Komunitas pneumatis dan hierarkis

karena ekaristi, Gereja menyadari perbedaannya dengan komunitas ‘kultural’ Yahudi, dengan setiap kelompok ‘kultural’ dan dengan setiap perserikatan kafir yang berkenaan dengan kurban. Pertemuan dan ikatannya dengan Tuhan Yesus yang Mulia dalam perayaan ini, berdasarkan partisipasinya dalam darah dan tubuh Kristus”. 26

3.5. Komunitas pneumatis dan hierarkis

- Hal yang paling meyakinkan komunitas awal bahwa merekalah umat Allah yang baru dan ahli waris Perjanjian Lama adalah pengalaman dalam kehidupan mereka sehari-hari tentang kehadiran Roh Penghibur yang sangat dinamis, sang Parakletus yang telah diberitakan dan dijanjikan oleh Yesus Kristus. Komunitas awal terus-menerus merasakan bantuan dan daya Roh Kudus:  Roh Kudus yang ‘melahirkan’ mereka sebagai komunitas pada hari Pentekosta;  Roh Kudus yang membimbing mereka dalam setiap keputusan penting;  Roh Kudus yang memberikan meterai khusus kepada semua anggotanya pada saat pembaptisan;  Roh Kudus yang menerangi komunitas dalam memilih para misionaris untuk mewartakan Injil kepada semua orang. Selain karena simbol, ritus, struktur, hukum dan nilai-nilainya, umat Allah yang baru berbeda dari orang atau kelompok lain karena pengalaman tentang kehadiran Roh Penghibur tersebut. “Kesadaran bahwa dia telah menerima dari Tuhan dan Mesias yang sudah dimuliakan Roh Kudus sebagai buah sulung dan jaminan keselamatan, membedakannya secara khusus dari seluruh agama Yahudi termasuk komunitas Qumran, apalagi dari aliran kafir dan semua bentuk ibadatnya”. 27 - Berdasarkan intensitas luar biasa kehadiran Roh Kudus dalam komunitas Kristen awal itu, banyak teolog Protestan, Ortodoks dan Katolik juga misalnya: Hans Küng, menjadikan aspek pneumatis itu khusus dan esensial, dengan mengasingkannya dengan aspek-aspek lain; dan terutama dengan mempertentangkannya dengan aspek institusional dan hierarkis. Menurut para teolog itu, aspek institusional dan hierarkis, bukan hanya sama pentingnya dengan aspek pneumatis, tetapi juga secara historis munculnya lebih kemudian dan bertentangan dengan rencana semula dan otentik dari Gereja Kristus. - Tetapi mempertentangkan aspek pneumatis kharismatis dan aspek institusional sebenarnya tidak bisa dibenarkan sama sekali secara historis apalagi secara eklesiologis.  Sesungguhnya sejarah Gereja awal, yang kita ketahui dari Kisah para Rasul, memperkenalkan suatu komunitas orang beriman yang – taat kepada rencana eklesiologis pendirinya – sejak permulaan memiliki suatu susunan hierarkis yang terdiri atas para Rasul, para Diakon dan orang beriman.  Lagi pula sejarah Gereja awal itu memperlihatkan kepada kita bahwa Roh Kudus dalam mencurahkan kharisma-kharismaNya menghormati susunan hierarkis. Dalam memberikan bantuan, Roh Kudus memberikan tempat yang pertama kepada mereka yang memikul tanggung jawab lebih besar di dalam Gereja: dengan demikian para Rasul khususnya: Petrus, Paulus dan Yakobus dan para Diakon stefanus menerima 26 R. Schnackenburg, La Chiesa nel Nuovo Testamento, Brescia, 1975, hlm. 48-49. 27 Ibid., hlm. 20. karunia lebih banyak dari pada kaum beriman lainnya.  Pencurahan Roh Kudus yang pertama dan besar terjadi pada hari Pentekosta dan Rasul yang menerimanya. Ketika bantuan kharismatik diberikan kepada kaum beriman lainnya, pencurahan itu tidak terjadi sembarangan, melainkan dikuasai oleh suatu persatuan yang dalam, baik mengenai isinya maupun disiplinnya, di bawah pengawasan para Rasul.  Iman itu tidak diperlihatkan sebagai suatu perasaan mistik dan individual, melainkan sebagai hasil pewartaan para Rasul; orang-orang diajak untuk menerima pengajaran itu dan memang mereka menerimanya: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan” Kis 2: 42.  Ibadat mereka jalankan dengan “memecahkan roti dan berdoa”, dan kedua kegiatan ini dilaksanakan secara komuniter bersama-sama di bawah pimpinan para Rasul atau para Presbiter Penatua.  Pembagian harta benda dan bantuan kepada orang-orang miskin dan para janda diatur oleh para Rasul. Pendek kata, seluruh gerak kehidupan Gereja awal berlangsung di bawah tuntunan hierarki, yang dalam menjalankan semua fungsinya mendapat bantuan khusus dari Roh Kudus. 28 - Kesimpulan. Dalam Gereja yang dilukiskan oleh Kisah para Rasul tidak terdapat pertentangan apapun antara dimensi atau aspek hierarkis dan pneumatis kharismatis, meskipun dimensi pneumatis lebih luas dari pada dimensi hierarkis. Dan justru karena itu, dalam beberapa kasus, dimensi pneumatis dapat bertentangan dengan dimensi hierarkis. Namun demikian, pada umumnya antara jabatan-jabatan dan kharisma-kharisma terdapat hubungan korelasi timbal balik yang erat, sehingga subjek yang pertama dan utama kharisma-kharisma itu adalah jabatan-jabatan dan orang-orang yang menjalankannya.

3.6. Nilai-nilai dan hukum komunitas Yesus