Unsur-unsur baru dalam Perjanjian Baru

Lama secara definitif. Lagi pula, persyaratan untuk masuk Kerajaan itu 12 dan karunia yang dijanjikan Allah kepada umat mausia pengampuan dosa, utusan Roh Kudus, anak angkat Allah begitu besar dan baru jika dibandingkan dengan Perjanian Lama, sehingga benar-benar dikatakan bahwa Kristus, Putera yang menjadi daging, membawakan suatu perjanjian yang betul-betul baru kepada umat manusia. c. Namun, baik pembentukan umat Allah yang baru maupun pengadaan Perjanjian Baru tidak meniadakan tema-tema dan isi Perjanjian Lama. Kesatuan rencana dan sejarah keselamatan menyangkut juga kesatuan tema-tema dan isi fundamental Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. “Adalah suatu kesalahan menganggap bahwa tema-tema PB seakan-akan mereka itu tidak berasal dari dan tidak berkembang dalam PL, dari mana penulis PB sendiri bertolak. Pada abad II Masehi, bidaah Marsio menolak relevansi PL untuk wahyu Kristen, dan khususnya kesatuan konsep tentang Allah dalam PL dan PB”. 13 d. Seperti telah disinggung dalam pembahasan mengenai Perjanjian Lama, kesatuan tema- tema dan isi terungkap dalam kesatuan istilah-istilah yang nyata dalam dua perjanjian. “Hampir setiap kata kunci teologis dalam PB, berasal dari salah satu kata Ibrani yang pemakaiannya dan perkembangannya memiliki sejarah panjang dalam PL. Yesus dan para Rasul menggunakan istilah-istilah biasa. Tentu saja istilah-istilah itu mengalami perkembangan lebih lanjut dalam PB; akan tetapi bahasa teologis yang dipakai Yesus dan para Rasul adalah bahasa yang bisa dipahami oleh mereka sendiri dan oleh para pendengarnya”. 14

