5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik di Desa Lubuk Bayas
a. Deskriptif Karakteristik Petani dan Usahatani
Petani padi organik yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 58 orang. Gambaran umum petani sampel meliputi umur petani, tingkat
pendidikan petani, status kepemilikan lahan tanaman padi organik, luas lahan tanaman padi organik, lama bertani padi organik, jumlah anggota keluarga dan
tanggungan petani, penyerapan tenaga kerja usahatani padi organik, produktivitas padi organik, biaya produksi padi organik, serta pendapatan petani padi organik
diuraikan sebagai berikut ini.
5.2.1 Umur Petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur petani sampel berada antara 24 tahun sampai dengan 60 tahun dengan rata-rata 43 tahun. Jumlah petani sampel
yang berumur di bawah 43 tahun adalah sebesar 59, yaitu sebanyak 34 orang dan yang berumur diatas 43 tahun adalah sebesar 41 yaitu sebanyak 24 orang.
Komposisi petani sampel berdasarkan umur petani disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Umur Petani
No. Umur tahun
Jumlah Sampel orang Persentase
1. 2.
3. 4.
5. 24-32
33-41 42-50
51-59 60
7 26
13 10
2 12
45 22
17 4
Jumlah Min
Maks 58
24 60
100
Universitas Sumatera Utara
Rata-rata 43
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebesar 12 petani sampel berumur 24-32 tahun, yaitu sejumlah 7 orang, sebesar 45 berumur 33-41 tahun, yaitu sejumlah
26 orang, sebesar 22 berumur 42-50 tahun, yaitu sejumlah 13 orang, dan sebesar 17 berumur 51-59, yaitu sejumlah 10 orang. Hal ini menunjukkan
bahwa petani sampel terdiri dari masyarakat yang berada pada usia produktif serta telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam bertani serta mengelola
usahatani padi organik.
5.2.2 Tingkat Pendidikan Petani
Komposisi petani sampel berdasarkan tingkat pendidikan petani disajikan pada tabel 12. Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 45 petani sampel
berpendidikan SMP atau sederajat, yaitu sejumlah 26 orang, sebesar 33 berpendidikan SD atau sederajat, yaitu sejumlah 19 orang, dan sebesar 15
berpendidikan SMA atau sederajat, yaitu sejumlah 9 orang. Hal ini menunjukkan kesadaran terhadap pentingnya pendidikan yang cukup tinggi.
Tabel 12. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Petani
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Sampel orang
Persentase 1.
2. 3.
4. Tidak Tamat SD
SDsederajat SMPsederajat
SMAsederajat 4
19 26
9 7
33 45
15 Jumlah
58 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Status Kepemilikan Lahan Tanaman Padi Organik
Komposisi petani sampel berdasarkan status kepemilikan lahan tanaman padi organik disajikan pada tabel 13. Tabel 13 menunjukkan bahwa sebesar 95
petani sampel mengusahakan padi organik dilahan milik sendiri, yaitu sejumlah 55 orang. Sementara itu, petani yang mengusahkan padi organik dilahan sewa
relatif kecil yaitu sebesar 5 dengan sejumlah 3 orang. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel didaerah penelitian sudah berkembang, sehingga tidak
mengeluarkan biaya sewa lahan untuk usahatani padi organik.
Tabel 13. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Tanaman Padi Organik
No. Status Kepemilikan Jumlah Sampel orang
Persentase 1.
2. Milik sendiri
Sewa 55
3 95
5 Jumlah
58 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
5.2.4 Luas Lahan Tanaman Padi Organik
Setelah diketahui status kepemilikan lahan padi organik, perlu diketahui luas lahan tanaman padi organik masing-masing sampel. Komposisi petani sampel
berdasarkan status kepemilikan lahan tanaman padi organik disajikan pada tabel 14. Tabel 14 menunjukkan bahwa luas lahan tanaman padi organik yang
diusahakan petani sampel berada antara 0,1 ha-0,5 ha, yaitu sebesar 57 dengan jumlah sampel 33 orang dan petani sampel yang berada antara 0,6 ha-1 ha, yaitu
sebesar 43 dengan jumlah sampel 25 orang. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani padi organik di Desa Lubuk Bayas merupakan usahatani berskala kecil.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan Tanaman Padi Organik
No. Luas Lahan ha Jumlah Sampel orang
Persentase
1 2
0,1 ha-0,5 ha 0,6 ha-1 ha
33 25
57 43
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 0,1
1 0,5
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi petani sampel berdasarkan luas lahan berada antara 0,1 ha sampai dengan 1 ha dengan rata-rata
0,5 ha. Jumlah petani sampel yang memiliki luas lahan di bawah 0,5 ha adalah sebesar 55, yaitu sebanyak 32 orang dan yang memiliki luas lahan diatas 0,5 ha
adalah sebesar 45 yaitu sebanyak 26 orang. Petani sampel mengusahakan seluruh lahannya dengan membudidayakan padi organik.
5.2.5 Lama Bertani Padi Organik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya bertani padi organik berada antara 1 tahun sampai dengan 4 tahun dengan rata-rata 3 tahun. Jumlah petani
sampel dengan lama bertani padi organik dibawah 3 tahun adalah sebesar 28, yaitu sebanyak 16 orang, dan dengan lama bertani padi organik diatas 3 tahun
adalah sebesar 72, yaitu sebanyak 42 orang. Komposisi petani padi organik berdasarkan lama bertani padi organik disajikan pada Tabel 15.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 15. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Lama Bertani Padi Organik
No. Lama Bertani tahun Jumlah Sampel orang
Persentase 1.
2. 1-2
3-4 16
42 28
72 Jumlah
Min Maks
Rata-rata 58
1 4
3
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Petani sampel awalnya mencoba bertani padi organik karena adanya komponen lokal yang tersedia. Komponen lokal yang tersedia tersebut yaitu sapi.
Hasil kotoran sapi tersebut kemudian diolah oleh petani untuk dijadikan pupuk kandang serta urin sapi. Sehingga dengan memanfaatkan komponen lokal yang
tersedia tersebut mendorong petani untuk melakukan pertanian padi organik. Dengan semakin berkembangnya pertanian padi organik maka Dinas Pertanian
Kabupaten Serdang Bedagai memberikam pelatihan-pelatihan kepada petani sampel agar petani dapat meningkatkan produksi padi organik mereka. Hal ini
menunjukkan bahwa komoditas padi organik sebagai usahatani yang potensial untuk dikelola secara terus-menerus.
