Prinsip - Prinsip Tata Ruang

22 2. Pengawasan dan pengamanan koleksi perpustakaan bisa dilakukan dengan baik. 3. Aktivitas layanan bisa dilakukan dengan lancar. 4. Udara dapat masuk ke ruangan perpustakaan dengan leluasa namun harus dihindari sinar matahari menembus koleksi perpustakaan secara langsung. 5. Tidak menimbulkan gangguan terhadap pembacapengguna dan staf perpustakaan. Sedangkan peenataan ruangan perpustakaan menurut Lasa 2005: 148, bertujuan untuk : 1. Memperoleh efektifitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga dan anggaran. 2. Menciptakan lingkungan yang aman suara, nyaman cahaya, nyaman udara, dan nyaman warna 3. Meningkatkan kualitas pelayanan. 4. Meningkatkan kinerja petugas perpustakaan. Perpustakaan Nasional RI 1992: 175, perlu diadakan penataan dan pengaturan perabot dan perlengkapan perpustakaan sedemikian rupa, agar : 1. Tidak terjadi hambatan lalu lintas pemakai pelaksanaan kerja di setiap ruangan dan antar ruang. 2. Terlihat suatu gambaran yang wajar dan menarik. 3. Terdapat keleluasaan bergerak yang wajar dari pemakai perpustakaan maupun pelaksanaan kerja. 4. Adanya efisiensi pemakaian ruangan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat informasi bagi pemustaka dan sebagai tempat kerja pustakawan dalam mengelola informasi tersebut, harus memiliki penataan ruangan yang ditata sedemikian rupa agar terciptanya suatu aspek pembinaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam memperlancar layanan maupun pelaksanaan tugas dan fungsi perpustakaan.

