Tingkat Pengembangan ANALISIS FISIK 1. Densitas

3. Tingkat Pengembangan

Proses penanakan melibatkan perubahan signifikan pada struktur, komposisi nutrisi, dan karakteristik sensori. Selama penanakan dalam air mendidih, terjadi proses pindah panas dan pindah massa bersamaan dengan gelatinisasi pati. Fenomena ini antara lain menyebabkan peningkatan bobot dan volume Sinelli et al., 2006. Penanakan dengan menggunakan rice cooker melibatkan empat tahapan yakni penambahan air, pendidihan, penyerapan air, dan pendiaman Toothman, 2008. Menurut Muramatsu et al. 2006, selama proses penyerapan air terjadi perubahan bentuk partikel beras sebagai akibat dari pengembangan. Hasil pengukuran tingkat pengembangan beras jagung dapat dilihat pada Lampiran 11, sedangkan rata-rata tingkat pengembangan beras jagung disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Rata-rata tingkat pengembangan beras jagung Tingkat Pengembangan Beras Jagung Perbandingan Beras dan Air Tanak Tanpa Perlakuan Perendaman Air Panas Perendaman Air Dingin A 1 : 5 150 200 300 B a 1 : 5 123.33 133.33 166.67 C a 1: 5 107.14 100 125 D a 1 : 4 66.67 83.33 107.69 huruf yang sama pada kolom berarti tidak berbeda nyata Keterangan: A = ukuran 4 mm C = ukuran 2.36-3.35 mm B = ukuran 3.35-4 mm D = ukuran 1.18-2.36 mm Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembangan beras jagung, sedangkan ukuran beras jagung memiliki pengaruh nyata terhadap tingkat pengembangan beras jagung. Analisis dengan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa tingkat pengembangan beras jagung B, C, dan D tidak berbeda nyata, sedangkan tingkat pengembangan beras jagung A berbeda nyata dengan ketiga beras jagung lainnya. Hasil pengujian statistik ini dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13. Hasil analisis statistik uji korelasi dengan Pearson’s Correlations Test pada taraf signifikansi 0.05 menunjukkan bahwa ukuran beras jagung berkorelasi dengan tingkat pengembangannya. Hasil uji korelasi ini dapat dilihat pada Lampiran 14. Berdasarkan persentase tingkat pengembangan pada Tabel 8 terlihat bahwa terdapat kecenderungan menurunnya tingkat pengembangan beras jagung seiring dengan penurunan ukuran beras jagung. Hal ini diduga disebabkan oleh efek rongga antar partikel void space bahan. Semakin besar ukuran suatu bahan, semakin besar jumlah void space yang dimilikinya sehingga tingkat pengembangannya semakin besar. Hal ini juga didasarkan pada sifat densitas kamba beras jagung. Bahan dengan densitas kamba besar memiliki struktur yang lebih ringkas karena ruang kosong antar partikelnya void space lebih sedikit Hui et al., 2007. Bahan dengan densitas kamba kecil memiliki lebih banyak ruang kosong antar partikelnya void space sehingga pengembangannya lebih besar. Beras jagung A yang memiliki ukuran terbesar dan densitas kamba paling kecil memiliki tingkat pengembangan yang paling besar. Hal ini disebabkan oleh efek void space dimana bahan dengan ukuran besar dan densitas kamba kecil memiliki jumlah void space lebih banyak sehingga pengembangannya paling besar. Hasil penelitian Tabel 12 dan Tabel 13 menunjukkan bahwa pengembangan beras jagung tidak proporsional dengan besarnya penyerapan air. Besarnya penyerapan air sangat dipengaruhi oleh luas permukaan bahan dan tingkat gelatinisasi pati, sedangkan pengembangan sangat dipengaruhi oleh sifat bulky suatu bahan. Dengan demikian, tingkat pengembangan beras jagung tidak selalu sebanding dengan tingkat penyerapan airnya. Kesimpulan ini juga didasarkan pada hasil analisis statistik uji korelasi dengan Pearson’s Correlations Test pada taraf signifikansi 0.05 yang menunjukkan bahwa tingkat pengembangan beras jagung tidak berkorelasi dengan tingkat penyerapan airnya. Hasil uji korelasi ini dapat dilihat pada Lampiran 15.

E. ANALISIS KOMPOSISI NILAI GIZI