MAENA FANEMA MBOLA maena penyerahan mbola

2. MAENA FANEMA MBOLA maena penyerahan mbola

Fanehe maena syair maena Yae Mbola Numõnõ Simõi Molemba kami serahkan mbola pada menantu kami Sumange Ndra Inada Sumange Zonuza persembahan dari orang tua Oi Nihaogõ Wama’anõ Nõsi mbola Laoda yang isinya telah ditata rapi Tandra Wasi’oroi Dõdõ Mõi Umõnõ Ninada bukti dari kesungguhan hati Fanutunõ maena pantun maena Ba databõrõtaigõ khõda dõi maena marilah kita mulai syair maena Maena fanema mbola nibee zonuza maena ucapan terima kasih Hezasa lafa’anõ nafo ndra inada mengapa mereka memasukkan sirih Ba mbola niohulayo bola niotarawa dalam mbola yang tersedia Tengasa bawa’aõsõ tenga bawehufa bukan karena terburu-buru Wolalau niohulayo bola niotarawa dalam pembuatannya Halõwõ danga zonekhe uwu duru zodoma pekerjaan tangan luar biasa Oi nihaogõ wolalau nihaogõ niera-era bagus dalam perencanaan dan pembuatan Hadia nõsi mbelu hadia nõsi mbola apa kira-kira isi mbola itu Yaia lala zumange afo silima endronga sirih untuk lima orang secara bersama Ba da tazara-zara nõsi mbola laoda dan marilah kita hitung isi mbola Ae batenga amaedola nituhoi fangombakha bukanlah suatu perumpamaan atau sindiran Ba yaia dawuo sini daõ tawuo lara yang pertama adalah tawuo Universitas Sumatera Utara Ba yaia gambe nilõwõ gambe bakha ba mbola yang kedua adalah gambe Yaia wino mazagi daõ mazaga seterusnya adalah wino atau buah pinang Fino nitutuyu fino sandrohu boha buah pinang yang terbaik Yaia mbetua uto betua uto ziwae lõnga seterusnya adalah mbetua atau kapur sirih Yaia mbago siriri bago sihola terakhir mbago atau tembakau Daõ mbago nikhõ-khõ ba galo kola tembakau yang terbaik Daõ mbago nifoe ba galo manawa yang didapatkan dengan susah payah Meno ahori so nafo silima endronga itulah yang kelima tadi Daõ zumange mbanua zumange mbõrõ zonuza penghargaan dari daerah ini Ba no ibee bazuzu wangera-ngera dan mari pikirkanlah Mbola sumange nuwu sumange zibaya mbola dari paman-paman kita Meno serege dõdõmi zumangema inilah usaha kamu semua Omuso gõi dõdõma wonganga yaia senanglah hati kami menikmatinya Tabato khoda maena fanema mbola sampai disinilah dulu maena ini Bologõ dõdõ na ambõ tõra wangombakha maafkan atas segala kesalahan

4.1.2 Sejarah Tari Moyo

Tari moyo merupakan salah satu tarian terkenal di Nias terutama di daerah Kota Gunungsitoli. Sebelum adanya pemekaran daerah di Pulau Nias, tari Moyo tidaklah sementereng nama tari perang tari baluse yang dikenal sampai ke berbagai negara. Tetapi hal tersebut bukan berarti bahwa tarian ini baru diciptakan di Nias. Universitas Sumatera Utara Lebih terkenalnya tari baluse semata-mata karena lebih menyimbolkan Suku Nias pada umumnya yang sangat sering berperang atau berkelahi. Padahal sebenarnya, tari moyo telah lebih dahulu diciptakan, dan termasuk salah satu tarian daerah tertua di Nias. Tari moyo lebih dahulu diciptakan oleh nenek moyong orang Nias, bahkan sebelum adanya tari maena. Tidak diketahui secara pasti umur tarian ini, namun diperkirakan telah mencapai ratusan tahun. Menurut sejarahnya, penciptaan tari moyo ketika salah seorang putri raja yang memerintah di Nias naik ke atas tuwu-tuwu rumahnya. Tuwu-tuwu merupakan salah satu bagian dari rumah adat Nias yang terbuka hingga ke atapnya. Setiap rumah adat Nias memiliki satu bagian atap yang dapat terbuka dan berfungsi supaya cahaya matahari dapat masuk ke dalam rumah. Pada masa sekarang, tuwu-tuwu dimanfaatkan sebagai tempat menjemur pakaian di atap rumah yang terbuat dari daun rumbia. Selanjutnya dikisahkan, dari tuwu-tuwu tersebut sang putri raja naik dan memandang ke langit. Lalu terlihatlah olehnya seekor ono moyo elang yang masih kecil tengah menari di langit. Ia pun terkagum-kagum dengan pemandangan itu. Lalu sang putri berkata kepada ono moyo bahwa betapa indah dan bahagianya hidup ono moyo tersebut yang tak pernah susah, dan setiap hari terus menari dengan bebas. Sang putri membandingkan dengan hidupnya sebagai manusia yang sangat susah. Demi sesuap nasi, ia harus mengeluarkan keringat dan bersusah payah walaupun ia merupakan seorang putri raja. Lalu sang putri meminta ono moyo untuk berganti Universitas Sumatera Utara peran dimana ia menjadi ono moyo dan ono moyo menjadi seorang putri raja. Ono moyo pun menyetujuinya. Sang putri pun berubah wujud dan menari di angkasa seperti ono moyo bersama dengan moyo-moyo elang-elang lainnya. Beberapa waktu berlalu, sang raja memanggil putrinya untuk suatu kepentingan. Namun ia curiga karena ia mencium bau amis dari tubuh putrinya tersebut. Padahal sebenarnya ia tidak tahu kalau yang di hadapannya bukanlah putri raja yang sebenarnya. Raja pun menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dan mengetahui kebenarannya. Sang putri yang sedang menyamar sebagai ono moyo di angkasa pun merasa bosan dengan peran barunya. Singkat cerita, sang putri dan ono moyo pun kembali ke peran semula dan menyudahi penyamaran. Pengalaman tersebut sangat berkesan kepada sang putri sehingga ia pun mencobanya kembali di ewali halaman rumah. Ia sangat menekuninya dan raja pun sangat tertarik. Lalu sang putri mengajari ono sibolowua perempuan memasuki tahap dewasa ba mbanua da’ő di daerah itu tentang gerakan tersebut. Oleh sang putri, semua gerakan itu dinamainya fanari moyo tari moyo. Setelahnya, fanari moyo menjadi kegiatan rutin ono sibolowua dan ditampilkan sesuai dengan keinginan raja ketika menjamu tamu kehormatan dari kerajaan tetangga. Demikianlah kisah awal terciptanya tari moyo di Pulau Nias. Mengenai tempat asal tarian ini, tidak diketahui secara jelas daerah yang pertama sekali menampilkannya. Banyak daerah di Nias mengklaim bahwa merekalah yang memiliki tarian ini seperti Idan őgawo, Gunungsitoli, Bőrő Nadu, dan Universitas Sumatera Utara Nias Barat. Tokoh-tokoh lama yang mengetahui hal ini pun telah lama meninggal dan hanya meninggalkan cerita tentang asal mula tarian ini tanpa pendeskripsian kerajaan asal dan nama daerahnya. 4.2 Nilai dan Makna Tari Maena dan Tari Moyo 4.2.1 Nilai dan Makna Tari Maena