secara terus menerus, pengukuran produktivitas berfungsi memberikan informasi tentang masalah-masalah internal dari sistem industri, sedangkan pengukuran

profitabilitas memberikan informasi tentang masalah-masalah eksternal dari sistem industri. Menurut Sadikin (2005) peningkatan produktivitas bertujuan untuk menciptakan keuntungan secara terus menerus dengan pengorbanan biaya sekecil-kecilnya. Besarnya keuntungan yang dihasilkan tergantung pada rumusan:

Peningkatan Profitabilitas Perusahaan Melalui Atraksi dan Loyalitas

Peningkatan Produktivitas Perusahaan Melalui Atraksi dan Loyalitas Pelanggan

Membangun Sistem Industri Yang Memperhatikan Aspek-Aspek: 1.Kualitas

2. Efektivitas 3. Efisiensi

Perbaikan Terus Menerus


(42)

Keuntungan = (Penjualan/unit – Biaya/unit) x Volume penjualan ... (2.9)

Dari rumusan di atas dapat disimpulkan, ada beberapa usaha yang dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas secara terus menerus, yaitu:

1. Meningkatkan keuntungan.

Untuk meningkatkan keuntungan dapat dicapai dengan cara meningkatkan harga jual, menurunkan biaya material maupun biaya proses, dan meningkatkan volume penjualan.

2. Menurunkan biaya per unit. Biaya per unit mencakup: a. Biaya material (Mc)

Biaya material (Mc) dapat dirumuskan:

...……. (2.10) Dimana:

Qi = Total kuantitas material yang dipakai Pi = Harga beli material per unit

n = Jumlah material yang digunakan

Kuantitas material ini termasuk material cacat, reject dan kehilangan material pada proses. Menurunkan biaya material dilakukan dengan cara:

1. Mengurangi jumlah material yang terlibat dalam proses.

Jumlah material yang tinggi membuat stok inventaris semakin banyak macamnya dan semakin tinggi nilainya. Untuk itu perlu penyederhanaan macam material.

2. Mengurangi kuantitas pemakaian material per unit dengan cara melakukan perbaikan proses untuk mengurangi kehilangan material dalam proses, material cacat serta

Pi Qi.

n 1 i=

=

Mc


(43)

reject atau menggunakan material dengan harga mahal sesedikit mungkin dengan tidak mengubah kualitas dan tidak meningkatkan biaya proses.

3. Memperbaiki harga beli material dengan menggunakan alternatif material pengganti selama tidak meningkatkan biaya material dan proses.

b. Biaya Proses.

Biaya proses mencakup:

1. Biaya tenaga kerja dan welfare (kesejahteraan). Biaya tenaga (Lc) dapat dirumuskan:

...……. (2.11)

Dimana:

Qi = Hasil produksi pada proses. Li = Biaya tenaga kerja per unit. n = Jumlah proses yang terlibat

Perbaikan biaya tenaga kerja diarahkan pada:

a. Menyeimbangkan hasil produksi pada setiap proses.

Hasil produksi pada proses semakin tinggi mengakibatkan biaya tenaga kerja semakin tinggi. Pemanfaaatan biaya tenaga kerja semakin tinggi. Pemanfaatan biaya tenaga kerja ini tidak efektif apabila hasil produksi proses tidak dilanjutkan pada proses berikutnya, sehingga terjadi penumpukan hasil produksi proses di setiap proses gudang.

b. Menurunkan biaya tenaga kerja per unit.

Biaya tenaga kerja per unit (Li) dapat dirumuskan:

Pi Qi.

n 1 i=

=


(44)

Q lfare We Upah Li n i ) ( 1

= +

= ...……. (2.12)

Dimana:

Q = Hasil produksi pada proses n = Jumlah tenaga kerja pada proses. c. Biaya peralatan dan biaya perawatan (Ec).

Dapat dirumuskan:

∑ ∑

      = = n m i Mi Qi Ec 1 1 .

...……. (2.13)

Dimana:

Qi = Hasil produksi pada proses. Mi = Biaya peralatan per unit.

m = Jumlah peralatan yang digunakan. n = Jumlah proses yang terlibat.

Perbaikan biaya peralatan dan biaya perawatan diarahkan pada: 1. Menyeimbangkan kapasitas produksi pada setiap proses.

Sama halnya dengan menyeimbangkan hasil produksi untuk menurunkan biaya tenaga kerja per unit, menyeimbangkan kapasitas pada proses diperlukan untuk mengefektifkan modal kerja.

