Pengamatan gambaran histopatologi tulang alveolar mandibula

yang digunakan pada pemeriksaan ini merupakan fase solid seperti pipet. Reagensia pada pemeriksaan ini siap pakai dan tersimpan dalam satu bungkus reagensia strip. Semua tahap pemeriksaan ini dilakukan secara otomatis di dalam alat. Sampel dimasukkan ke dalam well yang berisi Alkaline phospatase berlabel Estradiol Konjugat. Sampel dan konjugat dicampur masuk dan keluar SPR pada waktu tertentu dan kecepatan reaksi tertentu. Komponen yang tidak terikat akan dihilangkan pada saat pencucian. Pada langkah akhir reaksi substrate 4 - Methyl – umbelliferyl phospat akan berputar masuk dan keluar SPR. Enzym konjugat katalisator akan menghidrolisa substrate menjadi product flourescent 4 – Methyl – umbelliferone. Flouresensi ini diukur pada panjang gelombang 450 nm. Intensitasnya sebanding dengan konsentrasi Estrogen estradiol dalam serum. Biomerieux® SA, 2008

b.Pengamatan gambaran histopatologi tulang alveolar mandibula

Pengamatan gambaran histopatologi tulang alveolar mandibula mencit, dibuat sediaan histologis menurut Hoeber,P.B 1950 dengan metode parafin, menggunakan pewarnaan HE Hematoksilin Eosin. Sesuai dengan cara yang lazim dikerjakan dalam pembuatan sediaan histologis yaitu: fiksasi, dekalsifikasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, infiltrasi parafin, penanaman, pengirisan, penempelan, deparafinasi, pewarnaan, penutupan dan pemberian label. Universitas Sumatera Utara Fikasasi Jaringan tulang mandibula diambil, kemudian difiksasi dalam larutan netral buffer formalin 10 selama 2-10 jam. Dekalsifikasi Dekalsifikasi adalah menghilangkan bahan anorganik dari jaringan tulang. Hasil akhir dari dekalsifikasi adalah semua material anorganik sudah tidak ada pada tulang, sehingga dapat ditanam pada parafin atau celoidin. Mekanisme dari dekalsifikasi adalah dengan merendam spesimen tulang mandibula pada larutan asam formik 5. Pencucian Setelah proses fiksasi dilakukan pencucian dengan alkohol 70. Dehidrasi Dilakukan secara bertahap, dengan alkohol 70 selama 10 menit, alkohol 80, 90, 96, masing-masing selama 60 menit, kemudian dengan alkohol absolut 30 menit. Penjernihan Dilakukan segera setelah proses dehidrasi dengan menggunakan toluena murni. Infiltrasi Proses infiltasi parafin dilakukan di dalam oven dengan suhu 56ºC. Organ tulang mandibula dimasukkan kedalam campuran toluena-parafin dengan perbandingan 1:1 selama 30 menit. Kemudian berturut dimasukkan kedalam: Parafin murni I selama 1 jam. Universitas Sumatera Utara Parafin murni II selama 1 jam. Parafin murni III selama 1 jam. Penanaman Sediaan dari parafin murni III dimasukkan ke dalam kaset cetakan yang telah berisi parafin cair, dan dibiarkan sampai parafin mengeras. Pengirisan Blok parafin tulang mandibula yang telah mengeras ditempelkan pada holder dengan menggunakan spatula, letakkan holder beserta blok parafin pada tempatnya di mikrotom. Pengirisan dilakukan dengan ketebalan 6µm. Penempelan Jaringan yang sudah diiris dimasukkan ke dalam water bath agar parafin hilanglarut. Kemudian jaringan diambil dan ditempel pada kaca objek, lalu dianginkandikeringkan. Pewarnaan Pewarnaan dengan hematoxylin-Eosin H-E melalui tahapan:  Deparafinisasi preparat dengan xylol sampai bebas parafin.  Hidrasi dengan alkohol 96, 90, 80, 70, 50, 30, akuades.  Inkubasi dalam larutan haematoxylin Erlich selama 30 menit.  Cuci dengan air mengalir ± 10 menit.  Dicelupkan kedalam akuades.  Dimasukkan alkohol 30, 50, 70.  Kemudian dimasukkan kedalam larutan Eosin 0,5 selama 3 menit.  Dehidrasi dengan alkohol mulai dari 70, 80, 90 dan alkohol absolut. Universitas Sumatera Utara  Dikeringkan dengan kertas penghisap.  Inkubasi dengan xylol selama 1 malam. Penutup Preparat ditutup dengan gelas penutup setelah ditetesi dengan balsem kanada terlebih dahulu, lalu diberi label. Pewarnaan dengan hematoksilin-eosin HE yang akan menyebabkan inti berwarna hitam kebiru-biruan dan sitoplasma berwarna merah. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan histopatologis dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan gambaran kerusakan tulang alveolar mandibula dengan pembesaran 400x .

3.7. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan E Terhadap Gambaran Histologis Testis Mencit (Mus musculus L.) Yang Dipajankan Monosodium Glutamat (MSG)

0 46 78

Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan E Terhadap Gambaran Histologis Hepar Mencit (Mus musculus L.) Yang Dipajankan Monosodium Glutamat (MSG)

3 83 66

Pengaruh Pemberian Vitamin C Dan E Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit(Mus musculus L.) Yang Dipajankan Monosodium Glutamat (MSG)

6 49 63

Pengaruh Pemberian Tocopherol Terhadap Kadar Testosteron, Jumlah Sperma, dan Berat Testis Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L.) Yang Mendapat Latihan Fisik Maksimal

3 65 88

Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Gambaran Histologis Tubulus Proksimal Ginjal Pada Mencit Betina Dewasa (Mus musculus L) Yang Mendapat Latihan Fisik Maksimal

0 59 66

Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Jumlah, Morfologi Dan Motilitas Sperma Serta Kadar Malondialdehyde (MDA) Testis Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L) Yang Mendapat Latihan Fisik Maksimal

0 66 81

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT JANTAN (Mus musculus L) YANG DIINDUKSI MONOSODIUM GLUTAMAT

0 9 40

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT JANTAN MUS MUSCULUS YANG MELAKUKAN AKTIVITAS FISIK MAKSIMAL

0 17 90

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TUBULUS PROKSIMAL GINJAL PADA MENCIT BETINA DEWASA (Mus musculus L) YANG MENDAPAT LATIHAN FISIK MAKSIMAL

0 0 7

PENGARUH VITAMIN E TERHADAP KADAR HORMON ESTROGEN PADA MENCIT (Mus musculus) BETINA YANG TERPAPAR ASAP ROKOK Repository - UNAIR REPOSITORY

1 0 79