4.4.1. Level Situasional
Munculnya teks berita kampanye pasangan Rahudman-Eldin dan pasangan Sofyan Tan-Nelly di Harian Analisa dan Sumut Pos harus difahami sebagai sesuatu
yang berbeda karena mengandung atau mencakup sebuah kondisi tertentu yang berbeda dari biasanya. Keseluruhan teks itu diproduksi dalam situasi kampanye
putaran kedua Pilkada Langsung Walikota Medan dan Wakil Walikota Medan untuk meraih simpati rakyat dalam menentukan siapa yang bakal memimpin kota Medan
selama lima tahun ke depan. Oleh karena itu, hampir keseluruahn teks yang muncul merupakan sebuah respon atau upaya masing-masing kandidat untuk memanfaatkan
masa kampanye yang disediakan KPU sebagai penyelenggara, untuk menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak dan untuk menarik simpati masyarakat. Misalnya berita
Harian Analisa edisi Rabu 16 Juni 2010 yang berjudul Pendukung Pasangan No 10 ‘Menyemut’ di lapangan Merdeka, Sofyan Tan Nyatakan Siap Digantung dan
Sediakan Peti Mati Jika Korupsi. Munculnya teks berita seperti itu harus difahami
sebagai upaya untuk meraih simpati masyarakat untuk memberikan keyakinan bahwa Sofyan Tan-Nelly, pasangan nomor urut 10 punya komitmen yang kuat untuk tidak
melakukan korupsi atau memberantas korupsi yang merajalela. Tentunya, teks yang sama akan difahami berbeda jika muncul diluar dari moment Pilkada Langsung kota
Medan. Dari 12 dua belas berita yang menjadi unit analisis data dalam penelitian ini
sebagian besar merupakan teks yang isinya berisi ajakan, tawaran yang disampaikan masing-masing pasangan untuk meraih simpati masyarakat. Hal itu wajar karena
kampanye putaran kedua bagi masing-masing pasangan adalah moment terakhir untuk menarik simpati masyarakat dalam pemilihan langsung. Sebab, suara masyarakatlah
Universitas Sumatera Utara
yang pada akhirnya menentukan siapa pasangan yang bakal terpilih. Contoh lain
adalah berita Harian Sumut Pos edisi Rabu 16 Juni 2010 berjudul Warga Minang Pusat Pasar Dukung Rahudman-Eldin.
Berita tersebut secara tegas dan eksplisit merupakan upaya membangun persepsi kepada khalayak bahwa warga Minang di
pusat pasar memberikan dukungan kepada pasangan Rahudman-Eldin, Tidak hanya warga minang, termasuk juga kelompok masyarakat lainnya yang beraktifitas di Pusat
Pasar. Bagaimana dengan warga Minang yang berada di pusat perdagangan lainnya?, opini itulah yang terbangun melalui teks berita yang muncul bahwa warga Minang
harus memberikan dukungan kepada pasangan Rahudman-Eldin dan pasangan Rahudman-Eldin merupakan calon yang banyak mendapat dukungan dari berbagai
kelompok masyarakat dari berbagai suku, profesi, agama dan berbagai macam latarbekalang. Artinya pemahaman terhadap teks yang muncul tidak dapat dilepaskan
dari kondisi atau situasi kampanye dalam memperebutkan simpati dan dukungan rakyat dalam Pilkada Langsung kota Medan. Sebab dalam situasi yang berbeda
tentunya teks yang dimunculkan juga akan berbeda. Dengan demikian dalam proses produksi teks yang muncul di media, situasi yang melekat ketika realitas itu muncul
akan berkaitan secara langsung dengan bagaimana teks itu diproduksi. Sebab itu, keseluruhan hasil konstruksi yang tampil melalui teks berita harus difahami sebagai
sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari moment Pilkadasung kota Medan. Hal itu tentu saja berbeda ketika khalayak memaknakan sebuah teks jika disajikan diluar dari
moment kampanye kandidat. Keseluruhan teks yang hadir dapat direpresentasikan sebagai sebuah janji kampanye atau implementasi dari visi dan misi masing-masing
calon untuk menjalankan roda pemerintahan jika terpilih dalam Pilkadasung Medan.
Universitas Sumatera Utara
Media dalam praktiknya seyogyanya mampu menjadi ruang diskusi bagi semua pihak untuk menyampaikan pendapatnya, tapi dalam kenyataannya Harian
Analisa dan Sumut Pos belum mampu menyajikan berita yang komprehensif dalam rangka mengedukasi khalayak pembaca. Sebab itu, yang muncul malah kebalikannya
yakni teks berita kampanye yang muncul cenderung menghegemoni khalayak. Tidak hanya itu, janji-janji kampanye yang dikontruksi dalam teks berita tak lain sebatas cek
kosong yang tidak konkrit. Salah satu proses hegemoni terhadap khalayak melalui teks
dapat dilihat dalam berita di harian Sumut Pos berjudul Komit Membangun Rakyat
edisi, Selasa 15 Juni 2010. Dalam paragraph kedua disebutkan’…Apabila pasangan ini terpilih dan pengurusan tidak berubah, sama-sama kita menuntutnya,”. Teks
tersebut jelas menghegemoni pembaca karena seorang kepala daerah tidak akan pernah bisa dituntut karena lamanya pengurusan KTP, melainkan bisa dituntut jika
melanggaran peraturan. Disisi lain, harusnya media memberikan pemahaman kepada khalayak bahwa tidak ada aturan atau dasar hukum seorang kepala daerah bisa
dituntut karena tidak menepati janji kampanye. Dengan demikian, hampir keseluruhan teks yang dihadirkan kedua media
cetak hanyalah sebatas janji dan cek kosong kepada khalayak agar tertarik kepada kandidat yang bertarung. Hal itu terjadi ketika, masing-masing pasangan calon memag
sangat berharap untuk mendapatkan simpati masyarakat kota Medan agar menjatuhkan pilihan kepadanya saat hari H pencoblosan Pilkadasung. Salah satunya
dengan cara menggunakan media cetak untuk mendekatkan masing-masing pasangan kepada khalayak. Disisi lain, tentunya hal itu dapat membahayakan media cetak.
Pertarungan trust pembaca akan menjadi taruhan ketika media tidak mampu
Universitas Sumatera Utara
menyaring dan selektif terhadap informasi yang akan disampaikannya kepada masyarakat.
4.4.2. Level Institusional