2. Menurunkan biaya peralatan per unit.

Biaya peralatan tergantung pada dua komponen biaya, yaitu biaya energi (En) dan biaya investasi dan perawatan.

Kedua biaya tersebut dapat dirumuskan:

∑ ∑

      = = n m i Ei Qi En 1 1 .

...……. (2.14)


(45)

Dimana:

Qi = Hasil produksi pada proses. Ei = Biaya energi per unit.

m = Jumlah peralatan yang digunakan. n = Jumlah proses yang terlibat.

Besarnya biaya energi per unit Ei dapat dirumuskan sebagai berikut:

(

)

Q

Listrik Biaya BBM

Biaya Ei

n

i

=

+ = 1

...……. (2.15)

Dimana:

Q = Hasil produksi pada proses.

n = Jumlah peralatan yang digunakan proses.

Peningkatan profit adalah hasil peningkatan produktivitas perusahaan yang semakin tinggi. Produktivitas yang semakin tinggi, akan memberikan profit yang semakin besar karena adanya penghematan-penghematan khususnya dari sumber daya yang digunakan.

Menurut Nazaruddin (2008) keuntungan sebuah perusahaan ditentukan oleh perbedaan antara total pendapatan dengan total biaya. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungan (laba) dengan cara meningkatkan penjualan, harga produk, atau dengan pengurangan biaya input. Hasil dari pengukuran produktivitas perusahaan adalah profitabilitas berupa keuntungan yang didapat.

Ilustrasi keuntungan atau laba sebuah perusahaan ditentukan oleh perbedaan antara total pendapatan dengan total biaya yang dapat dilihat pada Gambar 2.4.


(46)

Gambar 2.4. Produktivitas dan Profitabilitas

( Sumber: Nazaruddin ,2008)

2.7 Evaluasi Produktivitas

Menurut Sinulingga (2012) tahapan pengukuran produktivitas dari siklus produktivitas telah selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya dapat dilakukan evaluasi produktivitas. Evaluasi produktivitas penting dilakukan untuk mengetahui apakah telah terjadi peningkatan atau penurunan produktivitas pada suatu perencanaan baik jangka panjang maupun jangka pendek.

Cara yang dapat dilakukan untuk mencapai suatu hasil evaluasi yang baik adalah:

1. Merancang suatu tekad yang menuju ke arah perubahan nilai produktivitas dalam lima periode berturut-turut dan mengembangkan suatu cara yang memungkinkan perubahan itu terjadi.

Produktivitas

INPUT a. Bahan Baku b. Tenaga Kerja c. Energi d. Kapital e. Dll

OUTPUT

Barang dan / atau Jasa Proses Transformasi

X Biaya

=

X Harga

=

TOTAL BIAYA PROFITABILITAS TOTAL PENDAPATAN


(47)

2. Mengembangkan metode untuk mendapatkan nilai produktivitas sesuai dengan anggaran atau hasil peramalan dan membandingkannya dengan hasil sekarang. 3. Melakukan pemantapan dari tahap ke tahap untuk evaluasi nilai produktivitas pada

lima periode pengukuran yang berurutan dan di dalam suatu periode pengukuran yang diberikan.

2.8 Tindakan Perbaikan Produktivitas

Ada dua macam pendekatan yang bisa digunakan untuk meningkatkan produktivitas, yaitu:

1. Pendekatan Tradisional.

Langkah-langkah perbaikan produktivitas secara umum berdasarkan pendekatan tradisional adalah:

a. Mengidentifikasi prioritas tujuan organisasi.

b. Menggambarkan kriteria output sesuai keterbatasan dalam organisasi. c. Menyiapkan rencana tindakan.

d. Mengurangi batasan-batasan yang diketahui dalam rangka peningkatan

produktivitas.

e. Memilih metode pengukuran produktivitas dan menentukan periode dasar

pengukuran.

f. Melaksanakan semua rencana dan memulai pengukuran serta penulisan laporan. g. Memelihara momentum proyek produktivitas.

h. Menjaga dan memelihara suasana organisasi. 2. Pendekatan dengan Perspektif Baru.

a. Pendekatan yang didasarkan pada pemanfaatan teknologi (technology based techniques), yaitu:


(48)