2.2. Unsur-unsur baru dalam Perjanjian Baru

Dengan menciptakan umat Allah yang baru, yaitu Gereja, tampak jelas bahwa Yesus memperluas dan memperkaya lebih lanjut tema-tema dan isi Perjanjian Lama. Perluasan dan pengayaan lebih lanjut itu menyangkut bidang-bidang yang membentuk kehidupan sosial dan kultural suatu bangsa, khususnya bidang doktrin ajaran, ritus, etika, institusi dan axiology theory of values atau tata nilai. a. Dalam bidang doktrin ajaran kepada umat Allah yang baru, Yesus mewahyukan beberapa kebenaran luhur tentang Allah, tentang manusia dan tentang DiriNya sendiri. - Tentang Allah, Yesus mewahyukan bahwa Yahweh adalah Bapa dan Tritunggal. - Tentang manusia, Yesus mewahyukan nilai pribadi yang melebihi segala nilai lain di dunia dan masa depannya yang kekal. - Tentang DiriNya sendiri, Yesus mewahyukan bahwa Dia adalah Allah dan sang Mesias. b. Dalam bidang ritus, Yesus mengajarkan doa baru “Bapa Kami” dan mengadakan sakramen-sakramen. c. Dalam bidang etika, pada hukum lama Yesus menambahkan “perintah baru” mandatum novum yang pokok-pokok dasarnya Yesus maklumkan dalam Sabda Bahagia dan secara singkat sekali, ketika Dia menyuruh murid-muridNya mencintai Allah dengan segenap hati 12 Yang harus diakui sebagai Allah, bukan hanya Yahweh atau Bapa, melainkan juga utusanNya atau PuteraNya. 13 Mc. Kenzie, Aspetti del pensiero del Vecchio Testamento, hlm, 1823. 14 Ibid., hlm. 1823. dan sesama seperti diri sendiri. “Jawab Yesus kepadanya: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” Mat 22: 37-39. d. Dalam bidang institusi, terdapat kebaharuan-kebaharuan yang lebih menyolok lagi berdasarkan hakekat sendiri umat Allah yang baru itu: - anggota-anggotanya diperoleh “bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki” bdk. Yoh 1: 13, melainkan mereka ada karena ikatan iman, rahmat dan cinta kasih. - Karena itu, di satu pihak, umat Perjanjian Lama memerlukan raja-raja dan bala tentara untuk mempertahankan tanah airnya serta mengembangkan kemakmurannya. Di lain pihak, umat Perjanjian Baru, yang terarah hanya kepada tujuan-tujuan rohani serta yang melampaui batas-batas bumi ini, tidak membutuhkan struktur-struktur politis, ekonomi dan militer: satu-satunya pemimpin yang diperlukan adalah imam. - Dan sesungguhnya, kepada qāhāl Allah yang baru, Yesus memberikan imamat baru diserahkanNya kepada Petrus dan keduabelas RasulNya dengan kuasa yang jauh lebih besar termasuk kuasa untuk mengampuni dosa dari pada kuasa yang dimiliki imamat lama. e. Dalam bidang axiology nilai-nilai, Yesus menempatkan umat Allah yang baru pada suatu tingkat kualitatif yang jauh lebih tinggi, dengan menyerahkan kepadanya nilai-nilai unggul guna dihayati, misalnya cinta kasih yang mencakupi musuh-musuh juga, mengampuni kesalahan tanpa balas dendam, kebebasan di hadapan hukum juga apabila keperluan sesama tersangkut, doa, mempercayakan diri kepada Allah dan mengharapkan hidup yang akan datang. f. Tetapi pengertian kita tentang Gereja sama sekali lain dengan pengertian Yesus, apabila kita memandang Gereja hanya sebagai kelompok sosial saja yang menerima dari Yesus doktrin- doktrin ajaran, ritus, hukum, struktur dan nilai-nilai yang menandainya serta membedakannya dari kelompok-kelompok sosial lainnya. Seandainya Gereja itu hanya suatu kelompok sosial saja, maka peranan Yesus dalam mendirikan Gereja dan hubunganNya dengan umat Perjanjian Baru, tidak berbeda dari peranan dan hubungannya dengan Napoleon, Washington, Musolini atau Mao dalam dan dengan kelompok sosialnya masing-masing. Bagi Gereja, Yesus mewujudkan sesuatu yang jauh lebih besar dan jauh lebih dalam, apabila dibandingkan dengan apa yang diwujudkan oleh tokoh-tokoh tersebut bagi bangsanya masing-masing. Peranan Yesus dalam umat Perjanjian Baru jauh lebih tinggi dari peranan Musa sendiri dalam umat Perjanjian Lama. Peranan Yesus bukan hanya sebagai utusan Allah seperti Musa yang menyampaikan kehendak dan janji Yahweh kepada umat terpilih. Peranan Yesus adalah peranan Putera Allah yang menjelma menjadi manusia untuk mewujudkan keintiman baru antara Allah dan semua orang yang akan masuk ke dalam keluarga Perjanjian Baru. g. Yesus mengadakan persatuan dengan Gereja jauh lebih akrab dan dalam dari pada persatuan Musa dengan umatnya: - Musa menyampaikan kebenaran Allah; Yesus adalah kebenaran. - Musa membimbing Israel menempuh jalan yang ditunjuk oleh Yahweh; Yesus adalah jalan. - Musa menuntun umat terpilih sampai di ambang tanah terjanji, di mana mereka dapat hidup makmur dan damai; Yesus adalah Hidup. h. Berkaitan dengan hidup rohani, ilahi dan kekal, Yesus memainkan suatu peranan yang istimewa sekali dalam Gereja: yang menjadi anggota umat Allah yang baru serta ahli waris perjanjian yang baru, hanya mereka yang mengambil bagian dalam kehidupan Yesus, bukan secara simbolik atau figuratif, melainkan secara nyata real. Ketika orang banyak mengerumuni Yesus, Dia bersabda kepada mereka: “Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia” Yoh 6: 48-51. Kepada orang-orang Yahudi yang bertengkar antara sesama mereka tentang arti kata-kata misteri itu, Yesus menjawab: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya”. Yoh 6: 53-58. i. Banyak eklesiolog berpendapat bahwa aal-usul Gereja dapat ditelusuri pada saat Yesus mengadakan Ekaristi, yaitu pada perjamun malam terakhir bersama para muridNya. Sebagaimana Paskah pertama di Mesir merupakan titik tolak pengadaan umat Perjanjian Lama, demikian pula Paskah di mana Yesus merayakan Perjamuan Terakhir merupakan saat pengadaan umat Perjanjian Baru. Berkat perjamuan tersebut 15 diadakan nukleus atau cikal bakal pertama umat Allah yang baru; di dalamnya, melalui persatuan sakramental dengan Kristus, mulai mengalir kehidupan ilahi Tritunggal yang Mahakudus. Demikianlah, “dengan merayakan qāhāl terakhir umat Israel lama pada perjamuanNya yang terakhir bersama murid-muridNya, sambil menyiapkan EkaristiNya dalam bentuk berakah doa syukur, dan segala kurban masa persiapan digantikanNya dengan kenangan kematianNya, Yesus mengadakan GerejaNya, ekklesia tou Theou Gereja Allah zaman akhir ini, umat Abraham”. 16

2.3. Gereja menurut Yesus Kristus