5.2.6 Jumlah Anggota Keluarga dan Tanggungan Petani
Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga petani berjumlah antara 2 orang sampai dengan 6 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga
petani sebanyak 4 orang. Jumlah petani sampel yang memiliki jumlah anggota keluarga dibawah 4 orang adalah sebesar 47, yaitu sebanyak 27 orang, dan yang
memiliki jumlah anggota keluarga diatas 4 orang adalah sebesar 53, yaitu sebanyak 31 orang. Jumlah tanggungan petani berjumlah antara 1 orang sampai
Universitas Sumatera Utara
dengan 6 orang dengan rata-rata jumlah tanggungan petani sebanyak 3 orang. Jumlah petani sampel yang memiliki jumlah tanggungan dibawah 3 orang adalah
sebesar sebesar 31, yaitu sebanyak 18 orang, dan yang memiliki jumlah tanggungan diatas 3 orang adalah sebesar 69, yaitu sebanyak 40 orang.
5.2.7 Penyerapan Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik
Penggunaan tenaga kerja pada pertanian padi organik berbeda dengan penggunaan tenaga kerja pada pertanian padi konvesional. Perbedaannya terlihat
pada kegiatan penangkaran bibit, pencarian komponen pupuk kandang, urin sapi, serta pestisida organik kemudian kegiatan pengolahan komponen tersebut.
Sedangkan pertanian padi konvensional menggunakan bibit, pupuk, dan pestisida yang sudah siap pakai. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja
pada pertanian padi organik lebih banyak dibandingkan pertanian konvesional. Tenaga kerja yang diserap dikelompokkan berdasarkan rata-rata mean
dari seluruh data yang diperoleh dari seluruh sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja usahatani padi organik berada
antara 10 HKOhaMT sampai dengan 30 HKOhaMT dengan rata-rata 17 HKOhaMT. Komposisi petani padi organik berdasarkan rata-rata penyerapan
tenaga kerja usahatani padi organik disajikan pada tabel 16.
Tabel 16. Komposisi Petani Sampel Berdasarkan Rata-rata Penyerapan Tenaga Kerja Usahatani Padi Organik
No. Tenaga Kerja HKOhaMT Jumlah Sampel orang
Persentase 1
2 17
≥ 17 25
33 43
57 Jumlah
58 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16 menunjukkan bahwa sebesar 43 petani sampel menggunakan tenaga kerja kurang dari nilai rata-rata penyerapan tenaga kerja sebesar 17
HKOhaMT dalam usahatani padi organik, yaitu sejumlah 25 orang. Sedangkan sebesar 57 menggunakan tenaga kerja lebih dari atau sama dengan nilai rata-rata
penyerapan tenaga kerja sebesar 17 HKOhaMT dalam usahatani padi organik, yaitu sejumlah 33 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan tenaga kerja
sudah dioptimalkan.
5.2.8 Produktivitas Padi Organik
Jumlah hasil panen padi organik di Desa Lubuk Bayas bervariasi pada seluruh petani sampel karena luas lahan yang diusahakan bervariasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa produktivitas padi organik berada antara 1.167 Kgha sampai dengan 6.250 Kgha dengan rata-rata 3.969 Kgha. Produktivitas
padi biasa di Desa Lubuk Bayas yaitu sekitar 8500 Kgha. Apabila dibandingkan dengan produktivitas padi biasa maka produktivitas padi organik lebih sedikit. Hal
ini dikarenakan proses pembudidayaan padi organik yang lebih lama yaitu dimulai dari menetralkan tanah, membuat penangkaran bibit, pengolahan pupuk kandang,
urin sapi, serta pestisida organik.
Tabel 17. Produktivitas Padi Organik Berdasarkan Musim Tanam
No. Jumlah Produktivitas Kgha Jumlah Sampel orang
Persentase 1
2 3.969
≥ 3.969 24
34 41
59 Jumlah
Min Maks
Rata-rata 58
1.167 Kgha 6.250 Kgha
3.969 Kgha 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel 17 dapat dilihat jumlah petani sampel yang produktivitasnya dibawah 3.969 Kgha adalah sebesar 41, yaitu sebanyak 24 orang, dan yang
produktivitasnya diatas 3.969 Kgha adalah sebesar 59, yaitu sebanyak 34 orang. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas padi organik di Desa Lubuk
Bayas sangat optimal.
5.2.9 Biaya Produksi Padi Organik
Petani sampel di Desa Lubuk Bayas menggunakan sarana produksi yang berasal dari dalam dan luar kelompok tani. Apabila adanya ketersediaan input
produksi di dalam kelompok tani maka petani sampel melakukan pembelian didalam kelompok tani. Jika input produksi tidak tersedia di kelompok tani maka
petani melakukan pembelian diluar kelompok tani. Petani sampel di Desa Lubuk Bayas mendapatkan bantuan saprodi berupa sapi yang kemudian sapi tersebut
dikelola oleh kelompok tani untuk dimanfaatkan kotorannya sebagai pupuk kandang dan urin sapi.
5.2.9.1 Biaya Produksi Padi Organik Permusim Tanam 1. Bibit
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya bibit yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.24.000MT sampai dengan Rp.576.000MT dengan rata-rata Rp.185.776MT.
Tabel 18. Biaya Bibit Berdasarkan Musim Tanam
No. Biaya Bibit RpMT Jumlah Sampel orang
Persentase 1
2 185.776
≥ 185.776 35
23 60
40 Jumlah
58 100
Universitas Sumatera Utara
Min Maks
Rata-rata Rp.24.000MT
Rp.576.000MT Rp.185.776MT
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 18 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya bibit dibawah Rp.185.776MT adalah sebesar 60, yaitu sebanyak 35 orang, dan
yang mengeluarkan biaya bibit diatas Rp.185.776MT adalah sebesar 40, yaitu sebanyak 23 orang,. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran biaya bibit di Desa
Lubuk Bayas sangat optimal. Pembelian bibit dilakukan petani didalam kelompok tani. Kelompok Tani
Subur telah memiliki penangkar bibit sendiri dengan harga jual Rp.8.000 perkilogram. Namun, apabila bibit yang dibutuhkan tidak tersedia didalam
kelompok tani, maka petani mencari solusi lain dengan membeli bibit di luar kelompok tani yaitu dengan harga Rp.10.000 perkilogram. Hal ini menyebabkan
terjadinya perbedaan harga antara bibit yang tersedia dikelompok tani dengan harga bibit yang di beli diluar kelompok tani.