1. Computer Aided Design (CAD).

2. Computer Aided Manufacturing (CAM).

3. Robotik.

4. Teknologi sinar laser. 5. Teknologi energi. 6. Group technology.

7. Grafik dengan komputer. 8. Manajemen perawatan. 9. Konservasi energi.

b. Pendekatan yang didasarkan pada pemanfaatan tenaga kerja (employee based techniques), yaitu:

1. Pemberian insentif secara perorangan. 2. Pemberian tunjangan.

3. Promosi jabatan.

4. Peningkatan kemampuan. 5. Perbaikan kemampuan. 6. Pendidikan.

7. Pemberian hukuman.

c. Pendekatan yang didasarkan pada pengendalian produk (product based

techniques), yaitu:

1. Rekayasa nilai / memberi nilai tambah produk. 2. Diversifikasi produk.

3. Penyederhanaan produk. 4. Penelitian dan pengembangan. 5. Standarisasi produk.


(49)

6. Promosi.

d.Pendekatan yang didasarkan pada pekerjaan (work based techniques), yaitu: 1. Rekayasa metode.

2. Pengukuran kerja. 3. Perancangan tugas.

4. Perencanaan kerja yang aman. 5. Ergonomi.

6. Penjadwalan produksi.

7. Proses data dengan komputer.

e. Pendekatan yang didasarkan kepada perbaikan material (material based techniques), yaitu:

1. Pengendalian bahan baku.

2. Perancangan kebutuhan bahan baku. 3. Pengendalian kualitas.

4. Perbaikan sistem pemindahan bahan. 5. Manajemen bahan baku.

2.9 Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)

Diagram sebab akibat sering disebut diagram tulang ikan (Fishbone Diagram) atau diagram ishikawa pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaouru Ishikawa pada tahun 1953. Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab akibat. Secara umum diagram ini melihat paling sedikit lima sumber utama cacat pada proses atau produk yaitu faktor manusia, mesin/peralatan, bahan baku, metode dan lingkungan dan dapat dilihat pada Gambar 2.5.


(50)

Gambar 2.5 Fishbond Diagram

(Sumber: Sinulingga, 2010) 1. Manusia.

Masalah-masalah yang berkaitan dengan sumber daya manusia antara lain kecukupan jumlah maupun mutu seperti ketrampilan, pengetahuan, kemampuan komunikasi dan kerjasama, kearifan, sikap, disiplin dan kreativitas.

2. Mesin dan peralatan.

Masalah-masalah yang terkait dengan mesin dan peralatan sehubungan dengan tercapainya produktivitas ialah kesesuaian spesifikasi mesin, kecukupan jumlah unit dan kapasitas, usia pakai (akurasi), skrap dihasilkan, kemudahan perawatan (maintability), safety factor, kemudahan dioperasikan (operationalibility), ergonomi dan lain-lain.

3. Bahan Baku.

Masalah yang terkait dengan bahan baku ialah kesesuaian spesifikasi, kecukupan jumlah, kelancaran supply, oversupply, dan lain-lain.

Mesin dan Peralatan Manusia

Usia Alat Maintainabi Kreativita Pengetahu Peraturan Produktivi t Temperatur Sistem &

Prosedur kerja Over Supply

Kelancaran Lingkungan Metode Spesifikasi Keterampil Psikologi Lingk Peralatan Evaluasi Metode Evaluasi Spesifikasi Bahan-bahan


(51)

4. Metode.

Masalah yang terkait dengan metode kerja ialah prinsip dan prosedur kerja, metode pengumpulan data, peralatan pengukuran kerja, prosedur evaluasi dan lain-lain. 5. Lingkungan.

Masalah yang terkait dengan lingkungan kerja adalah kenyamanan ruang kerja (temperatur, kelembaban, penerangan, kebisingan, peraturan kerja, psikologi lingkungan kerja dan lain-lain).

2.10 Review Hasil Penelitian

Sesuai dengan permasalahan penelitian yang berhubungan dengan produktivitas, maka ada beberapa jurnal dan penelitian sebelumnya yang dapat digunakan sebagai literatur tambahan peneliti dalam melaksanakan penelitian antara lain:

1. Pujotomo (2008) yang berjudul “Analisis Pengukuran Produktivitas”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi dan mengukur produktivitas perusahaan serta hubungan antara level produktivitas dengan level profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan. Penelitian ini tentang pengukuran produktivitas parsial yang memperlihatkan level produktivitas berubah-ubah dan masih memerlukan usaha peningkatan produktivitas parsial terutama dalam pemakaian masing-masing input dengan efisien.

