BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Latihan Fisik 2.1.1. Definisi
Menurut Caspersen,C.J. 1985 istilah latihan fisik telah digunakan secara
bergantian dengan aktivitas fisik dan pada kenyataannya memiliki sejumlah elemen umum. Sebagai contoh, aktivitas fisik dan latihan fisik keduanya
melibatkan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang mengeluarkan energi, yang diukur oleh kilokalori secara terus-menerus mulai dari rendah ke
tinggi, dan berkorelasi positif dengan kebugaran fisik seperti intensitas, durasi, dan frekuensi gerakan meningkat. Latihan fisik, bagaimanapun tidak identik
dengan aktivitas fisik, karena latihan fisik subkategori dari aktivitas fisik. Latihan fisik adalah aktivitas fisik yang direncanakan, terstruktur, berulang, dan
bermanfaat dalam arti untuk perbaikan atau pemeliharaan dari satu atau lebih komponen kebugaran fisik pada seseorang.
2.1.2. Respon fisiologis terhadap latihan fisik
Atlit yang melakukan latihan fisik pada tingkat yang lebih tinggi akan mencapai suatu titik transport oksigen menuju otot tidak lagi meningkat dan
seluruh konsumsi oksigen tubuh maksimal VO
2max
tidak bisa lagi meningkat. Setelah masa tersebut akan terjadi kelelahan Casaburi, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Latihan fisik aerobik dapat meningkatkan VO
2max
. Peningkatan VO
2max
ini disebabkan oleh bertambahnya kandungan O
2
di dalam arteri dan vena, serta meningkatnya
cardiac output maksimal. Meningkatnya VO
2max
akan meningkatkan toleransi terhadap latihan fisik. Hal ini berhubungan dengan fakta
bahwa dengan meningkatkan kapasitas aerobik akan menurunkan terjadinya matebolisme anaerob ambang batas anaerob menjadi lebih tinggi. Sisa
metabolisme anaerob berupa asam laktat, mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi tubuh. Kebutuhan oksigen meningkat sejalan dengan
peningkatan level kerja, sehingga produksi CO
2
akan meningkat. Peningkatan produksi CO
2
ini terjadi karena proses buffer oleh natrium bikarbonat terhadap asam laktat dan menghasilkan CO2. Ventilasi akan terangsang untuk
membersihkan kelebihan CO
2
dan asidosis metabolik secara langsung merangsang badan karotis Casaburi, 1992.
Apabila melakukan latihan fisik maksimal secara teratur, maka produksi asam laktat menjadi lebih sedikit pada saat melakukan latihan fisik maksimal. Selain
itu, respon fisiologis tubuh juga mengalami perubahan saat melakukan latihan fisik maksimal, perubahan tersebut antara lain komsumsi oksigen dan produksi
CO
2
menjadi lebih sedikit, ventilasi secara dramatis menurun. Walaupun ventilasi menurun, PCO
2
dan pH arteri tetap normal Casaburi, 1992.
2.1.3. Intensitas latihan fisik
Intensitas latihan fisik memiliki dua prinsip utama. Pertama, intensitas latihan fisik mempunyai ambang batas, artinya latihan fisik tidak akan mempunyai efek
Universitas Sumatera Utara
latihan lagi walaupun frekuensi dan durasi latihan fisik itu ditingkatkan. Kedua, bila intensitas latihan fisik dilakukan melebihi ambang batas, jumlah total kerja
per sesi merupakan determinan yang penting bagi respon latihan fisik. Artinya, latihan fisik intensitas tinggi dalam waktu singkat sama efektifnya dengan latihan
fisik intensitas sedang dalam waktu yang lebih lama Casaburi, 1992. Terdapat tiga variabel fisiologis yang dapat digunakan untuk menentukan
intensitas latihan fisik, yaitu frekuensi denyut jantung, konsumsi oksigen, dan level laktat darah. Menggunakan frekuensi denyut jantung untuk mengukur
intensitas latihan fisik merupakan hal yang mudah dilakukan. Akan tetapi, karena frekuensi denyut jantung mempunyai hubungan yang jauh terhadap kondisi otot
yang melakukan latihan, maka teori dasar yang menggunakan frekuensi denyut jantung untuk menentukan intensitas latihan fisik dianggap masih lemah. Hal
yang paling banyak dipakai untuk menentukan intensitas latihan fisik adalah konsumsi oksigen tubuh maksimal VO
2max
. Penggunaan level laktat untuk menentukan intensitas latihan fisik dianjurkan juga oleh beberapa peneliti
Casaburi, 1992.
2.1.4. Durasi sesi latihan fisik