2. Pupuk Kandang
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya pupuk kandang yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di
Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.40.000MT sampai dengan Rp.3.000.000MT dengan rata-rata Rp.732.328MT.
Tabel 19. Biaya Pupuk Kandang Berdasarkan Musim Tanam
No. Biaya Pupuk Kandang RpMT
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
732.328 ≥ 732.328
42 16
72 28
Jumlah 58
100
Universitas Sumatera Utara
Min Maks
Rata-rata Rp.40.000MT
Rp.3.000.000MT Rp.732.328MT
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 19 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pupuk kandang dibawah Rp.732.328MT adalah sebesar 72, yaitu sebanyak 42
orang, dan yang mengeluarkan biaya pupuk kandang diatas Rp.732.328MT adalah sebesar 28, yaitu sebanyak 16 orang,. Hal ini menunjukkan bahwa
pengeluaran biaya untuk pupuk kandang di Desa Lubuk Bayas sangat optimal. Pupuk kandang pada petani sampel tersedia di dalam kelompok tani,
karena kelompok Tani Subur memiliki ternak sapi yang merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Kotoran dari sapi tersebut diolah
menjadi pupuk kandang yang dapat digunakan sebagai pupuk organik pada usahatani padi organik. Harga bahan mentah kotoran sapi tersebut yaitu
Rp.500kg, sedangkan harga kotoran sapi yang sudah siap pakai, yaitu pupuk kandang yaitu Rp.1.000kg. Petani yang menggunakan bahan mentah dari kotoran
sapi tersebut mengolah kembali menjadi pupuk kandang. Hal ini yang menyebabkan perbedaan harga pupuk kandang antar petani sampel.
3. Urin Sapi
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya urin sapi yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.25.000MT sampai dengan Rp.2.500.000MT dengan rata-rata Rp.382.241MT.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 20. Biaya Urin Sapi Berdasarkan Musim Tanam
No. Biaya Urin Sapi RpMT
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
382.241 ≥ 382.241
43 15
74 26
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.25.000MT
Rp.2.500.000MT Rp.382.241MT
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 20 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya urin sapi dibawah Rp.382.241MT adalah sebesar 74, yaitu sebanyak 43 orang,
dan yang mengeluarkan biaya urin sapi diatas Rp.382.241MT adalah sebesar 26, yaitu sebanyak 15 orang. Dengan banyaknya petani sampel yang
mengeluarkan biaya lebih kecil dari biaya rata-rata menunjukkan bahwa pengeluaran biaya urin sapi di Desa Lubuk Bayas sangat optimal.
Urin sapi yang digunakan petani sampel berasal dari kelompok tani. Kelompok Tani Subur mengolah urin sapi sendiri dengan harga jual Rp.10.000
perliter. Apabila urin sapi tidak tersedia di kelompok tani, maka petani membeli urin sapi diluar kelompok tani dengan harga Rp.20.000 perliter. Akan tetapi, tidak
semua petani menggunakan urin sapi. Hal ini disebabkan karena petani sampel sudah menggunakan lebih banyak pupuk kandang sebagai pupuk organik mereka.
Selain itu, petani juga ada yang tidak menggunakan urin sapi sebagai pupuk organik karena sudah menggunakan urin sapi tersebut sebagai pestisida organik.
Oleh karena itu terjadi perbedaan harga urin sapi antar petani sampel di Desa Lubuk Bayas.
Universitas Sumatera Utara
4. Pestisida Organik
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya pestisida organik yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa
Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.24.000MT sampai dengan Rp.500.000MT dengan rata-rata Rp.164.207MT.
Tabel 21. Biaya Pestisida Organik Berdasarkan Musim Tanam
No. Biaya Pestisida Organik
RpMT Jumlah Sampel
orang Persentase
1 2
164.207 ≥ 164.207
33 25
57 43
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.24.000MT
Rp.500.000MT Rp.164.207MT
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 21 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pestisida organik dibawah Rp.164.207MT adalah sebesar 57, yaitu sebanyak 33
orang, dan yang mengeluarkan biaya pestisida organik diatas Rp.164.207MT adalah sebesar 43, yaitu sebanyak 25 orang. Pengeluaran biaya pestisida organik
di Desa Lubuk Bayas sangat optimal hal ini dilihat dengan banyaknya petani sampel yang mengeluarkan biaya lebih kecil dari biaya rata-rata.
Pestisida yang digunakan petani sampel yaitu pestisida nabati yang diolah dari pembusukan buah-buahan seperti nenas, mangga, dan lain-lain yang
diperoleh dari buah-buah yang sudah membusuk. Selain pestisida nabati, petani sampel juga menggunakan urin sapi sebagai pestisida organik. Harga pestisida
nabati berkisar antara Rp.2.000liter sampai dengan Rp.5.000liter, sedangkan harga urin sapi yang digunakan sebagai pestisida berkisar antara Rp.10.000liter
Universitas Sumatera Utara
sampai dengan Rp.20.000liter. Hal ini yang menyebabkan perbedaan harga pestisida organik petani sampel di Desa Lubuk Bayas.
5. Biaya Tenaga Kerja
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan petani sampel selama usahatani padi organik permusim tanam di
Desa Lubuk Bayas tersebut berada antara Rp.2.175.000orangMT sampai dengan Rp.14.040.000orangMT dengan rata-rata Rp.7.295.172orangMT.
Tabel 22. Biaya Tenaga Kerja Berdasarkan Musim Tanam
No. Biaya Tenaga Kerja
RporangMT Jumlah Sampel
orang Persentase
1 2
7.295.172 ≥ 7.295.172
30 28
51 49
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.2.175.000orangMT
Rp.14.040.000orangMT Rp.7.295.172orangMT
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 22 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya tenaga kerja dibawah Rp.7.295.172orangMT adalah sebesar 51, yaitu
sebanyak 30 orang, dan yang mengeluarkan biaya tenaga kerja diatas Rp.7.295.172orangMT adalah sebesar 49, yaitu sebanyak 28 orang.