2. Dey (2012), dalam jurnal yang berjudul “Development of Safety and Productivity Correlation Model for Tea Industries of Barak Valley, Assam”. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kuantitatif antara keselamatan dan produktivitas pada industri teh Barak, Assam. Keselamatan dan kesehatan dalam industri teh dimodelkan sebagai fungsi empat input seperti keselamatan kerja (OS), kesehatan kerja (OH), keselamatan perilaku (BS) dan kompetensi (C).


(52)

3. Henni (2008), Analisis Produktivitas Lini Produksi PT.Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) Kebun Rancabali dengan menggunakan Metode Objective Matrix. Pengukuran produktivitas Lini Produksi perusahaan yang digunakan hanya terbatas pada informasi perbandingan realisasi kinerja dari setiap indikator-indikator dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen. Keputusan mengenai baik atau buruknya performansi Lini Produksi tergantung dari pencapaian Realisasi kinerja perusahaan, untuk kriteria efektivitas akan dinilai baik jika performansi Lini Produksi melebihi atau sama dengan nilai RKAP sedangkan untuk kriteria efisiensi akan dinilai baik jika pemanfaatan sumber energi lebih kecil atau sama dengan nilai RKAP. Salah satu kekurangan dari pengukuran produktivitas yang dilakukan berdasarkan indikator-indikator secara terpisah ini, adalah tidak dapat memberikan gambaran sejauh mana perkembangan produktivitas Lini Produksi telah dicapai.

4. Anis (2007), dalam jurnal berjudul Usaha Peningkatan Produktivitas dengan Model

Productivity Evaluation Tree (PET). Alternatif perencanaan ada tiga. Pertama, meningkatkan standar penggunaan bahan baku dari 20% menjadi 30%. Kedua, pengeluaran bahan baku diusulkan sama dengan bulan lalu dengan menerapkan peningkatan standart penggunaan bahan baku sama seperti dengan alternatif pertama. Ketiga, menstimulasi alternatif kedua dengan melakukan manajemen motivasi terhadap tenaga kerja. Dari hasil evaluasi pohon produktivitas maka dapat diketahui estimasi peningkatan produktivitas yang tertinggi adalah alternatif ketiga dengan perubahan tingkat produktivitas sebesar 0,39.

5. Venti (2011), dalam jurnal berjudul Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia. Tujuan penelitian ini menelaah sistem agribisnis teh


(53)

Indonesia, menganalisis daya saing agrobisnis teh Indonesia, merumuskan strategi pengembangan agrobisnis teh Indonesia. Strategi peningkatan daya saing yang dihasilkan melalui analisis Matriks SWOT lebih mengarah kepada strategi peningkatan kinerja petani teh rakyat,yaitu dengan meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan kelompok tani dan dukungan dari adanya asosiasi dan Dewan Teh Indonesia. Sementara untuk perkebunan besar negara dan swasta strategi lebih mengarah kepada peningkatan produksi dan diversifikasi produk, khususnya untuk produk teh tujuan ekspor. Permasalahan lain yang menjadi fokus strategi adalah permasalahan yang terkait dengan konsumsi teh, strategi yang digunakan lebih diutamakan kepada peningkatan upaya promosi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai teh dan manfaatnya.

6. Susanti (2008), jurnal yang berjudul Pengukuran Produktivitas PTP. Nusantara VI Unit Usaha Kayu Aro Dengan Metode OMAX. Usulan perbaikan dengan menggunakan Strategy Matrix, dimana pembentukan Strategy Matrix ini bertujuan untuk menentukan prioritas perbaikan yang akan dilakukan. Adapun prioritas perbaikan produktivitas adalah melakukan pengawasan yang rutin dan shopfloor management, mengurangi jam kerusakan mesin dengan cara melakukan preventive maintenance, peningkatan disiplin karyawan, pemberian insentif bagi karyawan yang berprestasi.


(54)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Profil Perusahaan.

