32
c. 60 watt
665 lummens d.
100 watt 1.260 lummens
e. 200 watt
2.720 lummens f.
500 watt 7.700 lummens
Dalam buku pedoman perpustakaan 2004: 131, tentang dasar pemikiran yang dipakai untuk konsep perancangan sistem penerangan adalah pemenuhan intensitas
cahaya tidak sama. Daftar intesitas cahaya di dalam ruangan yaitu: 1.
Area baca majalah surat kabar 200 lumen
2. Meja baca ruang baca umum
400 lumen 3.
Meja baca ruang baca rujukan 600 lumen
4. Area sirkulasi
600 lumen 5.
Area pengolahan 400 lumen
6. Area akses tertutup
100 lumen 7.
Area koleksi buku 200 lumen
8. Area kerja
400 lumen 9.
Area pandang dengar 100 lumen
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem penerangan pada ruang perpustakaan perlu diatur tingkat intensitas cahayanya agar tidak terlalu
terang dan juga tidak terlalu gelap. Setiap ruangan perpustakaan memiliki tingkat intensitas cahaya yeng berbeda sesuai dengan kegiatan yang dilakukan di dalam
ruangan tersebut. Pencahayaan yang memadai dapat meningkatkan kenyamanan pemustaka dan meningkatkan produktifitas pustakawan saat bekerja.
2.6.5 Sistem Akustik Tingkat Kebisingan
Perpustakaan sangat identik sebagai suatu tempat yang memerlukan tingkat konsentrasi yang sangat tinggi oleh karena itu, diperlukan suasana yang hening di
lingkungan perpustakaan khususnya di dalam ruangan perpustakaan. Kenyamanan ruangan sangat dipengaruhi oleh kenyamanan suara. Tingkat kebisingan yang
dihasilkan dari setiap ruangan di dalam perpustakaan berbeda – beda. Hal ini perlu
mendapatkan perhatian karena pada beberapa ruangan di perpustakaan memerlukan ketenangan terutama di ruang baca. Menurut Yunita 2011: 46 ,yang mengutip hasil
Universitas Sumatera Utara
33
penelitian Harfano 2005, sumber kebisingan di dalam perpustakaan teragi dua jenis yaitu :
1. External noise
Yang berasal dari luar perpustakaan seperti suara yang berasal dari koridor disekitar perpustakaan dan suara mesin yang berasal dari sepeda motor
dan mobil.
2. Internal noise
Yang berasal dari dalam perpustakaan seperti suara percakapan baik oleh pemakai maupun staf perrpustakaan, suara kursi yang digeser, dan suara
yang berasal dari peralatan yang digunakan di dalam perpustakaan seperti trolley, mesin foto copy, printer, maupun mesin ketik.
Apabila sumber kebisingan terbagi atas dua yaitu dari luar dan dalam perpustakaan. Untuk itu, pihak perpustakaan harus memperhatikan sistem akustik.
Menurut DEPDIKNAS RI 2004: 133, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aspek akustik pembangunan perpustakaan yaitu:
1. Pemenuhan tingkat intensitas suara noise criteria yang memadai dalam
setiap fungsi ruang berikut: Ruang baca
NC 3035 Ruang buku
NC 3035 Ruang kerja umum
NC 3035 Ruang audio
NC 2025 2.
Mengurangi secara optimal gangguan suara dari luar dengan menetapkan sistem pemilihan bangunan dan rancangan sisi luar bangunan, baik buruk
rancangan bentuk maupun bahan bangunan.
3. Menerapkan sistem kompartemensi sumber suara, yaitu dengan
pendaerahan ruang-ruang yang merupakan sumber suara pada lokasidaerah terisolasi
4. Penggunaan bahan bangunan yang dapat mereduksi suara lantailangit-
langitdinding pada ruang- ruang yang dianggap dapat menjadi sumber suara dan pada ruang yang memerlukan intensitas suara yang rendah.
Misalnya dengan menggunakan bahan karpet pada area yang menjadi jalur lalu lalang pengguna perpustakaan.
Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa tingkat kebisingan dapat dikurangi dengan ketenangan pustakawan dalam bekerja dan pemustaka yang beraktifitas di
perpustakaan. Untuk mengurangi intensitas suara dari luar perpustakaan dapat diatasi
Universitas Sumatera Utara
34
dengan perancangan bangunan perpustakaan yang jauh dari ruas jalan yang dilalui kendaraan bermesin. Apabila tidak memungkinkan, pemasangan karpet yang
digunakan sebagai kedap suara adalah hal yang juga dapat dilakukan untuk mrngurangi intensitas suara.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Informasi telah menjadi suatu kebutuhan manusia,melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitar, memperluas cakrawala
pengetahuan, sekaligus memahami kedudukan serta peranan dalam masyarakat. Salah satu bukti kemajuan informasi yaitu munculnya terbitan-terbitan atau literatur baik
tercetak maupun non cetak, baik dalam bentuk fisik maupun digital. Perkembangan informasi yang menjadikan masyarakat juga mengalami perkembangan yang lebih
modern, menjadikan informasi sebagai suatu lahan yang luas dan strategis untuk dihimpun, diolah, dan disebarluaskan. Informasi yang sudah ada jangan sampai tidak
tersalurkan dengan baik kepada masyarakat yang biasa disebut pengguna informasi. Oleh sebab itu salah satu lembaga yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi
masyarakat secara tepat adalah perpustakaan. Menurut Suwarno 2011: 14,
“perpustakaan merupakan suatu satuan kerja organisasi badan atau lembaga. Satuan unit kerja tersebut dapat berdiri sendiri, tetapi
dapat juga merupakan bagian dari organisasi di atasnya yang lebih besar. Perpustakaan amat penting bagi kehidupan dan kecerdasan bangsa
”. Sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai sumber informasi perpustakaan memegang peranan penting
dalam pembangunan nasional dan merupakan sarana penunjang dalam pendidikan dan kebutuhan sumber informasi. Perpustakaan pada dasarnya mempunyai tugas
untuk mengadakan, mengolah, dan menyebar luaskan informasi kepada masyarakat yang membutuhkan. Perpustakaan mengoptimalkan layanan pada empat hal yaitu,
sarana kegiatan pembelajaran, sarana informasi, sarana penelitian, dan sarana rekreasi.
Universitas Sumatera Utara