yang membutuhkan. Wawancara dengan Bpk. Edi Yusuf, Kepala Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Medan, tanggal 26 September 2012
c. Evaluasi Penilaian
Setelah dilakukan semua program penanggulangan bencana dimulai dari saat bencana hingga pasca bencana, semua instansi yang terkait dalam
penanggulangan bencana melakukan evaluasi, sejauh apa kerusakan yang terjadi akibat bancana banjir tersebut sehingga dapat menjadi pembelajaran apabila
terjadi bencana banjir lagi. Hasil evaluasi dari beberapa instansi pemerintah tersebut dikirimkan kepada Badan Pennggulangan Bencana daerah BPBD Kota
Medan sebagai dokumentasi. Wawancara dengan Bpk. Nirwan, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kota
Medan, tanggal 19 November 2012 Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan di atas dapat menjadi penilaian
bagi BPBD Kota Medan dan dinas-dinasi pemerintah Kota Medan lainnya dalam melihat bencana yang terjadi di Kota Medan.
V.
4. Hambatan dalam Pengkoordinasian Upaya Penanggulangan Bencana
Bantuan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Medan selalu lambat, itu disebabkan oleh Dinas Sosial Kota Medan, yang memiliki tanggung jawab dalam
pengumpulan bantuan, tidak memiliki gudang. Sehingga apabila ada kejadian bencana banjir di Kota Medan, maka Dinas Sosial Kota Medan harus membuat
Universitas Sumatera Utara
surat terlebih dahulu kepada Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara agar bantuan segera diturunkan ke Kota Medan. Wawancara dengan Ibu Yeta, Kepala Seksi
Pembinaan Daerah Kumuh dan Penanggulangan Bencana Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, tanggal 7 Agustus 2012
Hambatan yang lain juga berasal dari masyarakat yang memberi bantuan. Kurangnya kepercayaan masyarakat yang memberi banttuan logistik tersebut
kepada Dinas Sosial Kota Medan, selaku dinas yang memiliki tugas untuk mengumpulkan semua bantuan logistik. Masyarakat yang memberi bantuan
tersebut ingin bantuan logistik yang mereka berikan segera atau langsung diberikan kepada korban banjir. Sedangkan sistem dan prosedur dari Dinas Sosial
Kota Medan yaitu segala jenis bantuan, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat harus dikumpul dan dicatat terlebih dahulu. Setelah terkumpul dan
dicatat, maka bantuan tersebut sudah boleh diberikan ke korban bencana banjir. Wawancara dengan Bpk. Zailun, Kepala Bidang Pelayanan Sosial Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Kota Medan, tanggal 7 Agustus 2012 Hambatan yang terjadi di Dinas Kesehatan Kota Medan dalam memberi
pelayanan kesehatan dan bantuan obat-ibatan adalah intern dari Dinas Kesehatan Kota Medan, yaitu mengenai keterlambatan datang di tempat lokasi kejadian
banjir. Didukung juga dengan kurangnya koordinasi antara satu dengan yang lain dalam mempersiapkan segala bentuk pelayanan kesehatan dan obat-obatan.
Pelayanan kesehatan dan pemberian obat-obatan juga tidak bisa maksimal diberikan Dinas Kesehatan Kota Medan dikarenakan para pegawai Dinas
Kesehatan Kota Medan yang ditugaskan untuk terjun ke lokasi kejadian banjir
Universitas Sumatera Utara
tidak semuanya bisa jaga selama 24 jam. Wawancara dengan Bpk. Edi Yusuf, Kepala Seksi Wabah dan Bencana Dinas Kesehatan Kota Medan, tanggal 26
September 2012 Dalam kerjasamanya untuk menanggulangi bencana banjir, Dinas Bina
Marga Kota Medan juga mengalami hambatan, khususnya dalam hal pembangunan dan perawatan drainase. Minimnya anggaran yang diberikan
pemerintah pusat kepada instansi ini menyebabkan pengerjaan dalam pembangunan dan perawatan drainase pun tidak maksimal. Wawancara dengan
Bpk. Sitompul, Kepala Seksi Pembangunan Drainase Dinas Bina Marga Kota Medan, tanggal 9 Agustus 2012
Hambatan dalam pemberian bantuan juga terjadi di Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kota Medan. Ini disebabkan oleh
belum adanya anggaran tahun 2012 yang diturnkan ke BPBD Kota Medan sehingga BPBD Kota Medan belum dapat melakukan program kerja mereka
dalam menanggulangi bencana di Kota Medan. Sampai sekarang, upaya penanggulangan bencana untuk terjun ke lapangan masih dipegang oleh Dinas
Sosial Kota Medan bekerja sama dengan TAGANA, dan KESBANGLINMAS. Wawancara dengan Bpk. Nirwan, Kepada Bidang Kedaruratan dan Logistik
Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kota Medan, tanggal 19 November 2012
Demikianlah hambatan-hambatan yang diungkapkan oleh instansi pemerintah tersebut. Namun, peneliti melihat bahwa hambatan yang diutarakan
oleh instansi pemerintah tersebut adalah hambatan yang mereka alami ketika di
Universitas Sumatera Utara
lapangan saat mereka bertemu langsung dengan korban bencana alam banjir. Peneliti memperhatikan bahwa satu instnasi dengan instansi lainnya kurang dalam
hal koordinasi. Ini disebabkan oleh kurang diterapkannya prinsip-prinsip koordinasi yang mengarah kepada kegiatan bensama. Setiap instansi mengetahui
tugas dan fungsinya masing-masing, namun terkadang melupakan bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan bersama. Hal ini juga didukung oleh tidak maksimalnya
kinerja BPBD Kota Medan sebagai koordinator dalam upaya penanggulangan bencana di Kota Medan. Komunikasi yang kurang juga sangat mendukung dalam
menghambat proses koordinasi antar instansi pemerintah tersebut bahkan tidak menyadari adanya keberadaan instansi yang juga mengambil bagian dalam hal
upaya penanggulangan bencana.
V. 5. Strategi Mengatasi Hambatan Pengkoordinasi dalam Upaya Penanggulangan Bencana