Perkebunan Teh Bah Butong dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland Handel Maskapai (NHM). Pabrik pertama didirikan pada tahun 1927 dan mulai beroperasi sejak tahun 1931. Secara kelembagaan, pada tahun 1957 pemerintah Indonesia melakukan pengambilalihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, termasuk perusahaan Nederland Handel Maskapai (NHM), melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.229/UM/57,

tanggal 10 Agustus 1957 yang diperkuat dengan Undang-Undang Nasionalisasi No.86/1958. Tahun 1961, Pusat Pekebunan Negara (PPN)dikembangkan menjadi Badan

Pimpinan UmumPPNDaerahSumateraUtaraI-IX melaluiUUNo.141Tahun 1961 Sumut III

dan Jo PP No.141Tahun1961. Tahun1963 PerkebunanTeh Sumatera Utara

dialihkanmenjadiPerusahaanAnekaTanamanIV(ANTANIV) melalui PP No.27

Tahun 1963. Pada tahun 1968 terjadi perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan

VIII (PNP VIII) melalui PP No. 141 Tanggal 13 April 1968. Perubahan berikutnya

mulai tahun 1974 menjadi Persero yaitu PT. Perkebunan VIII (PTP VIII) melalui

Akta Notaris GHS Lumban Tobing SH No. 65 Tanggal 31 April 1974 yang diperkuat SK

Menteri Pertanian No. YA/5/5/23, tanggal 07 Januari 1975. Sejak tanggal

11 Maret 1996 terjadi restrukturisasi kembali dimana Perkebunan Bah Butong masuk dalam lingkup PTP. Nusantara IV melalui Akte Pendirian PTPN IV No. 37 tanggal 11


(55)

Maret 1996 yang mengatur peleburan PTP VI, VII, dan VIII menjadi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero). Sejak tahun 1998 hingga tahun 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan modern yang diresmikan tanggal 20 Januari 2001.

Luas arealKebunBahButongberadadiKecamatan Sidamanik, 26 km dari kota

Pematang Siantardan155km dariKantorPusat yang berada di kota Medan. Luas areal Hak

Guna Usaha (HGU) adalah 2891,84 ha dengan luas tanaman menghasilkan 1599,64

hadi ketinggian890m dpl.

Perusahaan ini mempunyai struktur organisasi dengan memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab dari tiap-tiap departemen. Struktur organisasi perusahaan dibuat agar tiap departemen dapat melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan keahliannya yang bergerak di bidang industri perkebunan kelapa sawit, teh dan kakao, serta diharapkan mampu menciptakan kondisi kerja yang baik dalam perusahaan.

Struktur organisasi PT. Perkebunan Nusantar IV Kebun Bah Butong dimulai dari pimpinan unit usaha yang disebut juga dengan manajer unit usaha. Manajer unit bertanggungjawab penuh terhadap jalannya proses produksi sejak awal penanaman sampai tahap pengiriman. Manager dibantu oleh beberapa kepala dinas untuk membantu jalannya proses produksi yang terdiri dari kepala dinas tanaman, kepala dinas teknik, kepala dinas pengolahan dan kepala dinas tata usaha.

Seorang kepala dinas pengolahan bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan pengolahan produksi teh yang dibantu dua orang asisten pengolahan. Dalam melaksanakan tugasnya di lapangan, asisten dibantu oleh mandor besar dan krani produksi bidang industri perkebunan kelapa sawit, teh dan kakao yang mengawasi langsung semua aktivitas pengolahan dengan dibantu oleh beberapa mandor dan krani bawahannya. Berdasarkan hirarki, dibawah


(56)

mandor dan krani adalah pekerja. Para pekerja di departemen pengolahan terdiri dari bagian penerimaan pucuk basah, pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi dan pengepakan.

3.2 Proses Produksi

Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dibagi atas dua yaitu sistem orthodox

(orthodox murni dan orthodox rotorvane) dan sistem baru yaitu sistem CTC (Crushing,Tearing,Curling). Sistem yang paling umum yang digunakan di Indonesia adalah sistem orthodox rotorvane. Pabrik ini menggunakan sistem pengolahan teh hitam orthodox rotorvane yang terdiri dari beberapa tahapan proses seperti pada Gambar 3.1.

Penerimaan Pucuk Segar Pelayuan

Penggulungan Penggilingan Sortasi Basah

Fermentasi (Oksidasi enzimatis) Pengeringan

Sortasi Kering Pengemasan

Gambar 3.1 Skema Proses Pengolahan Teh Hitam (Sumber: Bagian Pengolahan Pabrik Teh Bah Butong) 1. Penerimaan Pucuk Segar.

Mutu teh hitam hasil pengolahan terutama ditentukan oleh bahan bakunya yaitu hasil petikan pucuk teh yang segar. Mutu teh hitam yang baik akan mudah dicapai apabila pucuk segarnya bermutu baik. Pucuk yang bermutu adalah daun muda yang utuh, segar dan


(57)

berwarna kehijauan. Mutu teh lebih ditentukan dari kebun yaitu ketinggian tempat, jenis petikan dan penanganan hasil petikan kemudian dari proses pengolahan.

