Komplikasi Faktor Risiko Hipertensi Yang Tidak Dapat Diubah

2.4. Diagnosis

Seperti lazimnya pada penyakit lain, diagnosis hipertensi ditegakkan berdasarkan data anamnese, pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan penunjang. Pada 70-80 kasus hipertensi esensial, didapat riwayat hipertensi didalam keluarga, walaupun hal ini belum dapat memastikan diagnosis hipertensi esensial. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. 21 Pada wanita keterangan mengenai hipertensi pada kehamilan, riwayat persalinan, penggunaan pil kontrasepsi, diperlukan dalam anamnesis. Selain itu data mengenai penyakit penyerta yang timbul bersamaan seperti diabetes melitus, gangguan hyperthyroid, rematik, gangguan ginjal serta faktor risiko terjadinya hipertensi seperti rokok, alkohol, stress dan data obesitas perlu diberitahukan kepada dokter yang memeriksa. 20,21 Pemeriksaan yang lebih teliti perlu dilakukan pada organ target untuk menilai komplikasi hipertensi. Identifikasi pembesaran jantung, tanda payah jantung, pemeriksaan funduskopi, tanda gangguan neurologi dapat membantu menegakkan diagnosis komplikasi akibat hipertensi. Pemeriksaan fisik lain secara rutin perlu dilakukan untuk mendapatkan tanda kelainan lain yang mungkin ada hubungan dengan hipertensi. 20,21

2.5. Komplikasi

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat apabila tekanan diastolik sama atau 130 mmHg atau kenaikan tekanan darah yang mendadak tinggi. Universitas Sumatera Utara Beberapa negara mempunyai pola komplikasi yang berbeda-beda. Di Jepang gangguan serebrovaskular lebih mencolok dibandingkan kelainan organ yang lain, sedangkan di Amerika dan Eropa komplikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ditemukan data mengenai hal ini, akan tetapi komplikasi serebrovascular dan komplikasi jantung sering ditemukan. 21 Alat tubuh yang sering terserang hipertensi adalah mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan akibat pecahnya mikroaneurisma yang mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara transient ischaemic attack. 20,21 2.6. Epidemiologi Hipertensi 2.6.1. Distribusi dan Frekuensi Hipertensi a. Orang Pada negara yang sudah maju, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan yang baik karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 setelah menopause. Di Jawa Barat prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 23,1 sedangkan pada wanita sekitar 6,5. Pada usia 50 – 59 tahun prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 53,8 Universitas Sumatera Utara sedangkan pada wanita sekitar 29 dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5. 27 Menurut Indonesian Society of Hypertension tahun 2007, secara umum prevalensi hipertensi di Indonesia pada orang dewasa berumur lebih dari 50 tahun adalah antara 15-20. Survei faktor resiko penyakit kardiovasculer oleh WHO di Jakarta menunjukkan di Indonesia prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin dengan tekanan darah 16090 mmHg pada pria tahun 1988 sebesar 13,6, tahun 1993 sebesar 16,5 dn pada tahun 2000 sebesar 12,1. Sedangkan pada wanita prevalensi tahun 1988 mencapai 16, tahun 1993 sebesar 17 dan tahun 2000 sebesar 12,2. 28 b. Tempat Prevalensi hipertensi ditiap daerah berbeda-beda tergantung pada pola kehidupan masyarakatnya. Dari hasil riskesda riset kesehatan dasar 2007 diketahui prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur 18 tahun sebesar 29,8. Secara nasional 10 kabupatenkota dengan prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun tertinggi adalah Natuna 53,3, Mamasa 50,6, Katingan 49,6, Wonogiri 49,5, Hulu sungai Selatan 48,2, Rokan Hilir 47,7, Kuantan Sengigi 46,3, Bener Meriah 46,1, Tapin 46,1 dan Kota Salatiga 45,2. Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Jaya Wijaya 6,8, Teluk Wondama 9,4, Bengkulu Selatan 11,0, Kepulauan Mentawai 11,1, Tolikara 12,5, Yahukimo 13,6, Pegunungan Bintang 13,9, Seluma 14,6, Sarmi 14,6, Tulang Bawang 15,9. 9 Universitas Sumatera Utara Penduduk yang tinggal di daerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengonsumsi garam lebih tinggi dibandingkan daerah pegunungan yang lebih banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. 25 c.Waktu Penderita hipertensi berdasarkan waktu berbeda pada setiap tahunnya. Studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga SKRT, 2001 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 naik menjadi 110 per 1000 penduduk tahun 2001.

2.6.2. Faktor Risiko Hipertensi

Faktor risiko hipertensi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit hipertensi pada masyarakat. Faktor risiko hipertensi terbagi dua yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang dapat diubah adalah faktor risiko yang dapat dicegah atau dikendalikan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah faktor risiko yang tidak dapat dicegah atau dikendalikan.

a. Faktor Risiko Hipertensi Yang Tidak Dapat Diubah

1. Genetika Dinyatakan bahwa pada 70-80 kasus hipertensi essensial, didapatkan riwayat hipertensi didalam keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot satu telur apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan inilah yang menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya hipertensi. 29 Universitas Sumatera Utara 2. Umur Umur merupakan faktor risiko penyakit hipertensi yang tidak dapat dicegah karena menurut penelitian semakin meningkat umur seseorang maka semakin besar risiko terkena hipertensi. Menurut Dede Kusmana dari Departemen Kardiologi Universitas Indonesia 2007, bahwa umur penderita hipertensi antara 20-30 tahun prevalensinya adalah 5-10, umur dewasa muda prevalensinya antara 20-25 dan umur diatas 50 tahun sekitar 60. 30 Menurut penelitian yang dilakukan Suyati 2005, di Rumah Sakit Islam Jakarta, bahwa penderita hipertensi umumnya berusia antara 36-50 tahun yaitu 56,7. Sementara penelitan Rasmaliah dkk 2005, di Desa Pekan Labuhan dan Nelayan Indah Kecamatan Medan Labuhan mencatat bahwa penderita hipertensi terbanyak pada umur 45-60 tahun sebesar 30,8. 31,32 3. Jenis Kelamin Prevalensi penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria daripada kaum wanita, hal ini disebabkan pada umumnya yang bekerja adalah pria, dan pada saat mengatasi masalah pria cenderung untuk emosi dan mencari jalan pintas seperti merokok, mabuk minum – minuman alkohol, dan pola makan yang tidak baik sehingga tekanan darahnya dapat meningkat. Sedangkan pada wanita dalam mengatasi, masih dapat mengatasinya dengan tenang dan lebih stabil. 13 Tetapi tekanan darah cenderung meningkat pada wanita setelah menopause daripada sebelum menopause, hal ini disebabkan oleh faktor psikologi dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut. Universitas Sumatera Utara Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 setelah menopause. Di Jawa Barat prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 23,1 sedangkan pada wanita sekitar 6,5. Pada usia 50 – 59 tahun prevalensi hipertensi pada laki – laki sekitar 53,8 sedangakan pada wanita sekitar 29 dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5. 27 4. Ras atau Suku Bangsa Banyak penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah berbeda pada tiap - tiap ras atau suku bangsa .Di Amerika Serikat, kaum negro mempunyai prevalensi hipertensi 2 kali lipat lebih tinggi daripada kelompok kulit putih. Prevalensi ini 3 kali lebih besar pada pria kulit hitam dan 5 kali lebih besar untuk wanita kulit hitam. Hal ini kemungkinan disebabkan perbedaan genetik antara ras yang berbeda sehingga membedakan kerentanan terhadap hipertensi. 33

b. Faktor Risiko Hipertensi Yang Dapat Diubah