6. Pembuatan Desain Kemasan
Desain kemasan beras jagung disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Label
pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang disertakan, dimasukkan, ditempelkan, atau menjadi bagian pada kemasan pangan.
Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 Pasal 12 menyebutkan bahwa bagian utama label pangan terdiri dari nama produk, berat bersih atau isi
bersih, serta nama dan alamat pihak yang memproduksi. Desain kemasan beras jagung yang dibuat dalam penelitian ini juga mencantumkan nilai
kandungan gizi nutrition fact, cara memasak, dan takaran penanakan.
C. METODE ANALISIS
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis fisik dan analisis kimia. Seluruh data analisis diperoleh dari dua ulangan dan dua
analisis duplo, kecuali data analisis rendemen dan distribusi ukuran diperoleh dari tiga kali penggilingan tiga ulangan dan satu analisis simplo.
a. Analisis Fisik
1. Rendemen
Nilai rendemen pembuatan beras jagung didasarkan pada perbandingan antara total berat beras jagung yang telah disosoh dengan
berat jagung pipil awal yang digunakan.
Rendemen = berat beras hasil sosoh x 100 berat jagung pipil
2. Distribusi Ukuran
Perhitungan distribusi ukuran beras jagung didasarkan pada perbandingan antara berat beras jagung ukuran tertentu dengan total
berat beras jagung. Perhitungan distribusi ukuran beras jagung juga didasarkan pada perbandingan antara berat beras jagung ukuran
tertentu dengan berat jagung pipil yang digunakan.
Distribusi Ukuran = berat beras ukuran X x 100 terhadap beras jagung total
berat total beras jagung Distribusi Ukuran dari jagung pipil = berat beras ukuran X x 100
berat jagung pipil 3. Densitas Kamba Muchtadi dan Sugiyono, 1992
Penentuan nilai densitas kamba beras jagung dilakukan dengan menggunakan gelas ukur 50 ml. Pada tahap awal dilakukan
penimbangan dan pencatatan berat gelas ukur kosong, kemudian beras jagung dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml hingga tanda tera dan
ditimbang. Berat 50 ml beras jagung ditentukan berdasarkan selisih antara berat gelas ukur 50 ml yang diisi beras jagung hingga tanda tera
dengan berat gelas ukur 50 ml kosong. Densitas kamba didasarkan pada perbandingan antara berat 50 ml beras jagung dengan volume
gelas ukur yakni 50 ml.
Berat Jagung 50 ml g = berat gelas ukur + jagung – berat gelas ukur kosong Densitas Kamba gml = berat beras jagung 50 ml g
x 100 volume gelas ukur 50 ml
4. Tingkat Penyerapan Air
Penentuan tingkat penyerapan air beras jagung ditentukan berdasarkan jumlah air yang diserap oleh beras jagung selama
perlakuan awal yakni selama perendaman dalam air dingin ± 27° C
dan perendaman dalam air panas suhu awal ± 100° C. Tingkat
penyerapan air beras jagung diperoleh dari selisih antara jumlah air awal yang ditambahkan untuk merendam beras jagung dengan jumlah
air sisa setelah perendaman selama waktu tertentu. Tingkat penyerapan air pada setiap variabel waktu perendaman kemudian dirata-ratakan
untuk menghasilkan rata-rata tingkat penyerapan air beras jagung.
Sebanyak 50 gram beras jagung untuk setiap ukuran dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air. Jumlah awal air perendam
yang digunakan adalah 100 ml. Keempat beras jagung kemudian direndam dengan variabel waktu perendaman dalam air dingin adalah
1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, dan 5 jam, sedangkan variabel waktu perendaman dalam air panas adalah 10 menit, 20 menit, 30 menit, 40
menit, 50 menit, dan 60 menit. Selama perendaman dalam air panas, suhu air tidak dipertahankan konstan 100
° C. Setelah direndam sesuai dengan variabel waktu yang ditetapkan, jumlah sisa air perendam
diukur kembali.
Jumlah Air yang Diserap ml = jumlah air awal ml – jumlah air akhir ml Tingkat Penyerapan Air = jumlah air yang diserap ml x 100
jumlah air awal ml 5. Tingkat
Pengembangan
Pengembangan beras jagung ditentukan dengan mengukur selisih ketinggian beras jagung awal di dalam rice cooker sebelum ditanak
dengan ketinggian akhir beras setelah matang dengan menggunakan penggaris. Penentuan tingkat pengembangan didasarkan pada
perbandingan pengembangan beras jagung dengan ketinggian awal beras jagung sebelum ditanak.
Analisis tingkat pengembangan dilakukan pada beras jagung kontrol tanpa perlakuan awal dan beras jagung yang telah diberi
perlakuan awal sesuai dengan SOP penanakan. Beras jagung tersebut kemudian ditanak menggunakan rice cooker dengan perbandingan
beras jagung dan air tanak sesuai dengan SOP penanakan. Sejumlah sampel beras jagung diberi perlakuan awal sesuai
dengan SOP penanakan. Beras jagung A, B, C, dan D diberi perlakuan awal perendaman dalam air dingin berturut-turut selama 5 jam, 4 jam,
3 jam, dan 1 jam. Keempat beras jagung tersebut juga diberi perlakuan
awal perendaman dalam air panas berturut-turut selama 60 menit, 50 menit, 30 menit, dan 10 menit.
Setelah direndam sesuai dengan variabel waktu yang ditetapkan, keempat ukuran beras jagung ditanak menggunakan rice cooker
dengan perbandingan beras jagung dan air tanak sesuai SOP penanakan. Beras jagung A dan B ditanak dengan perbandingan beras
jagung dan air tanak sebesar 1:7, sedangkan beras jagung C ditanak dengan perbandingan beras jagung dan air tanak sebesar 1:5. Beras
jagung D ditanak dengan perbandingan beras jagung dan air tanak sebesar 1:4. Sebelum rice cooker dinyalakan, tinggi awal beras jagung
di dalam rice cooker diukur kemudian setelah proses penanakan selesai tinggi akhir beras yang telah matang diukur kembali.
Pengembangan cm = ketinggian akhir cm – ketinggian awal cm Tingkat Pengembangan = pengembangan cm x 100
ketinggian awal cm 6. Tingkat
Kematangan
Penentuan tingkat kematangan beras jagung secara organoleptik didasarkan pada parameter ada tidaknya serbuk tepung jagung berupa
bintik putih pada bagian tengah nasi jagung yang telah matang. Jika nasi jagung yang telah matang dibelah dan pada bagian tengahnya
ditemukan serbuk tepung bintik putih maka nasi tersebut dinyatakan belum matang.
7. Tingkat Gelatinisasi