Hal yang perlu diperhatikan agar kualitas pucuk teh tercapai dengan baik, yaitu: a. Pucuk masih dalam keadaan segar, tidak rusak seperti patah-patah, sobek.

b. Pucuk tidak terlalu lama tertahan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. c. Pucuk ditampung dalam wadah pengumpul daun dengan tidak melebihi kapasitas

optimum.

d. Pucuk yang baik dan rusak dipisahkan.

e. Pucuk segar dari truck secepatnya dibawa ke WT dan sebagai transportir dari truck ke WT dengan menggunakan monorail system.

f. Sebelum pucuk segar dari fishnet diletakan diatas WT, kipas terlebih dahulu dihidupkan, maksudnya membersihkan WT dari debu-debu dan membantu pengkiraban sewaktu pucuk segar dibeber, disamping itu juga mengurangi panas pucuk dalam fishnet.

g. Setelah kipas WT dihidupkan pucuk segar dikirab dan dibeberkan dengan rata sesuai kemampuan WT atau isian normal ±30 kg/m2 dengan pedoman 20 CFM / kg.

h. Dengan dihidupkannya kipas WT saat pembeberan sangat baik untuk membuang sisa panas dalam gumpalan daun dan menurunkan pasir yang melekat pada pucuk agar jatuh ke kolong WT.

2. Pelayuan.

Proses pelayuan sistem orthodox rotorvane menggunakan palung pelayuan (withering trough). Persyaratan pelaksanaan pelayuan antara lain:


(58)

a. Kadar air harus diturunkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jenis dan mutu teh hitam yang diharapkan.

b. Suhu udara panas harus sedemikian rupa sehingga reaksi-reaksi kimia yang menjadi dasar untuk fermentasi dapat berlangsung dengan baik, umumnya temperatur yang baik 29-30 °C.

c. Waktu untuk melayukan harus cukup lama, sehingga reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung dengan leluasa yaitu antara 16 – 20 jam dalam keadaan normal.

d. Umumnya persentase pucuk layu berkisar antara 52% – 55% dan disamping itu juga keadaan mutu pucuk segarnya juga menentukan lama pelayuannya dan kadar air pucuk layu.

e. Sewaktu pucuk segar yang sebelah bawah mulai layu baru dilakukan pembalikan pucuk agar didapat pelayuan yang lebih merata, dimana proses ini memerlukan adanya pengawasan yang intensif dalam proses pengkiraban pucuk dan pengaturan klep-klep udara panas dan segar.

f. Menentukan pucuk apakah sudah cukup layu seperti yang diinginkan.

3. Penggulungan.

Penggulungan akan membuat dinding sel rusak, sehingga cairan sel keluar di permukaan dengan merata. Pada saat itu terjadi reaksi oksidasi enzimatis (fermentasi). Dengan proses penggulungan, secara fisik memberi bentuk pada bubuk sehingga diperoleh bubuk dengan bentuk roller dan lama penggulungan pada mesin roller ini adalah 30 sampai 40 menit. Selain untuk memberi bentuk pada bubuk, proses penggulungan juga berfungsi membentuk bubuk yang lebih kecil sesuai dengan yang dikehendaki konsumen.

Hasil gulungan yang lebih kecil akan menghasilkan cairan yang lebih banyak dan menghasilkan bubuk basah yang sebanyak-banyaknya. Lama penggilingan dihitung sejak


(59)

pucuk dimasukkan sampai keluar dari mesin penggilingan yaitu berkisar antara 25 sampai 40 menit di dataran rendah dan 40 sampai 70 menit di dataran tinggi. Penggunaan mesin

rotorvane biasanya ditempatkan pada tahap penggilingan kedua, ketiga dan keempat tergantung pada jenis mutu yang ingin dicapai. Pengolahan teh hitam sistem orthodox rotorvane, bertujuan agar dapat memproduksi jenis-jenis mutu bubuk (broken grades) dan jenis mutu halus (small grades) yang sesuai dengan permintaan pasar.

Penggulungan atau sortasi bubuk basah bertujuan untuk memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan sortasi kering, serta memudahkan dalam penjenisan di sortasi kering. Mesin sortasi basah yang dipakai adalah rotary ball breaker. Mesin ini memasang ayakan dengan mesh yang sesuai dengan grade yang diinginkan. Hasil sortasi terdiri dari bubuk dan

badag.