Pengeluaran biaya upah tenaga kerja di Desa Lubuk Bayas dapat dioptimalkan. Cara pembayaran upah tenaga kerja pada petani sampel dilakukan setelah
kegiatan usahatani. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, pengeringan, panen, dan pascapanen.
Oleh karena itu upah tenaga kerja pada petani sampel juga berbeda-beda tergantung kepada penggunaan tenaga kerja di setiap kegiatan usahatani.
Universitas Sumatera Utara
6. Biaya Pemasaran
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk
Bayas tersebut berada antara Rp.240.000MT sampai dengan Rp.4.000.000MT dengan rata-rata Rp.1.632.241MT .
Tabel 23. Biaya Pemasaran Berdasarkan Musim Tanam
No. Biaya Pemasaran RpMT
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
1.632.241 ≥ 1.632.241
37 21
64 36
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.240.000MT
Rp.4.000.000MT Rp.1.632.241MT
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 23 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran dibawah Rp.1.632.241MT adalah sebesar 64, yaitu sebanyak 37
orang, dan yang mengeluarkan biaya pemasaran diatas Rp.1.632.241MT adalah sebesar 36, yaitu sebanyak 21 orang. Pengeluaran biaya pemasaran di Desa
Lubuk Bayas sudah optimal, hal ini dikarenakan petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran lebih kecil dari rata-rata biaya lebih banyak
dibandingkan petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran lebih besar dari rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan.
Petani sampel mengeluarkan biaya pemasaran yang meliputi biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya penyusutan. Besarnya biaya pemasaran
untuk setiap komponen pada petani sampel berbeda-beda karena jumlah produksi beras organik yang berbeda pula. Biaya pemasaran dihitung perkilogram
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan banyaknya produksi beras organik. Masing-masing petani sampel mempunyai ukuran kemasan yang berbeda-beda yaitu 10 kilogram, 25 kilogram,
dan 35 kilogram. Banyaknya beras organik dalam satu kemasan ditentukan oleh mitra berdasarkan permintaan konsumen.
5.2.9.2 Biaya Produksi Padi Organik Perhektar 1. Bibit
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya bibit yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.88.889ha sampai dengan Rp.2.880.000ha dengan rata-
rata Rp.409.837ha. Tabel 24. Biaya Bibit Perhektar
No. Biaya Bibit Rpha Jumlah Sampel orang
Persentase 1
2 409.837
≥ 409.837 47
11 81
19 Jumlah
Min Maks
Rata-rata 58
Rp.88.889ha Rp.2.880.000ha
Rp.409.837ha 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 24 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya bibit dibawah Rp.409.837ha adalah sebesar 81, yaitu sebanyak 47 orang, dan
yang mengeluarkan biaya bibit diatas Rp.409.837ha adalah sebesar 19, yaitu sebanyak 11 orang,. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran biaya bibit di Desa
Lubuk Bayas sangat optimal. Pembelian bibit dilakukan petani didalam kelompok tani dengan harga
Rp.8.000kg. Apabila bibit yang dibutuhkan tidak tersedia didalam kelompok tani, maka petani dengan membeli bibit di luar kelompok tani dengan harga
Universitas Sumatera Utara
Rp.10.000kg. Perbedaan biaya yang dikeluarkan petani sampel ini dikarenakan harga beli bibit dan perbedaan jumlah penggunaan bibit untuk perhektarnya. Hal
ini yang menyebabkan perbedaan biaya bibit antar petani sampel.
2. Pupuk Kandang
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya pupuk kandang yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk
Bayas tersebut berada antara Rp.100.000ha sampai dengan Rp.10.000.000ha dengan rata-rata Rp.1.358.573ha.
Tabel 25. Biaya Pupuk Kandang Perhektar
No. Biaya Pupuk Kandang Rpha
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
1.358.573 ≥ 1.358.573
42 16
72 28
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.100.000ha
Rp.10.000.000ha Rp.1.358.573ha
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 25 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pupuk kandang dibawah Rp.1.358.573ha adalah sebesar 72, yaitu sebanyak 42
orang, dan yang mengeluarkan biaya pupuk kandang diatas Rp.1.358.573ha adalah sebesar 28, yaitu sebanyak 16 orang,. Hal ini menunjukkan bahwa
pengeluaran biaya untuk pupuk kandang di Desa Lubuk Bayas optimal. Pupuk kandang pada petani sampel tersedia di dalam kelompok tani,
karena kelompok Tani Subur memiliki ternak sapi yang merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Kotoran dari sapi tersebut diolah
menjadi pupuk kandang yang dapat digunakan sebagai pupuk organik pada usahatani padi organik. Harga bahan mentah kotoran sapi tersebut yaitu
Universitas Sumatera Utara
Rp.500kg, sedangkan harga kotoran sapi yang sudah siap pakai, yaitu pupuk kandang yaitu Rp.1.000kg. Petani yang menggunakan bahan mentah dari kotoran
sapi tersebut mengolah kembali menjadi pupuk kandang. Perbedaan biaya pupuk kandang perhektarnya disebabkan oleh harga pupuk yang berbeda dan jumlah
pemakaian pupuk untuk usahatani padi organik perhektarnya juga berbeda. Selain itu, petani yang sudah menggunakan urin sapi sebagai pupuk organik, akan
mengurangi pemakaian pupuk kandang. Oleh karena itu terjadi perbedaan biaya pupuk kandang antar petani sampel.
3. Urin Sapi
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya urin sapi yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.55.556ha sampai dengan Rp.3.333.333ha dengan rata- rata Rp.837.452ha.
Tabel 26. Biaya Urin Sapi Perhektar
No. Biaya Urin Sapi Rpha
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
837.452 ≥ 837.452
42 16
72 28
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.55.556ha
Rp.3.333.333ha Rp.837.452ha
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 26 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya urin sapi dibawah Rp.837.452ha adalah sebesar 72, yaitu sebanyak 42 orang,
dan yang mengeluarkan biaya urin sapi diatas Rp.837.452ha adalah sebesar 28, yaitu sebanyak 16 orang. Dengan banyaknya petani sampel yang mengeluarkan
Universitas Sumatera Utara
biaya lebih kecil dari biaya rata-rata menunjukkan bahwa pengeluaran biaya urin sapi di Desa Lubuk Bayas sangat optimal.
