30
1. Warna  merah,  menggambarkan  panas,  kegemaran  dan  kegiatan  bekerja.
Warna  ini  berguna  untuk  merangsang  panca  dan  jiwa  agar  bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.
2. Warna  kuning, menggambarkan  kehangatan. Warna  ini akan  merangsang
mata dan syaraf yang dapat menimbulkan gembira. 3.
Warna hijau menimbulkan suasana sejuk dan kedamaian. Oleh karena itu, warna  ini  cocok  tempat-tempat  ibadah,  perpustakaan,  rumah  tinggal  dan
sebagaiannya.
Perpustakaan  sesuai  dengan  tugas  dan  fungsinya  sebagai  pemberi  pelayanan informasi  kepada  seluruh  lapisan  masyarakat  diharapkan  mampu  menarik  minat
kunjung dan mengutamakan kenyamanan dan ketenangan pemustaka dan pustakawan di  dalam  perpustakaan.  salah  satu  cara  yang  dapat  di  terapkan  oleh  suatu  instansi
perpustakaan  adalah  pemilihan  warna  yang  cocok  pada  ruangan  perpustakaan. Darmono    2001:  202  menyatakan  bahwa,
“pilihan  warna  dinding  juga  dapat mempengaruhi rasa tenang. Karena perpustakaan memerlukan suasana tenang, maka
pilihan  warna  dasar  ruangan  hendaknya  jangan  terlalu  tajam  dan  mencolok.  Warna netral dan tenang sangat menunjang suasana terang di perpustakaan
”. Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  warna  erat  kaitannya
mempengaruhi  emosi  seseorang.  Oleh  karena  itu,  pemilihan  warna  dinding  pada ruangan  perpustakaan  harus  dijadikan  prioritas  utama  dan  mendapat  perhatian
khusus.  Pemilihan  warna  hendaknya  di  perhatikan  sesuai  dengan  letak  dan  fungsi ruangan tersebut dan jenis kegiatan apa yang berlangsung di dalam ruangan tersebut.
Pemilihan warna yang salah akan berdampak negatif terhadap emosi seseorang dalam hal  ini  cakupan  di  perpustakaan  yaitu  pemustaka  dan  pustakawan,  jika  penarapan
warna  ruangan  tidak  sesuai  dan  tidak  cocok  maka  berpengaruh  besar  terhadap kenyamanan pemustaka dan tingkat produktifitas pustakawan dalam berkerja.
2.6.4 Sistem Penerangan
Universitas Sumatera Utara
31
Pencahayaan  merupakan  salah  satu  unsur  utama  dalam  menciptakan  suasana yang  nyaman  didalam  ruangan  perpustakaan.  Tingkat  intensitas  cahaya  di  dalam
ruangan perpustakaan harus diatur dan diperhatikan secara khusus, pencahayaan yang terang  namun  tidak  membuat  silau  akan  berdampak  positif  oleh  pemustaka  dan
pustakawan.  Pencahayaan  yang  minim  dan  gelap  akan  meyulitkan  pemustaka  untuk membaca dan mencari informasi serta menggangu kinerja pustakawan.
Lasa  2005:  169  menyatakan  bahwa,  kelebihan  penerangan  cahaya  pada ruangan  perpustakaan  perlu  dihindarkan,  karena  dapat  menimbulkan  hal-hal  yang
tidak diinginkan, seperti : 1.
Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja. 2.
Kelelahan mental. 3.
Keluhan-keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata. 4.
Keluhan kerusakan penglihatan. 5.
Meningkatkan kecelakaan. Menurut  Purwati  2007:
8  “Usaha  yang  dilakukan  agar  tidak  terjadi peningkatan  cahaya  yang  tidak  membuat  silau  yaitu  menghindari  sinar  matahari
langsung  dan  memilih  jenis  lampu  yang  dapat  memberikan  sifat  penerangan  yang tepat misalnya: lampu pijar yang mampu memberikan cahaya  yang bersifat setempat,
lampu  TLPLFluorescent  yam  membrikan  cahaya  merata,  sedangkan  lampu  sorot akan memberikan cahayaya
ng terfokus pada objek tertentu”. Beberapa  jenis  lampu  yang    diketahui  kekuatan  cahaya  yang  dikeluarkan
lummens  menurut,  Menurut  Yunita  2011:  46,  yang  mengutip  hasil  penelitian Harfano 2005: 33, adalah sebagai berikut :
1. Lampu TL Flouresent tube
a. 80 watt
3100 – 4.800 lummens
b. 65 watt
2700 – 4.400 lummens
c. 40 watt
1700 – 2.600 lummens
2. Lampu pijar buib
a. 25 watt
200 lummens b.
40 watt 390 lummens
Universitas Sumatera Utara
32
c. 60 watt
665 lummens d.
100 watt 1.260 lummens
e. 200 watt
2.720 lummens f.
500 watt 7.700 lummens
Dalam buku pedoman perpustakaan 2004: 131, tentang dasar pemikiran yang dipakai  untuk  konsep  perancangan  sistem  penerangan  adalah  pemenuhan  intensitas
cahaya tidak sama. Daftar intesitas cahaya di dalam ruangan yaitu: 1.
Area baca  majalah  surat kabar 200 lumen
2. Meja baca  ruang baca umum
400 lumen 3.
Meja baca  ruang baca rujukan 600 lumen
4. Area sirkulasi
600 lumen 5.
Area pengolahan 400 lumen
6. Area akses tertutup
100 lumen 7.
Area koleksi buku 200 lumen
8. Area kerja
400 lumen 9.
Area pandang dengar 100 lumen
Dari  beberapa  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  sistem  penerangan pada  ruang  perpustakaan  perlu  diatur  tingkat  intensitas  cahayanya  agar  tidak  terlalu
terang  dan  juga  tidak  terlalu  gelap.  Setiap  ruangan  perpustakaan  memiliki  tingkat intensitas  cahaya  yeng  berbeda  sesuai  dengan  kegiatan  yang  dilakukan  di  dalam
ruangan  tersebut.  Pencahayaan  yang  memadai  dapat  meningkatkan  kenyamanan pemustaka dan meningkatkan produktifitas pustakawan saat bekerja.
2.6.5 Sistem Akustik Tingkat Kebisingan