Setiap jenis bubuk diberi nomor sesuai dengan nomor urut gilingan bubuk tersebut dihasilkan, seperti bubuk 1, bubuk 2 dan bubuk 3 serta badag. Badag adalah bubuk kasar yang tidak dapat melewati ayakan terakhir.

4. Fermentasi.

Fermentasi merupakan proses oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxidasi. Fermentasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah), suhu dan kelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan serta tersedianya oksigen.

Selama fermentasi dihasilkan substansi theaflavin dan theaurigin yang akan menentukan sifat air seduhan dari teh kering yang dihasilkan setelah proses pengeringan. Hal yang perlu diperhatikan agar bubuk tidak over fermentasi, yaitu:

a. Tambir harus bersih jangan sampai ada bubuk yang tertinggal, sehingga tercampur dengan bubuk berikutnya.


(60)

b. Penarikan bubuk ke pengeringan harus tepat jadwal yang sudah ditentukan. c. Pengisian tambir tidak dipadatkan.

d. Temperatur dalam bubuk diusahakan 26–27°C dengan mengatur ketebalan bubuk. 5. Pengeringan.

Tujuan utama dari pengeringan adalah menghentikan proses oksidasi senyawa polifenol dalam bubuk teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Dengan adanya pengeringan, kadar air dalam teh bubuk akan berkurang, sehingga teh kering akan tahan lama dalam penyimpanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pengeringan:

a. Sebelum drier digunakan/dipanaskan, sisa-sisa teh sebelumnya harus dibersihkan. b. Contoh sample pengambilan untuk dianalisa kadar airnya harus diambil setiap seri. c. Ayunan pada FBD bukan dimaksud untuk menggeser fraksi, tetapi untuk membuka

lubang udara inlet, oleh sebab itu pemasangan ayunan tidak boleh terlalu jauh dari alas yang berlubang pada FBD.

6. Sortasi Kering.

Sortasi adalah proses yang terpenting untuk menentukan mutu luar (Appearance) bubuk kering. Sebelum disortasi bubuk diangin terlebih dahulu. Tujuan sortasi kering adalah mendapatkan ukuran dan warna partikel teh kering yang seragam sesuai dengan standar yang diinginkan. Sortasi kering dilakukan dengan cara memasukkan teh kering ke dalam mesin pengayak yang memiliki ukuran mesh berkisar antara 8 sampai 32 mesh.

Prinsip sortasi yaitu memisah-misahkan teh kering berdasarkan: a. Berat Partikel.

b. Ukuran Partikel.

c. Bentuk (Menggulung atau Pipih).


(61)

d. Kebersihan Partikel.

Setelah terjadi penjenisan, maka semua jenis tadi ditimbang untuk mengetahui persentase perolehan dan disimpan dalam BIN (tiap jenis terpisah) dan setelah tersedia satu

chop maka jenis ini dapat dipak.

Hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan pekerjaan sortasi yaitu:

a. Mengusahakan pada pengerjaan sortasi, agar perlakuan terhadap bubuk teh seminimal mungkin.

b. Pemisahan tulang dan fiber dilakukan sewaktu teh dalam keadaan hangat/ panas sehingga teh yang masuk ke dalam mesin sortasi relatif sudah bersih dari tulang dan

fiber.

c. Membatasi pekerjaan press pada fraksi-fraksi yang mengakibatkan penampakan teh menjadi berwarna kelabu.

7. Pengepakan.

Produksi Grade I, Grade II dan Grade III yang telah selesai diproses di stasiun sortasi disimpan dalam BIN (Peti Miring) menurut jenisnya masing-masing.

Apabila telah mencukupi satu chop/jenis, segera dipak untuk menghindarkan naiknya kadar air didalam teh jadi yang dapat menurunkan mutu teh. Pengepakan teh dibuat di dalam

Paper Sack. Pada saat pengepakan kadar air diusahakan tidak boleh lebih dari 5,5. Teh yang selesai dipak selanjutnya ditempatkan di gudang produksi sambil dilampirkan SPPT (Surat Pengantar Penyerahan Teh) Kepada Asisten Tata Usaha.

Inventaris alat di Stasiun Pengepakan adalah:

1. 1 (satu) unit Blender dengan kapasitas 3.500 Kg/Jam 2. 1 (satu) unit Packer dengan kapasitas 1.000 Kg/Jam 3. 1 (satu) unit Exchaust.


