Latar Belakang Gambaran Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di SDN 064977 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang, dan negara maju. Negara miskin cenderung dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi. Negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih, berkaitan dengan masalah penyakit degeneratif seperti jantung, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Sementara itu pada negara berkembang, seperti Indonesia, mempunyai masalah gizi ganda yakni perpaduan masalah gizi lebih dan gizi kurang Soekirman, 2000. Masalah gizi lebih atau obesitas bukan saja ditemukan pada orang dewasa tetapi pada saat ini telah ditemukan juga pada anak-anak. Obesitas pada anak berpotensi menimbulkan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi, ginjal, mudah lelah dan lainnya yang dapat mulai timbul sebelum atau setelah masa dewasa. Obesitas pada anak juga berpengaruh terhadap psikologisnya. Anak yang kurang disenangi dalam pergaulan akan menarik diri. Akibatnya, aktivitas fisik akan berkurang secara otomatis menambah kegemukan Lidia, 2007. Penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi merupakan contoh penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh masalah gizi lebih yang dewasa ini menjadi penyebab utama kematian di negara maju dan negara berkembang, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2006, jumlah penyandang diabetes di Indonesia mencapai 14 juta orang. Laporan Riskesdas 2007, menunjukkan bahwa prevalensi total penyandang diabetes sebesar 5.7 dari 24.417 penduduk usia 15 tahun di perkotaan. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes Melitus DM di Indonesia mencapai 21.3 juta orang Diabetes Care 2004 dalam Depkes 2009. Menurut Damayanti dari RS Cipto Mangunkusumo yang melakukan penelitian pada anak-anak sekolah dasar di 10 kota besar Indonesia periode 2002- 2005 dengan metode acak, hasil yang diperoleh ternyata prevalensi kegemukan, yaitu overweight dan obesitas, pada anak-anak usia sekolah dasar tertinggi ada di Universitas Sumatera Utara Jakarta 25, kedua Semarang 24.3, dan Medan menempati posisi ketiga 17.75, Denpasar 11.7, Surabaya 11.4, Padang 7.1, Manado 5.3, Yogyakarta 4 dan Solo 2.1. Angka ini hampir sama dengan prevalensi obesitas di Inggris 10-17 dan Amerika 10-12. Penelitian yang dilakukan oleh Lidia 2007 di salah satu sekolah dasar swasta yang ada di Medan, didapati prevalensi obesitas sebesar 54.7. Maka, obesitas pada anak merupakan masalah yang cukup mengkhawatirkan di Indonesia khususnya kota Medan sebagai peringkat ketiga Andra, 2007. Begitu juga dengan masalah gizi kurang, kekurangan gizi pada anak akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Status gizi buruk pada anak- anak di Sumatera Utara pada tahun 2003 yang tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 12.35 dan gizi kurang 18.59. Gizi kurang pada anak akan menghambat pertumbuhan dan kurangnya energi dan protein zat pembangun sehingga perlu diperhatikan menu yang seimbang Habeahan, 2009. Masalah terutama pada anak usia sekolah dasar 6-12 tahun, usia pra-remaja 13-15 tahun, usia remaja 16-18 tahun, dan kelompok ibu hamil, khusunya ibu hamil di pedesaan Riskesdas, 2010. Prevalensi gizi kurang pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 13.2 daripada anak perempuan yaitu 11.2. Menurut tempat tinggal, prevalensi gizi kurang di perkotaan sedikit lebih rendah dari anak di pedesaan yaitu berturut-turut sebesar 11.9 dan 12.5. Prevalensi gizi kurang berhubungan terbalik dengan pendidikan kepala rumah tangga yaitu semakin tinggi pendidikan kepala rumah semakin rendah prevalensi gizi kurang. Prevalensi gizi kurang terlihat paling rendah pada rumah tangga yang kepala rumah tangganya berpendidikan tamat D1 ke atas yaitu 8.9. Sedangkan menurut jenis pekerjaan kepala rumah tangga, terlihat paling tinggi pada jenis pekerjaan berpenghasilan tidak tetap petaninelayanburuh yaitu sebesar 12.8 dan paling rendah pada rumah tangga dengan keadaan ekonomi rumah tangga, semakin baik keadaan ekonomi rumah tangga semakin rendah prevalensi gizi kurang. Pada keadaan ekonomi rumah tangga terendah terlihat prevalensi gizi kurang tertinggi yaitu 13.2 dan pada Universitas Sumatera Utara keadaan ekonomi rumah tangga yang tertinggi prevalensinya 9.2 Riskesdas, 2010. Gizi kurang malnutrisi melatarbelakangi penyakit dan kematian pada anak, meskipun sering luput dari perhatian. Pada tahun 1990, kurang lebih 30 balita di dunia memiliki berat badan rendah, dengan kisaran 11 sekitar 6.4 juta orang di Amerika Latin, 27 31.6 juta orang di Afrika, dan 41 154.8 juta di Asia. Prevalensi berat badan rendah terus menurun dari 42.6 pada tahun 1975 menjadi 34.6 di tahun 1995, tetapi kasus malnutrisi tidak berkurang sesuai dengan angka yang diharapkan. Sebagian besar anak di dunia sekitar 80 yang menderita malnutrisi bermukim di wilayah yang juga miskin akan bahan pangan kaya zat gizi, terlebih zat gizi mikro. Tahun 1995, didapati lebih dari 200 juta 30 anak balita mengalami malnutrisi, keadaan ini menyebabakan 50 anak-anak meninggal dunia. Sekarang, asupan gizi anak-anak sekolah dasar di beberapa wilayah Indonesia sangat memprihatinkan, padahal setiapa harinya dibutuhkan asupan gizi yang baik supaya anak-anak ini memiliki pertumbuhan, kesehatan, dan perkembangan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas Badiuzzaman T. M., 2010. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa penilaian status gizi pada anak-anak sekolah dasar sangat penting untuk diketahui sebagai dasar acuan pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana gambaran status gizi pada anak sekolah dasar di SDN 064977 Kecamatan Medan Tembung Kota Medan karena belum pernah dilakukan penelitian penilaian status gizi pada sekolah ini dan juga karena mudah dijangkau oleh peneliti.

1.2 Rumusan Masalah