2.5.2 Prinsip - Prinsip Tata Ruang

Universitas Sumatera Utara 23 Ruangan perpustakaan merupakan sarana penting dalam penyelenggaraan perpustakaan. Perpustakaan sebagai unit pelayanan jasa, harus memiliki sarana yang cukup dan permanen untuk menampung semua koleksi, fasilitas, staf, dan kegiatan perpustakaan sebagai unit kerja. Sarana yang dimaksud adalah sarana fisik dalam bentuk ruangan dan gedung perpustakaan. Dalam pengaturan ruang perpustakaan agar efisien diperlukan adanya suatu pemahaman tentang perancangan tata ruangan suatu perpustakaan. Pemahaman tersebut sangat dibutuhkan untuk memperlancar layanan maupun pelaksanaan fungsi perpustakaan. Disamping itu, perencanaan ruang perpustakaan harus mengacu pada hubungan antar ruangan yang bersifat interaktif agar dapat dipandang secara mudah dan nyaman. Menurut Siregar 2011: 96, “tata letak ruangan adalah penataan peralatan dan perabotan yang terdapat pada perpustakaan sehingga sesuai dengan fungsi dan kebutuhan pengguna” Sedangkan menurut Suwarno 2009: 101, “penataan ruangan sebaiknya dihindari penataan ruangan yang tersekat-sekat mati dan menutup pandangan. Kondisi semacam ini dapat menyebabkan cepat timbulnya rasa bosan dan jenuh bagi user ”. Agar penataan dan pemanfaatan dapat tertata dengan baik. Menurut Lasa 2005:149, asas-asas tata ruang adalah sebagai berikut: 1. Asas jarak, yaitu suatu susunan tata ruang yang memungkinkan proses penyelesaian pekerjaan dengan menempuh jarak yang paling pendek. 2. Asas rangkaian kerja, yaitu suatu tata ruang yang menempatkan tenaga dan alat-alat dalam suatu rangkaian yang sejalan dengan urutan penyelesaian pekerjaan yang bersangkutan. 3. Asas pemanfaatan, yaitu tata susunan ruang yang mempergunakan sepenuhnya ruang yang ada. Untuk menciptakan kenyaman di perpustakaan, baik kenyamanan pemustaka maupun kenyamanan pustakawan, perlu diterapkan beberapa sistem penataan ruangan. Sistem pernataan ruangan tersebut diharapkan dapat meningkatkan Universitas Sumatera Utara 24 produktifitas, efisiensi, efektifitas di dalam ruangan perpustakaan khususnya penataan ruang seperti ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi. Adapun sistem penataan ruang perpustakaan tersebut menurut Lasa 2005: 158 yaitu : 1. Sistem tata sekat Yaitu cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Dalam sistem ini, pengunjung tidak diperkenankan masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan mengambilkan koleksi yang dipinjam atau dibaca di tempat itu. Namun demikian sistem ini bias juga diterapkan pada sistem terbuka, yakni pemakai mengambil sendiri lalu dicatatkandilaporkan kepada petugas, selanjutnya petugaslah yang mengambilkan ke rak semula. 2. Sistem tata parak Yaitu sistem pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Hanya saja dalam sistem ini, pembaca dimungkinkan untuk mengambil koleksi sendiri, lalu dicatat atau dibaca diruang lain yang tersedia. Cara ini lebih cocok untuk perpusakaan yang menganut sistem pinjam terbuka. 3. Sistem tata benar Yaitu suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri. Sistem ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menggunakan sistem pinjam terbuka. Dalam penataan ruangan perpustakaan juga harus megutamakan prinsip- prinsip penataan ruangan, hal ini bertujuan agar efektifitas dan pemanfaatan setiap ruangan perpustakaan berjalan dengan baik. Menurut Lasa 2007: 202 menyatakan bahwa, prinsip-prinsip penataan ruangan perpustakaan meliputi : 1. Untuk pelaksanaan tugas yang memerlukan konsentrasi hendaknya ditempatkan di ruangan terpisah atau ditempat yang aman dari gangguan, hal ini bertujuan agar tidak mengganggu konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan. 2. Bagian yang bersifat pelayanan umum hendaknya ditempatkan di lokasi yang strategis. Tujuannya agar lebih mudah dicapai, misalnyan bagian sirkulasi. Apabila pelayanan kurang memuaskan akan mengakibatkan semakin sedikit jumlah pengunjung, tetapi sebaliknya apabila pelayanannya baik jumlah pengunjung akan semakin bertambah. 3. Dalam penempatan perabot seperti meja, kursi rak buku, lemari, dan lainnya hendaknya disusun dalam bentuk garis lurus. Tujuannya agar Universitas Sumatera Utara 25 segala kegiatan pemustaka lebih mudah dikontrol oleh pustakawan. Selain itu juga akan membuat ruangan lebih indah, teratur dan tidak sempit. Pemustaka juga akan lebih leluasa melakukan kegiatannya diperpustakaaan, karena ruangannya tidak sempit. 4. Jarak antara satu perabot dengan perabot lainnya dibuat agak lebar. Jarak perabot diatur agar pustakawan maupun pemustaka bisa leluasa untuk berjalan. Selain itu juga bertujuan agar ruangan tidak terlihat sempit yang akan membuat pustakawan dan pemustaka merasa tidak nyaman. 5. Bagian-bagian yang mempunyai tugas yang sama, hampir sama, atau merupakan kelanjutan, hendaknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan. Hal ini bertujuan agar pustakawan tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk berpindah-pindah ruangan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pemustaka juga tidak perlu bingug apabila ada yang perlu diurus dengan pustakawan. 6. Bagian yang menangani pekerjaan yang bersifat berantakkan seperti pengolahan, pengetikan atau penjilidan hendaknya ditempatkan di tempat yang tidak tampak oleh khalayak umum. Bertujuan agar pemustaka tidak terganggu oleh suasana yang berantakan. 7. Apabila memungkinkan, semua petugas dalam suatu unitruangan hendaknya duduk menghadap kearah yang sama dan pimpinan duduk di belakang . situasi ini akan lebih menciptakan komunikasi yang lancer antar petugas. 8. Alur pekerjaan hendaknya bergerak maju dari satu meja ke meja lain dari garis lurus. Hal ini bertujuan agar tidak adanya keraguan ataupun kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan oleh pustakawan. Misalnya dalam proses pengolahan bahan pustaka dan proses penyelesaian fisik bahan pustaka seperti penyampulan buku. 9. Ukuran tinggi, rendah, panjang, lebar, luas dan bentuk perabot hendaknya dapat diatur lebih leluasa. Hal ini dimaksudkan agar tidak tercipta situasi jenuh bagi pustakawan maupun pemustaka. Selain itu juga akan membuat ruangan perpustakaan akan terlihat lebih indah dan menarik. 10. Perlu ada lorong yang cukup lebar untuk jalan apabila sewaktu-waktu terjadi kebakaran dan bencana alam. Bisa juga dibuat jalan keluar alternatif apabila terjadi kejadian yang tidak terduga. Hal ini bertujuan agar lebih mudah menyelamatkan diri apabila terjadi bencana yang tidak terduga. Dalam penataan ruang ditentukan oleh banyak hal, diantaranya luas ruangan yang ada, sistem pelayanan yang dipakai, serta perabot dan perlengkapan yang disediakan dan juga tata letak ruang menurut fungsi dan pelayanannya. Universitas Sumatera Utara 26 Pendapat lain juga dikemukakan Yusuf 2007: 98, penataan ruangan perpustakaan meliputi tata ruang, dekorasi, penerangan dan ventilasi. 1. Tata ruang Perpustakaan dalam hal penempatan dan penataan perabot meliputi kelengkapan meliputi kelengkapan lainnya serta bahan bacaan perlu diletakkan dan ditatat sedemikian rupa agar apa yang disajikan kelihatan menarik. 2. Dekorasi Dekorasi yang menarik dapat menambah ketertarikan pemustaka dan mengakibatkan pemustaka betah berlama-lama di perpustakaan. pemilihan warna cat juga menentukan faktor kenyamanan dan kebetahan pemustakan di perpustakaan. 3. Penerangan Penerangan harus diatur sehingga tidak terjadi penurunan gairah membaca atau membuat silau. 4. Ventilasi Sistem ventilasi berkaitan dengan temperatur dan suhu ruangan. Lubang- lubang angina perlu dibuat dengan jumlah yang cukup sehingga udara bias masuk secara leluasa. Melalui lubang angina ini juga perputaran oksigen di dalam ruangan perpustakaan dengan di luar bias lebih lancar. Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perpustakaan harus mengadakan pendidikanseminar khususnya kepada pustakawan dengan mengundang seseorang yang ahli dalam desain interior dalam pelaksanaan teknik penataan ruangan maupun perabot dan perlengkapan perpustakaan. Sehingga pustakawan mampu membina sendiri ruangan-ruangan perpustakaan yang diharapkan memberikan kesan positif oleh penggunannya.

2.6 Persyaratan Lingkungan Fisik Ruangan