Potensi Tari Maena dan Tari Moyo .1 Potensi Tari Maena

4.3 Potensi Tari Maena dan Tari Moyo 4.3.1 Potensi Tari Maena Tari maena sebagai atraksi budaya memiliki banyak potensi yang dapat dinikmati manfaatnya oleh masyarakat. Beberapa di antaranya adalah: 1. Tari maena dapat dijadikan sebagai simbol budaya dan kepariwisataan Kota Gunungsitoli. Hal ini karena maena dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat. Di setiap kegiatan adat, tari maena selalu ditampilkan. Dengan gerakan sederhana dan khas, tentu saja akan tepat sebagai symbol budaya Kota Gunungsitoli. 2. Tari maena berpotensi sebagai salah atraksi penyambutan tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Nias. Kota Gunungsitoli sebagai gerbang utama masuk Pulau Nias dapat dimanfaatkan untuk menampilkan atraksi tari maena. Memberikan kesan pertama yang menarik kepada setiap wisatawan yang berkunjung tentu akan berpengaruh besar pada pemasaran, dan perkembangan pariwisata Kota Gunungsitoli. Pariwisata berkembang maka perekonomian daerah akan meningkat. 3. Tari maena merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki Nias secara umum dan Kota Gunungsitoli secara khusus. Aset tersebut tidak dapat dibantah lagi dan oleh sebab itu harus tetap dilestarikan. 4. Pepatah mengatakan bahwa aktivitas menggambarkan perilaku sehari-hari. Tari maena menunjukkan sikap orang Nias yang penuh rasa kekeluargaan Universitas Sumatera Utara dan sukacita. Tari maena berpotensi sebagai salah satu cara mengenalkan Kota Gunungsitoli kepada khalayak luas sehingga terkenal dan mau berkunjung ke kota budaya Gunungsitoli. Tari maena juga dapat ditampilkan di tempat-tempat yang menjadi objek wisata. 5. Tari maena dapat dijadikan sebagai sarana menyatukan kemajemukan masyarakat Kota Gunungsitoli sehingga kebersamaan terjalin untuk Gunungsitli menjadi maju. Beberapa potensi di atas mewakili dari begitu banyaknya potensi-potensi lain dari tari maena yang dapat diuraikan penulis.