Harga jual urin sapi di kelompok tani yaitu Rp.10.000liter. Apabila urin sapi tidak tersedia di kelompok tani, maka petani membeli urin sapi diluar
kelompok tani dengan harga Rp.20.000liter. Akan tetapi, tidak semua petani menggunakan urin sapi sebagai pupuk organik mereka. Perbedaan biaya urin sapi
disebabkan karena penggunaan pupuk kandang yang lebih optimal sebagai pupuk organik petani sampel. Hal ini dikarenakan petani sampel sudah menggunakan
urin sapi sebagai pesitisida organik. 4. Pestisida Organik
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya pestisida organik yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk
Bayas tersebut berada antara Rp.27.778ha sampai dengan Rp.1.333.333ha dengan rata-rata Rp.392.088ha.
Tabel 27. Biaya Pestisida Organik Perhektar
No. Biaya Pestisida Organik Rpha
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
392.088 ≥ 392.088
24 34
41 59
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.27.778ha
Rp.1.333.333ha Rp.392.088ha
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 27 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pestisida organik dibawah Rp.392.088ha adalah sebesar 41, yaitu sebanyak 24
orang dan yang mengeluarkan biaya pestisida organik diatas Rp.392.088ha adalah sebesar 59, yaitu sebanyak 34 orang. Pengeluaran biaya pestisida organik
Universitas Sumatera Utara
di Desa Lubuk Bayas belum optimal hal ini dilihat dengan banyaknya petani sampel yang mengeluarkan biaya lebih besar dari biaya rata-rata.
Pestisida yang digunakan petani sampel yaitu pestisida nabati yang diolah sendiri oleh petani sampel. Harga pestisida nabati berkisar antara Rp.2.000liter
sampai dengan Rp.5.000liter. Selain pestisida nabati petani sampel juga menggunakan urin sapi sebagai pestisida organik. Harga urin sapi yang digunakan
sebagai pestisida berkisar antara Rp.10.000liter sampai dengan Rp.20.000liter. Perbedaan biaya pestisida organik disebabkan karena harga yang berbeda dan
penggunaan yang berbeda pula. Sehingga terjadi perbedaan biaya pestisida organik petani sampel perhektarnya di Desa Lubuk Bayas.
5. Biaya Tenaga Kerja
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa upah tenaga kerja yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.5.950.000orangha sampai dengan
Rp.43.200.000orangha dengan rata-rata Rp.17.209.999orangha.
Tabel 28. Biaya Tenaga Kerja Perhektar
No. Biaya Tenaga Kerja
Rporangha Jumlah Sampel
orang Persentase
1 2
17.209.999 ≥ 17.209.999
32 26
55 45
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.5.950.000orangha
Rp.43.200.000orangha Rp.17.209.999orangha
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 28 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya tenaga kerja dibawah Rp.17.209.999orangha adalah sebesar 55, yaitu sebanyak
Universitas Sumatera Utara
32 orang, dan yang mengeluarkan biaya tenaga kerja diatas Rp.17.209.999orangha adalah sebesar 45, yaitu sebanyak 26 orang.
Pengeluaran biaya upah tenaga kerja di Desa Lubuk Bayas dapat dioptimalkan. Jenis kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja perhektarnya yaitu adalah
persemaian, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, pengeringan, panen, dan pascapanen. Pembayaran upah tenaga kerja pada petani sampel
dilakukan setelah kegiatan usahatani. Oleh karena itu upah tenaga kerja pada petani sampel juga berbeda-beda tergantung kepada penggunaan tenaga kerja di
setiap kegiatan usahatani. Semakin luas lahan usahatani yang diusahakan maka semakin tinggi penggunaan tenaga kerja dan semakin besar juga biaya produksi
yang dikeluarkan perhektarnya. 6. Biaya Pemasaran
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa biaya pemasaran yang dikeluarkan selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.933.600ha sampai dengan Rp.8.125.000ha dengan
rata-rata Rp.3.216.328ha.
Tabel 29. Biaya Pemasaran Perhektar
No. Biaya Pemasaran Rpha
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
3.216.328 ≥ 3.216.328
33 25
57 43
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.933.600ha
Rp.8.125.000ha Rp.3.216.328ha
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 29 dapat dilihat jumlah petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran dibawah Rp.3.216.328ha adalah sebesar 57, yaitu sebanyak 33
Universitas Sumatera Utara
orang, dan yang mengeluarkan biaya pemasaran diatas Rp.3.216.328ha adalah sebesar 43, yaitu sebanyak 25 orang. Pengeluaran biaya pemasaran di Desa
Lubuk Bayas sudah optimal, hal ini dikarenakan petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran lebih kecil dari rata-rata biaya lebih banyak
dibandingkan petani sampel yang mengeluarkan biaya pemasaran lebih besar dari rata-rata biaya pemasaran yang dikeluarkan.
Biaya pemasaran yang dikeluarkan petani sampel yaitu biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya penyusutan. Biaya pemasaran untuk setiap
komponen pada petani sampel berbeda-beda karena jumlah produksi beras organik yang berbeda pula. Biaya pemasaran dihitung perkilogram berdasarkan
besarnya produktivitas padi organik. 5.2.10 Penerimaan Usahatani Padi Organik
Penerimaan yang diperoleh petani sampel pada usahatani padi organik dapat dilihat dari harga beras organik dikalikan dengan jumlah penjualan beras
organik dalam satuan kilogram.
5.2.10.1 Penerimaan Permusim Tanam
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.3.060.000MT sampai dengan Rp.51.000.000MT dengan rata-rata Rp.21.085.862MT.