(1)

c. Bekerja Lebih Tangkas. d. Bekerja Lebih Efektif. e. Mengurangi Aktivitas.

6. Perbaikan produktivitas perusahaan terus menerus dilakukan karena produktivitas yang meningkat akan mendukung profitabilitas meningkat dan dengan demikian dapat meningkatkan daya saing perusahaan.

6.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan dalam laporan ini adalah:

1. Melakukan pengontrolan secara menyeluruh terhadap metode dan proses kerja agar standar kualitas produk tetap terjaga.

2. Sebaiknya manajemen memberikan rewards dan punishment bagi tenaga kerja.

3. Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan sebaiknya tidak memperhatikan faktor internal saja (fokus orientasi pada peningkatan indeks produktivitas) tetapi juga faktor eksternal perusahaan (fokus orientasi pada peningkatan indeks perbaikan harga).


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Bain, David. (1982), The Productivity Prescription: TheManager’s Guide to Improving Productivity and profit, New York, McGraw-Hill.

Gaspersz, Vincent., (2000), Manajemen Produktivitas Total: Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumanth, D.J,(1984), Productivity Engineering and Management. New York ,McGraw-Hill Inc.

Sinulingga, Sukaria.(2012). Metode Penelitian. Medan: USU Press.

Nazaruddin (2008). Manajemen Teknologi. Graha Ilmu, 2008.

Gasperzs,Vincent.Manajemen Produktivitas, Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global. PT. Gramedia. Jakarta. 1998.

Sinungan Muchdarsyah, Produktivitas Apa dan Bagaimana. Penerbit Bumi Aksara, 2009.

Sadikin Xaverius Fransiscus,Trip dan Trik Meningkatkan Efisiensi, Produktivitas, dan Profitabilitas. Penerbit Andi Offset, 2005.

American Productivity Centre,1980. Productivity Perspectives. Houston, Tex.

Mali, P. 1978, Improving Total Productivity, MBO Strategi for Business Goverment and Not for Profit Organization, Jhon Wiley & Son.

Gaspersz, Vincent.,(2000),Manajemen Produktivitas Total: Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.


(3)

Venty Fitriany Nurunisa, (2011),”Analisis Daya Saing Dan Strategi Pengembangan Agribisnis Teh Indonesia”.

Gupta R.,Dey S.K., (2011),“Development Of A Productivity Mesurement Model For Tea”.

Patrick A.O.,Emmnuel S, (2010),“ The Effect Of Production Planning And Budgeting On Organizational Productivity”.

Spillane, J.,(1992), Komoditi Teh, “Peranannya dalam Perekonomian Indonesia”. Kanisisus, Yokyakarta.


(4)

Lampiran 1. Alur Proses Pengolahan Teh Hitam Di PTPN IV Kebun Bah Butong

P

ALUR PROSES PENGOLAHAN TEH

DAUN TEH BASAH DARI AFDELING

DAUN TEH BASAH DI

PELAYUAN

PENGGULUNGAN PROSES DI PENGGULUNGAN

OPEN TOP PRESS CUP ROTOR VANE ROTOR VANE AYAKAN AYAKAN AYAKAN AYAKAN BUBUK I BUBUK II BUBUK III BUBUK IV FERMENTASI (OKSIDASI)

PENGERINGAN BADAG

Lama Pelayuan 16 – 18 Jam

45 Menit 10 Menit 35 Menit 10 Menit 10 Menit 5 Menit 10 Menit 5 Menit


(5)

(6)

127 Lampiran 2. Indeks Profitabilitas, Indeks Produktivitas dan Indeks Perbaikan Harga

KETERANGAN

2008 2009 2010 2011

I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks I ndeks

Profitabilitas Produktivitas

Perbaikan

Harga Profitabilitas Produktivitas

Perbaikan

Harga Profitabilitas Produktivitas

Perbaikan

Harga Profitabilitas Produktivitas

Perbaikan Harga

Output

Input:

T.Kerja 1,10 0,87 1,26 1,26 0,83 1,53 0,72 0,90 0,81 1,10 0,76 1,45

Bahan Baku (Rp/kg) 0,52 1,07 0,48 1,50 0,90 1,67 0,59 1,11 0,53 1,53 1,02 1,50

Energi (Rp/kwh) 1,24 0,97 1,28 1,29 0,80 1,62 0,83 0,89 0,93 0,92 0,82 1,12

Modal 0,90 0,79 1,14 0,99 0,57 1,74 1,17 0,52 2,25 1,06 0,52 2,03