4.3.2 Potensi Tari Moyo Tari mooyo sebagai atraksi budaya memiliki banyak potensi yang dapat

dinikmati manfaatnya oleh masyarakat. Beberapa di antaranya adalah: 1. Tari moyo dapat dimanfaat sebagai atraksi budaya Nias untuk mewakili dalam pameran-pameran budaya baik tingkat provinsi, nasional maupun dunia. Tari moyo tidak kalah dengan tarian-tarian lain di Indonesia meskipun telah lama dikenal banyak kalangan. 2. Tari moyo berpotensi sebagai salah atraksi penyambutan tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Nias. Kota Gunungsitoli sebagai gerbang utama masuk Pulau Nias dapat dimanfaatkan untuk menampilkan atraksi tari maena. Memberikan kesan pertama yang menarik kepada setiap wisatawan yang Universitas Sumatera Utara berkunjung tentu akan berpengaruh besar pada pemasaran, dan perkembangan pariwisata Kota Gunungsitoli. Pariwisata berkembang maka perekonomian daerah akan meningkat. 3. Tari moyo merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki Nias secara umum dan Kota Gunungsitoli secara khusus. Aset tersebut tidak dapat dibantah lagi dan oleh sebab itu harus tetap dilestarikan. 4. Pepatah mengatakan bahwa aktivitas menggambarkan perilaku sehari-hari. Tari moyo menunjukkan sikap orang Nias yang memiliki kelemahlembutan. Tetapi di balik itu tersirat kewibaan dan sikap optimis. Tari moyo berpotensi sebagai salah satu cara mengenalkan Kota Gunungsitoli kepada khalayak luas sehingga terkenal dan mau berkunjung ke kota budaya Gunungsitoli. 5. Tari moyo diyakini mampu mengangkat kepariwisataan Kota Gunungsitoli bila mampu dimaksimalkan dengan baik. Sebagaimana diuraikan dalam penjelasan sebelumnya, sektor budaya merupakan elemen penting majunya kepariwisataan selain didukung oleh objek wisata yang menarik. Tari moyo dapat ditampilkan di berbagai objek-objek wisata sehingga lebih menarik. 6. Mempelajari tari moyo dapat menumbuhkembangkan jiwa seni bagi setiap lapisan masyarakat. Kaum muda dapat menjadikan tarian ini sebagai keahlian khusus yang dimiliki selain pendidikan di bangku sekolah. Universitas Sumatera Utara Kedua tarian tersebut di atas menggambarkan secara jelas budaya hidup masyarakat Nias umumnya pada masa lampau. Tarian seperti ini mungkin tidak akan kita jumpai di daerah-daerah lain di Indonesia. 4.4 Pengembangan Tari Maena dan Tari Moyo Ratusan tahun yang lalu, tarian ini menjadi suatu aktivitas budaya yang tak dapat terpisahkan untuk masyarakat Gunungsitoli. Setiap ada kegiatan, kedua tarian ini selalu ditampilkan. Oleh karena itu, maka di berbagai tempat akan dapat dijumpai sekumpulan orang yang belajar tari moyo. Hal ini karena tari maena lebih mudah dipelajari sehingga tidak membutuhkan seseorang yang menjadi pelatih tarian maena. Tari moyo pada awalnya diketahui oleh hampir seluruh perempuan yang beranjak dewasa karena menjadi kriteria tersendiri saat akan dilamar laki-laki. Perkembangan zaman telah mengubah semuanya. Tari maena mulai ditinggalkan masyarakat karena adanya musik yang lebih modern dan lebih asyik menurut masyarakat sekarang. Dalam pesta adat pun sekarang sudah menggunakan kibort dengan alunan musik yang lengkap. Masyarakat terutama kaum muda pun lebih menikmati goyangan bebas disbanding hentakan kaki dan ayunan tangan yang teratur. Kata “lebih modern” selalu menjadi alasan utama mereka. Diperparah lagi dengan semakin sedikitnya masyarakat Kota Gunungsitoli yang mengetahui tentang syair pantun maena. Kalau pun dilaksanakan maka hanya sekedar simbol belaka dalam pesta pernikahan adat. Masyarakat yang terlibat dalam fanari maena kurang Universitas Sumatera Utara serius melakukannya karena sekarang banyak yang menjadikannya sarana meminta rokok atau minuman kepada yang mengadakan pesta atau mempelai laki-laki. Kerugian besar bagi budaya Kota Gunungsitoli di tengah modernisasi zaman. Perkembangan tari moyo pun tidak jauh berbeda dengan kondisi tari maena sekarang ini. Tari moyo yang memiliki gerakan relatif sulit tentu memerlukan proses pembelajaran untuk dapat menampilkannya. Orang-orang yang pandai tarian ini pun tinggal sedikit jumlahnya dan sangat sulit dijumpai karena rata-rata telah lanjut usia. Sistem regenerasi budaya yang salah telah terjadi di Kota Gunungsitoli. Mengapa hal itu terjadi? Kesadaran masyarakat saat ini telah jauh berkurang tentang budaya, termasuk tari moyo. Ketidaktahuan manfaatnya yang sebenarnya menjadi alasan sebagian masyarakat. Kalau dulu, mempelajari tari moyo memberikan kebanggaan tersendiri karena raja seringkali akan memberikan hadiah saat selesai melakukan fanari moyo. Melakukan atraksi di hadapan raja dan tamu undangan merupakan suatu kehormatan bagi masyarakat. Seiring hilangnya sistem kerajaan dalam masyarakat, maka tidak ada lagi yang menjadi motivasi melakukan tarian ini. Penerimaan wisatawan yang berkunjung pun tidak ada penyambutan dengan fanari moyo. Keterlibatan pemerintah daerah yang sangat kurang dalam pengembangan tarian ini ikut andil atas merosotnya tarian ini di mata masyarakat dan dunia. Buktinya adalah karena lebih diutamakannya tari baluse tari perang daripada tari moyo saat ada pertunjukkan-pertunjukkan tertentu. Berikut data statistik tentang perkembangan jumlah wisatawan di Kota Gunungsitoli. Universitas Sumatera Utara

4.5 Upaya-Upaya Pemerintah dan Masyarakat dalam pengembangan Tari Maena dan Tari Moyo