orang, dan yang mengeluarkan biaya pemasaran diatas Rp.3.216.328ha adalah sebesar 43, yaitu sebanyak 25 orang. Pengeluaran biaya pemasaran di Desa
Lubuk Bayas sudah optimal, hal ini dikarenakan petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran lebih kecil dari rata-rata biaya lebih banyak
dibandingkan petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran lebih besar dari rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan.
Biaya pemasaran yang dikeluarkan petani sampel yaitu biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya penyusutan. Biaya pemasaran untuk setiap
komponen pada petani sampel berbeda-beda karena jumlah produksi beras organik yang berbeda pula. Biaya pemasaran dihitung perkilogram berdasarkan
besarnya produktivitas padi organik. 5.2.10 Penerimaan Usahatani Padi Organik
Penerimaan yang diperoleh petani sampel pada usahatani padi organik dapat dilihat dari harga beras organik dikalikan dengan jumlah penjualan beras
organik dalam satuan kilogram.
5.2.10.1 Penerimaan Permusim Tanam
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.3.060.000MT sampai dengan Rp.51.000.000MT dengan rata-rata Rp.21.085.862MT.
Tabel 30. Penerimaan Permusim Tanam
No. Penerimaan RpMT
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
21.085.862 ≥ 21.085.862
37 21
64 36
Jumlah 58
100
Universitas Sumatera Utara
Min Maks
Rata-rata Rp.3.060.000MT
Rp.51.000.000MT Rp.21.085.862MT
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 30 dapat dilihat jumlah petani sampel dengan penerimaan usahatani permusim tanam dibawah Rp.21.085.862MT adalah sebesar 64, yaitu
sebanyak 37 orang, dan penerimaan usahatani permusim tanam diatas Rp.21.085.862MT adalah sebesar 36, yaitu sebanyak 21 orang. Penerimaan
yang diperoleh petani sampel permusim tanam dilihat dari besarnya jumlah produksi padi organik dengan harga jual beras organik.
Beras organik pada petani sampel dijual kepada JAPSA dan mitra penjualan lainnya. JAPSA yaitu koperasi yang menampung hasil usahatani yang
berbasis kepada pertanian organik. Pembayaran yang dilakukan JAPSA kepada kelompok tani adalah kontan. Kelompok Tani Subur yaitu petani sampel
melakukan kerjasama dengan JAPSA untuk memasarkan hasil beras organik mereka.
5.2.10.2 Penerimaan Perhektar
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas tersebut
berada antara Rp.11.903.400ha sampai dengan Rp.63.750.000ha dengan rata- rata Rp.40.486.086ha.
Tabel 31. Penerimaan Perhektar
No. Penerimaan Rpha
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
40.486.086 ≥ 40.486.086
24 34
41 59
Jumlah 58
100
Universitas Sumatera Utara
Min Maks
Rata-rata Rp.11.903.400ha
Rp.63.750.000ha Rp.40.486.086ha
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 31 dapat dilihat jumlah petani sampel dengan penerimaan usahatani perhektar dibawah Rp.40.486.086ha adalah sebesar 41, yaitu
sebanyak 24 orang, dan penerimaan usahatani perhektar diatas Rp.40.486.086ha adalah sebesar 59, yaitu sebanyak 34 orang. Penerimaan yang diperoleh petani
sampel perhektar dilihat dari besarnya produktivitas padi organik dengan harga jual beras organik.
Kelompok Tani Subur yaitu petani sampel melakukan kerjasama dengan JAPSA untuk memasarkan hasil beras organik mereka. Pembayaran yang
dilakukan JAPSA kepada kelompok tani adalah kontan. 5.2.11 Pendapatan Usahatani Padi Organik
Pendapatan usahatani padi organik petani sampel dapat dilihat dari permusim tanam dan perhektarnya. Pendapatan permusim tanam dapat dilihat
dengan mengurangi besarnya penerimaan permusim tanam dengan biaya produksi yang dikeluarkan permusim tanam. Sedangkan pendapatan perhektar dapat dilihat
dari besarnya penerimaan usahatani perhektar dikurang dengan biaya produksi yang dikeluarkan perhektarnya.
5.2.11.1 Pendapatan Permusim Tanam