Sistem Adat dan Kebudayaan

tentang cuaca dan jumlah curah hujan sangat penting dalam pengembangan kepariwisataan seperti dalam hal pembuatan paket wisata dan berbagai kegiatan lainnya.

3.3 Sistem Adat dan Kebudayaan

Kebudayaan Nias seperti kita kenal sekarang, ternyata belum begitu tua sekitar 500 tahun. Dinilai baru, bukan berarti baru diciptakan tetapi baru diterima di Nias sebagai masukan dan kemudian menjadi faktor penting dalam kemajuan. Besar kemungkinan budaya tersebut berasal dari Cina oleh sekelompok orang keturunan Cina di wilayah Kecamatan Lahusa dan Kecamatan Gomo, Nias Selatan. Kelompok pendatang ini memiliki pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang sehingga membawa perubahan dan kemajuan bagi masyarakat Nias. Beberapa bidang tersebut adalah arsitektur, pertukangan, pertanian, peternakan dan tenunan. Juga kemajuan dalam hal kultur megalitik, patung, silsilah, dan kasta. Di daerah Nias ada berbagai macam kebudayaan yang unik seperti kebudayaan megalith yang masih kental dan terjaga. Dalam mendirikan batu megalith diadakan sebuah pesta besar yang sering disebut “owasa” yaitu dengan menyembelih sampai seratus ekor babi. Pelaksanaan owasa ini dilakukan untuk membuktikan status seseorang di dalam masyarakat. Beberapa hukum tradisional yang menjadi pilar dalam kebudayaan adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Hukuman : menyangkut tentang sanksi yang dijatuhkan kepada pembunuh, pezinah, pencuri, dan sebagainya. Seorang yang melakukan perzinahan akan dihukum mati, tetapi dapat ditebus dengan denda seratus ekor babi atau seratus unit emas batangan. 2. Jujuran : adalah harga yang harus dibayarkan pihak laki-laki ketika hendak menikahi seorang wanita. Biaya tersebut digunakan untuk membiayai keselurahan acara. Dalam bahasa Nias sering disebut “ bőwő”. 3. Afore : sistem pengukuran babi. 4. Kutak : sistem pengukuran beras 5. Nilai emas Berikut ini beberapa jenis upacara adat yang sering diadakan masyarakat: 1. Famataro Mbanua, adalah kegiatan saat pengesahan suatu nama daerah di wilayah Nias. 2. Fangotome’ő, adalah kegiatan perjamuan kepada orang yang telah lanjut usia yang didasari oleh banyak faktor. 3. Fatabo, diartikan dalam Bahasa Indonesia sebagai “bertepuk tangan”. 4. Famadaya hasi zimate, upacara ketika mengangkat peti jenazah orang Nias yang meninggal. 5. Fananő bunga, diartikan dalam Bahasa Indonesia “tanam bunga”. Kegiatan ini diadakan beberapa saat setelah orang yang meninggal dikuburkan. Universitas Sumatera Utara 6. Fadabu Adapun alat masik tradisional yang terdapat di Kota Gunungsitoli adalah: 1. Doli-Doli, adalah sejenis gamelan. 2. Garamba, berupa gendang besar yang berperan penting dalam setiap pesta adat. 3. Faritia, berupa gong dalam ukuran kecil. 4. Fondrahi, berupa gendang yang berukuran kecil dengan salah satu ujungnya terbuka. 5. Gőndra, berupa gong dalam ukuran besar. Untuk mendukung pelestarian kebudayaan d Kota Gunungsitoli, telah ada beberapa organisasi kesenian yang diharapkan berperan aktif mengembangkan budaya bersama pemerintah dan masyarakat. Berikut ini data disajikan dalam bentuk tabel. Tabel 3.2 Banyaknya Organisasi Kesenian dan Seniman Kota Gunungsitoli 2009 Kecamatan Jumlah Seniman Jenis Organisasi Kesenian Seni Tari Seni Musik Seni Rupa Seni Teater Seni Sastra Gunungsitoli Idanoi 20 15 6 Gunungsitoli Selatan 5 6 2 Gunungsitoli Barat 8 8 1 Gunungsitoli 6 7 2 Universitas Sumatera Utara Gunungsitoli Alo’oa 15 5 1 Gunungsitoli Utara 12 4 2 JumlahTotal 66 45 14 Sumber : BPS- Gunungsitoli Dalam Angka 2010 Source : BPS- Gunungsitoli in Figures 2010 3.4 Sarana dan Prasarana 3.4.1 Pendidikan