Tabel 30. Penerimaan Permusim Tanam
No. Penerimaan RpMT
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
21.085.862 ≥ 21.085.862
37 21
64 36
Jumlah 58
100
Universitas Sumatera Utara
Min Maks
Rata-rata Rp.3.060.000MT
Rp.51.000.000MT Rp.21.085.862MT
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 30 dapat dilihat jumlah petani sampel dengan penerimaan usahatani permusim tanam dibawah Rp.21.085.862MT adalah sebesar 64, yaitu
sebanyak 37 orang, dan penerimaan usahatani permusim tanam diatas Rp.21.085.862MT adalah sebesar 36, yaitu sebanyak 21 orang. Penerimaan
yang diperoleh petani sampel permusim tanam dilihat dari besarnya jumlah produksi padi organik dengan harga jual beras organik.
Beras organik pada petani sampel dijual kepada JAPSA dan mitra penjualan lainnya. JAPSA yaitu koperasi yang menampung hasil usahatani yang
berbasis kepada pertanian organik. Pembayaran yang dilakukan JAPSA kepada kelompok tani adalah kontan. Kelompok Tani Subur yaitu petani sampel
melakukan kerjasama dengan JAPSA untuk memasarkan hasil beras organik mereka.
5.2.10.2 Penerimaan Perhektar
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas tersebut
berada antara Rp.11.903.400ha sampai dengan Rp.63.750.000ha dengan rata- rata Rp.40.486.086ha.
Tabel 31. Penerimaan Perhektar
No. Penerimaan Rpha
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
40.486.086 ≥ 40.486.086
24 34
41 59
Jumlah 58
100
Universitas Sumatera Utara
Min Maks
Rata-rata Rp.11.903.400ha
Rp.63.750.000ha Rp.40.486.086ha
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 31 dapat dilihat jumlah petani sampel dengan penerimaan usahatani perhektar dibawah Rp.40.486.086ha adalah sebesar 41, yaitu
sebanyak 24 orang, dan penerimaan usahatani perhektar diatas Rp.40.486.086ha adalah sebesar 59, yaitu sebanyak 34 orang. Penerimaan yang diperoleh petani
sampel perhektar dilihat dari besarnya produktivitas padi organik dengan harga jual beras organik.
Kelompok Tani Subur yaitu petani sampel melakukan kerjasama dengan JAPSA untuk memasarkan hasil beras organik mereka. Pembayaran yang
dilakukan JAPSA kepada kelompok tani adalah kontan. 5.2.11 Pendapatan Usahatani Padi Organik
Pendapatan usahatani padi organik petani sampel dapat dilihat dari permusim tanam dan perhektarnya. Pendapatan permusim tanam dapat dilihat
dengan mengurangi besarnya penerimaan permusim tanam dengan biaya produksi yang dikeluarkan permusim tanam. Sedangkan pendapatan perhektar dapat dilihat
dari besarnya penerimaan usahatani perhektar dikurang dengan biaya produksi yang dikeluarkan perhektarnya.
5.2.11.1 Pendapatan Permusim Tanam
Hasil penelitian pada lampiran 2 menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani selama usahatani padi organik permusim tanam di Desa Lubuk
Bayas tersebut berada antara Rp.170.000MT sampai dengan Rp.38.450.000MT dengan rata-rata Rp.10.693.897MT. Pendapatan petani sampel permusim tanam
Universitas Sumatera Utara
diperoleh perenam bulan sekali. Karena untuk usahatani padi organik hanya dua kali musim tanam dalam setahun. Pendapatan petani sampel Rp.170.000MT
dengan luas lahan 0,2 ha sangat kecil bila dibandingkan rata-rata pendapatan yang diperoleh petani. Hal ini dikarenakan ada faktor alam yang mengganggu usahatani
padi organik petani sampel, seperti hama tikus yang menyerang padi organik mereka. Sehingga produksi yang diterima petani sampel sangat sedikit.
Tabel 32. Pendapatan Permusim Tanam
No. Pendapatan RpMT
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
10.693.897 ≥ 10.693.897
37 21
64 36
Jumlah Min
Maks Rata-rata
58 Rp.170.000MT
Rp.38.450.000MT Rp.10.693.897MT
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 32 dapat dilihat jumlah petani sampel dengan pendapatan usahatani permusim tanam dibawah Rp.10.693.897MT adalah sebesar 64, yaitu
sebanyak 37 orang, dan pendapatan usahatani permusim diatas Rp.10.693.897MT adalah sebesar 36, yaitu sebanyak 21 orang. Pendapatan yang diperoleh petani
sampel permusim tanam dilihat dari penerimaan permusim tanam dikurangi biaya produksi selama musim tanam.
5.2.11.2 Pendapatan Perhektar
Hasil penelitian pada lampiran 3 menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh petani selama usahatani padi organik perhektar di Desa Lubuk Bayas
tersebut berada antara Rp.450.000ha sampai dengan Rp.38.450.000ha dengan rata-rata Rp.17.061.810ha.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 33. Pendapatan Perhektar
No. Penerimaan RpMT
Jumlah Sampel orang Persentase
1 2
17.061.810 ≥ 17.061.810
32 26
55 45
Jumlah Min
Maks Rata-rata
57 Rp.450.000ha
Rp.38.450.000ha Rp.17.061.810ha
100
Sumber : Analisis Data Primer, 2012
Dari tabel 33 dapat dilihat jumlah petani sampel dengan pendapatan usahatani perhektar dibawah Rp.17.061.810ha adalah sebesar 55, yaitu
sebanyak 32 orang, dan pendapatan usahatani perhektar diatas Rp.17.061.810ha adalah sebesar 45, yaitu sebanyak 26 orang. Perbedaan pendapatan yang
diperoleh petani sampel dikarenakan luas lahan petani sampel yang berbeda- beda.Faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu skala usaha. Semakin besar
luas lahan yang dimiliki petani sampel maka semakin banyak bibit yang ditanam, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Jika produktivitas meningkat, maka
pendapatan yang diperoleh petani padi organik perhektarnya juga akan semakin besar.
b. Hasil Estimasi 5.2.12 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Padi Organik
Pendapatan petani padi organik di Desa Lubuk Bayas dianalisis dengan metode analisis regresi berganda. Pendapatan petani padi organik I diduga
dipengaruhi oleh produktivitas padi organik Y, harga bibit Px
1
, harga pupuk kandang Px
2
, harga urin sapi Px
3
, harga pestisida organik Px
4
, upah tenaga kerja Px
5
, dan biaya pemasaran Px
6
.
