sumbangan esensial guna membentuk suatu kesadaran eklesial kolektif, baik dalam refleksi teologis   maupun   dalam   prakteknya”.
36
Paulus   memelopori   supaya   ada   solidaritas   antar Gereja   komunitas,   sehati   sejiwa   dan   merasa   ikut   ambil   bagian   dalam   kesulitan   atau
kelemahan antar komunitas.
4.2. Gereja sebagai tubuh Kristus
Kecuali itu, dalam eklesiologi Paulus terdapat unsur-unsur lain juga, yakni ada usaha untuk menerangkan kedalaman hakekat komunitas yang baru, qāhāl Yahweh yang baru.
- Paulus memahami bahwa persatuan dan kesatuan antara anggota-anggota umat Allah yang baru jauh lebih kuat dan mendalam dari persatuan antara anggota-anggota umat Israel. Dalam
umat Allah yang baru, sifat persatuannya bukanlah konvensional, seperti yang bisa ditemukan dalam bentuk masyarakat lain; melainkan suatu persekutuan ‘mistik’ misteri, “adikodrati”,
yang   sama   sekali   tidak   diperoleh   pada   kelompok-kelompok   sosial   lainnya   yang   muncul sepanjang peredaran zaman. Untuk melukiskan persatuan dan persekutuan yang terdapat
antara anggota-anggota umat Allah yang baru itu, Paulus menggunakan gambaran  “tubuh”. Gambaran  “tubuh”  ini sudah biasa dipakai oleh orang-orang Yunani dan Romawi untuk
berbicara   tentang   suatu   kelompok   sosial,   tetapi   gambaran   tersebut   memperoleh  valensi semantik  kadar nilai semantik secara istimewa dalam penjelasan yang diberikan Paulus
berkenaan dengan Gereja.
- Makna yang istimewa tersebut diwujudkan dengan istilah “Tubuh Kristus”. Nama ini bukan nama para beriman akan Kristus, melainkan nama Kristus sendiri. Dengan kata lain, Gereja
tidak disebut  “tubuh para pengikut Kristus”, melainkan  “tubuh Kristus”:  “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya” 1 Kor 12: 27. Paulus
memakai gambaran “tubuh” untuk menerangkan bahwa para pengikut Kristus  “semuanya adalah satu di dalam Kristus” Gal 3: 28; dan untuk mempertahankan juga keanekaragaman
fungsi dan kharisma: “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus […]
Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk
mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh” 1 Kor 12: 12. 28.
Lewat gambaran “tubuh Kristus”, Paulus hendak menggarisbawahi dua unsur hubungan vital komunitas dengan Tuhan Yesus Kepala dan ‘persekutuan’ antara para anggota.
- Sebagai Kepala, Kristus mengalirkan ke dalam Gereja hidupNya sendiri “menurut kekayaan rahmatNya”.   Sebenarnya   Gereja   sebagai   Tubuh   Kristus,  “adalah   kepenuhan   Dia,   yang
memenuhi semua dan segala sesuatu” Ef 1: 23. Sekaligus Gereja merupakan sarana yang dipergunakan   Kristus   untuk   semakin   menaklukkan   alam   semesta   kepada   kekuasaan
anugerahNya,   untuk   membuat   seluruh   kosmos   sejauh   mungkin   berpartisipasi   dalam rahmatNya  yang menyelamatkan, dan “untuk mempersatukan dalam Kristus sebagai Kepala
segala sesuatu, baik yang di surga maupun yang di bumi” Ef 1: 10.
36 Ibid., hlm. 91-92.
- Sebagai anggota-anggota satu tubuh, yang tunduk kepada Kepala yang sama, para pengikut Kristus pada hakekatnya memiliki kesamaan hak dan bekerja sama demi kebaikan semua,
meski jabatan dan kharismanya berbeda-beda.  “Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota ikut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota ikut bersukacita”
1   Kor   12:   26.   Persatuan   tubuh   dengan   Kepala   dan   antar   anggota   dimulai   dengan pembaptisan dan berkembang untuk selanjutnya berkat sakramen-sakramen dan terutama
berkat ekaristi. Dengan sakramen ekaristi ini para anggota Gereja berpartisipasi secara real participatio   realis   dalam   darah   dan   tubuh   Kristus