Gambar di atas juga memperlihatkan proporsi jenis kelamin tertinggi pada perempuan 54,9 96 orang. Walaupun perempuan berisiko tinggi terkena hipertensi
ketika menopause mulai pada usia 45 tahun namun belum dapat dihubungkan dengan hasil penelitian ini. Pada hasil penelitian ini lebih banyak perempuan karena
sebagian besar penderita yang datang berkunjung adalah perempuan dan berdasarkan kartu status tidak tercatat adanya riwayat tentang menopause.
Data dari BPS Kota Medan tahun 2009 proporsi penduduk perempuan dan laki-laki relatif sama, yaitu perempuan sebesar 50,5 1.071.596 jiwa dan laki-laki
sebesar 49,5 1.049.457 jiwa.
39
Berdasarkan teori bahwa sebab-sebab yang mungkin dapat menerangkan lebih tingginya penderita hipertensi pada perempuan
antara lain adalah kehamilan yang terlalu sering, infeksi saluran urine yang lebih sering terjadi, pemakaian pil kontrasepsi, dan sebagainya tetapi itu semua masih
memerlukan penelitian yang lebih lanjut.
36
b. Agama
Proporsi penderita hipertensi rawat inap berdasarkan agama di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Universitas Sumatera Utara
40.6 5.1
54.3
Islam Kristen Protestan
Katholik
Gambar 6.2 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Bhayangkara Medan
tahun 2008-2010
Gambar 6.2 memperlihatkan bahwa agama penderita hipertensi tertinggi adalah Islam sebesar 54,3 , Kristen Protestan sebesar 40,6dan terendah Katolik
5,1. Penyakit hipertensi dapat diderita oleh seluruh pemeluk agama dan bukan
merupakan faktor resiko penyakit hipertensi. Hasil penelitian ini agama Islam yang lebih banyak, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang datang berobat
ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan merupakan penganut agam Islam. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Saut Harianja 2005 di
Rumah Sakit Umum dr.Tengku Mansyur Tanjung Balai tahun 2004, memperoleh hasil jumlah penderita hipertensi tertinggi adalah Islam sebesar 62.
40
Universitas Sumatera Utara
c. Suku
Proporsi penderita hipertensi rawat inap berdasarkan suku di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
50.9
18.3 12.6
2.3 1.1 14.8
Batak Jawa
Minang Melayu
Aceh Lain-lain
Gambar 6.3 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Suku di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun
2008-2010
Gambar 6.3 memperlihatkan bahwa suku penderita hipertensi tertinggi adalah Batak sebesar 50,9 , dan terendah lain-lain yaitu suku Ambon dan Toraja 1,1. Hal
ini berkaitan dengan suku Batak yang merupakan penduduk pribumi dan memiliki sub-etnis lebih banyak seperti Karo, Toba, Nias, Simalungun, Pak-pak dan
Mandailing.
d. Pendidikan
Proporsi penderita hipertensi rawat inap berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan tahun 2008 – 2010 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
60.0 18.3
12.6 9.1
SLTA AkademiPT
SLTP SD
Gambar 6.4 Diagram Pie Proporsi Penderita Hipertensi Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan di Rumah Sakit Bhayangkara Medan
tahun 2008-2010
Gambar 6.4 memperlihatkan bahwa penderita hipertensi berdasarkan
pendidikan tertinggi merupakan lulusan SLTA 60, kemudian Akademi Perguruan Tinggi sebesar 18,3, SLTP sebesar 12,6 dan yang terendah adalah SD dengan
9,1. Hal ini berhubungan dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa
penderita hipertensi tertinggi merupakan Polri aktif yang syarat pendidikan minimalnya adalah SLTA. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Andri Bakti
2008 di Rumah Sakit Umum Padang Sidempuan tahun 2005-2006, yang memperoleh proporsi penderita hipertensi berdasarkan pendidikan yang tertinggi
adalah SLTA yaitu sebesar 37,5.
41
Universitas Sumatera Utara
e. Status Penderita