Universitas Sumatera Utara
5.2.12.1 Uji asumsi Ordinary Least Square OLS
Sebelum dilakukan uji kesesuaian goodness of fit model, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi dalam model regresi
linier pendapatan petani padi organik yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi
klasik diuraikan pada bagian berikut.
1. Uji asumsi multikolinearitas
Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model pendapatan petani padi organik disajikan pada lampiran 6. Lampiran 6 menunjukkan bahwa masing-
masing variabel eksogen memiliki nilai toleransi tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya
multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier pendapatan petani padi organik terbebas dari masalah multikolinearitas.
2.
Uji asumsi heteroskedastisitas
Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model pendapatan petani padi organik disajikan pada lampiran 6. Lampiran
6 menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut.
a. Titik-titik menyebar diatas dan dibawah atau disekitar angka 0
b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja
c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar
kemudian menyempit dan melebar kembali. d.
Penyebaran titik-titik data tidak berpola.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier pendapatan petani padi organik terbebas dari masalah
heteroskedastisitas. 3. Uji asumsi normalitas
a. Analisis Grafik Hasil uji asumsi normalitas residual model pendapatan petani padi organik
dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada lampiran 6. Lampiran 6 menunjukkan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram
histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan
bahwa model regresi linier pendapatan petani padi organik memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Kolmogorov-Smirnov Hasil uji asumsi normalitas residual model pendapatan petani padi organik
dengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov disajikan pada lampiran 7. Lampiran 7 menunjukkan bahwa nilai signifikasi Kolmogorov-Smirnov Z pada
kolom Asymp. Sig. 2-tailed adalah sebesar 0,802. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara distribusi residual dengan distribusi normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data residual model
berdistribusi normal dan modal regresi linier pendapatan petani padi organik memenuhi asumsi normalitas.
Universitas Sumatera Utara
5.2.12.2 Uji kesesuaian test goodness of fit model dan uji hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi
organik disajikan pada lampiran 6. Lampiran 6 menunjukkan bahwa terdapat tujuh variabel yang berpengaruh terhadap variabel pendapatan petani padi organik
I, yaitu produktivitas padi organik Y, harga bibit Px
1
, harga pupuk kandang Px
2
, harga urin sapi Px
3
, harga pestisida organik Px
4
, upah tenaga kerja Px
5
, dan biaya pemasaran Px
6
. Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi,
maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya.
Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi organik adalah sebagai berikut.
I = 5717834,092 + 6293,178 Y + 1052,295 Px
1
– 228,231 Px
2
– 331,588 Px
3
– 1,699 Px
4
– 4,681 Px
5
– 14772,073 Px
6
Keterangan : Signifikansi R² : 0,839
Signifikansi F : 0,000 Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar
5717834,092. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh variabel eksogen terhadap variabel pendapatan petani padi organik adalah sebesar
5717834,092. Lampiran 6 menunujukkan bahwa nilai koefisien determinasi R² yang
diperoleh adalah sebesar 0,839. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 83,9
Universitas Sumatera Utara
variasi pendapatan petani padi organik I telah dapat dijelaskan oleh variabel produktivitas padi organik Y, harga bibit Px
1
, harga pupuk kandang Px
2
, harga urin sapi Px
3
, harga pestisida organik Px
4
, upah tenaga kerja Px
5
, dan biaya pemasaran Px
6
. Sedangkan sisanya, sebesar 16,1, dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model.
Variabel lain yang mempengaruhi ini diduga karena petani padi organik hanya memanen padi organik sesuai dengan kemampuan petani tersebut.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh jumlah dan kapasitas padi organik. Apabila jumlah dan kapasitas padi organik bisa ditingkatkan, maka petani akan ikut
menyesuaikan dengan ikut meningkatkan pendapatan petani padi organik. Petani padi organik pada daerah penelitian umumnya memiliki sumber
pendapatan lain selain berusahatani padi organik. Sehingga, petani tidak benar- benar berusaha untuk meningkatkan pendapatan dari usahatani padi organiknya.
Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial, dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian
ini menggunakan α 5 atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian berikut.
1. Uji pengaruh variabel secara serempak
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan pada tabel 29. Tabel 29 menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah
sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel produktivitas padi organik Y, harga bibit Px
1
, harga pupuk kandang Px
2
, harga urin sapi Px
3
, harga pestisida organik Px
4
, upah
Universitas Sumatera Utara
tenaga kerja Px
5
, dan biaya pemasaran Px
6
, secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik I.
2. Uji pengaruh variabel secara parsial
Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh
variabel secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan pada lampiran 6. a.
Produktivitas padi organik Y Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel produktivitas padi organik
memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan
bahwa Ho ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel produktivitas padi organik Y, secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi
organik I. Nilai koefisien regresi sebesar 27.517,935 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan produktivitas padi organik sebesar 1 kg, maka terjadi
pertambahan pendapatan petani padi organik sebesar Rp.27.517,935 perhektar. Sebaliknya, jika terjadi penurunan produktivitas padi organik, akan menyebabkan
turunnya pendapatan petani padi organik. Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa produktivitas padi
organik berada antara 1.167 kgha sampai dengan 6.250 kgha dengan rata-rata 3.969 kgha. Jumlah produktivitas padi organik yang dibawah 3.969 kgha adalah
sebesar 41 sampel, yaitu sebanyak 24 orang, dan yang diatas 3.969 kgha adalah sebesar 59, yaitu sebanyak 34 orang.
b. Harga Bibit Px
1
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel harga bibit memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,184. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas
kesalahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel harga bibit Px
1
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik I.
Variabel harga bibit tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik karena adanya ketersediaan bibit pada petani sampel. Petani sampel
yaitu kelompok Tani Subur memiliki penangkaran bibit sendiri dengan harga jual yang lebih rendah daripada harga dipasaran. Sehingga banyak petani yang tidak
membeli bibit diluar kelompok tani. Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa harga bibit berada
antara Rp.8.000kg sampai dengan Rp.10.000kg dengan rata-rata Rp.8.862kg. Harga bibit yang dibawah Rp.8.862kg adalah sebesar 57 sampel, yaitu
sebanyak 33 orang, dan yang diatas Rp.8.862kg adalah sebesar 43, yaitu sebanyak 25 orang.
c. Harga Pupuk Kandang Px
2
Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel harga pupuk kandang memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,950. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas
kesalahan yang ditole rir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel harga pupuk kandang Px
2
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik I.
Variabel harga pupuk kandang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik. Hal ini dikarenakan adanya ketersediaan pupuk
kandang di dalam kelompok tani subur. Sehingga petani sampel tidak membeli
Universitas Sumatera Utara
pupuk kandang di kios tani atau dipasaran dengan harga yang jauh lebih tinggi. Harga pupuk kandang didalam kelompok tani yaitu Rp.500kg sampai dengan
Rp.1.000kg. Pupuk kandang dengan harga Rp.500kg yaitu pupuk kandang yang belum siap pakai sehingga harus diolah kembali oleh petani sampel, sedangkan
pupuk kandang dengan harga Rp.1.000kg yaitu pupuk kandang yang sudah siap pakai.
Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukkan bahwa harga pupuk kandang berada antara Rp.500kg sampai dengan Rp.1.000kg dengan rata-rata
Rp.690kg. Harga pupuk kandang yang dibawah Rp.690kg adalah sebesar 62 sampel, yaitu sebanyak 36 orang, dan yang diatas Rp.690kg adalah sebesar 38,
yaitu sebanyak 22 orang. d.
Harga Urin Sapi Px
3
Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel harga urin sapi memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,021. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas
kesa lahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel harga urin sapi Px
3
secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik I. Nilai
koefisien regresi sebesar -331,588 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan harga urin sapi sebesar Rp.1liter, maka terjadi penurunan pendapatan petani padi
organik sebesar Rp.331.588 perhektar. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga urin sapi, akan menyebabkan naiknya pendapatan petani padi organik.
Kurang tersedianya urin sapi didalam kelompok tani menyebabkan petani sampel membeli urin sapi diluar kelompok tani dengan harga Rp.20.000 perliter.
Sedangkan urin sapi yang tersedia di kelompok tani dengan harga Rp.10.000
Universitas Sumatera Utara
perliter. Dengan harga beli urin sapi yang tinggi diluar kelompok tani mengakibatkan 13 petani sampel tidak menggunakan urin sapi sebagai pupuk
organik mereka. Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa harga urin sapi
berada antara Rp.10.000liter sampai dengan Rp.20.000liter dengan rata-rata Rp.15.172liter. Harga urin sapi yang dibawah Rp.15.172liter adalah sebesar 26
sampel, yaitu sebanyak 15 orang, dan yang diatas Rp.15.172liter adalah sebesar 74, yaitu sebanyak 43 orang.
e. Harga Pestisida Organik Px
4
Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel harga pestisida organik memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,992. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas
kesa lahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel pestisida organik Px
4
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik I.
Variabel harga pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik karena adanya ketersediaan pestisida organik.
Pestisida organik yang digunakan yaitu pestisida nabati dengan menggunakan sisa-sisa dari buah-buahan yang dapat digunakan untuk pembasmi hama, sehingga
petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk pestisida organik. Selain menggunakan pestisida nabati, petani padi organik juga menggunakan urin sapi
yang sudah tersedia sebelumnya. Oleh karena itu harga pestisida tidak mempengaruhi pendapatan petani padi organik.
Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa harga pestisida organik berada antara Rp.2.000liter sampai dengan Rp.20.000liter dengan rata-
Universitas Sumatera Utara
rata Rp.16.500liter. Harga pestisida organik yang dibawah Rp.16.500liter adalah sebesar 29 sampel, yaitu sebanyak 17 orang dan yang diatas Rp.16.500liter
adalah sebesar 71, yaitu sebanyak 41 orang. f.
Upah Tenaga Kerja Px
5
Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas
kesa lahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
ditolak atau H
1
diterima, yaitu variabel upah tenaga kerja Px
5
secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik I. Nilai
koefisien regresi sebesar -4,681 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan upah tenaga kerja sebesar Rp.1orangha, maka terjadi penurunan pendapatan
petani padi organik sebesar Rp.4.681 perhektar. Sebaliknya, jika terjadi penurunan upah tenaga kerja, akan menyebabkan kenaikan pendapatan petani padi
organik. Upah tenaga kerja yang dikeluarkan petani sampel meliputi upah tenaga
kerja dalam keluarga dan upah tenaga kerja luar keluarga. Adapun kegiatan yang dilakukan tenaga kerja tersebut yaitu persemaian, penanaman, penyiangan,
pemupukan, penyemprotan, pengeringan gabah, panen, dan pasca panen. Setiap petani sampel mengeluarkan biaya untuk upah tenaga kerja yang berbeda-beda.
Semakin kecil upah tenaga kerja yang dikeluarkan maka semakin meningkat pendapatan petani padi organik.
Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa upah tenaga kerja berada antara Rp.300.000orangha sampai dengan Rp.4.750.000orangha
dengan rata-rata Rp.1.238.174orangha. Upah tenaga kerja yang dibawah
Universitas Sumatera Utara
Rp.1.238.174orangha adalah sebesar 55 sampel, yaitu sebanyak 32 orang, dan yang diatas Rp.1.238.174orangha adalah sebesar 45, yaitu sebanyak 26 orang.
g. Biaya Pemasaran Px
6
Lampiran 6 menunjukkan bahwa variabel biaya pemasaran memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,056. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas
kesa lahan yang ditolerir, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima atau H
1
ditolak, yaitu variabel biaya pemasaran Px
6
secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pendapatan petani padi organik I.
Biaya pemasaran yang tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi organik disebabkan karena tersedianya koperasi JAPSA yang
menampung hasil beras organik. Koperasi JAPSA tersebut langsung mengambil hasil produksi beras organik di Desa Lubuk Bayas, sehingga biaya pemasaran
yang terdiri dari biaya pengemasan, biaya transportasi, dan biaya penyusutan dapat mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan petani sampel.
Hasil penelitian dengan 58 sampel, menunjukan bahwa biaya pemasaran berada antara Rp.600kg sampai dengan Rp.1.300kg dengan rata-rata Rp.810kg.
Biaya pemasaran yang dibawah Rp.810kg adalah sebesar 97 sampel, yaitu sebanyak 56 orang, dan yang diatas Rp.810kg adalah sebesar 3, yaitu sebanyak
2 orang.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan