Yesus Kristus “pendiri” Gereja

bukan seorang pendiri agama atau seperti seorang tokoh historis yang terkenal atau tidak, melainkan sebagai Putera Allah. Putera Allah yang kepadaNya tergenapi pewahyuan cinta kasih tidak terbatas Allah bagi umat manusia. Yesus Kristus, sebenarnya, bukan hanya seorang ‘rivelator’, pewahyu dalam diriNya sendiri dan dalam Trinitas, melainkan juga ‘pewahyu’ dan ‘wahyu’ Gereja. Dapat dikatakan bahwa Eklesiologi Yesus Kristus adalah Eklesiologi asal-usul cikal bakal: Eklesiologi ini sangat penting karena merupakan dasar dari segala Eklesiologi; dan benar, karena mengkonfirmasikan proyek atau rencana penyelamatan Allah dan membangun kriteria kebenaran dari segala Eklesiologi. Sebagaimana dalam Kristologi, hanya Yesus sendiri yang dapat mentrasformasikan, karena Dia sendiri yang memiliki kapasitas mewahyukan identitas dirinya yang sejati Putera Allah kepada kita, demikian pula halnya ada Eklesiologi asal-usul, yang datang secara langsung dari Yesus. Gereja adalah “tubuh” mistikNya, perluasan dan perpanjangan atau penerusan kemanusiaan Yesus yang menebus, tanda kelihatan dari rencana cinta ilahiNya sepanjang zaman. Hanya Sabda Tuhan yang mewahyukan kepada kita siapakah sebenarnya Yesus Kristus dan apa sebenarnya Gereja itu. Selain dari pada itu, kita perlu mendengarkan dengan kerendahan hati, penuh perhatian, taat, dan percaya, karena hanya dengan mendengarkan kita dapat mengerti kebenaran Kristus dan kebenaran Gereja. Kiranya tidak berlebihan, jika dikatakan bahwa Yesus adalah teolog dan eklesiolog pertama. 17 Menyangkut Gereja, Yesus bukan hanya primum ontologicum asal-usul ontologis, karena “Gereja muncul terutama karena penyerahan diri Kristus secara menyeluruh untuk keselamatan kita, yang didahului dalam penciptaan Ekaristi dan direalisasikan pada kayu salib”, 18 tetapi juga primum logicum asal-usul logis: Yesuslah yang telah merencanakan, memikirkan, memprogram, dan mendefinisikan Gereja. Gereja bukanlah sebuah “hasil penemuan atau ciptaan” dari Petrus dan Paulus. Gereja adalah “hasil penemuan atau ciptaan” Yesus Kristus atau tepatnya Tritunggal Mahakudus, yang dengan dan dalam Kristus telah merealisasikan cinta kasihNya kepada umat manusia. Gereja lahir secara langsung dari hati dan kehendak Sabda yang berinkarnasi dan Gereja adalah kelanjutan kekal Sabda itu. Sebagaimana keluarga manusia memiliki asal-usul dari Adam, demikian pula “keluarga Allah”, Gereja, memiliki asal-usul dari Yesus Kristus.

2.4. Yesus Kristus “pendiri” Gereja

Gereja menyadari diri bahwa satu-satunya “pendiri”, sebagai batu penjuru yang menopang seluruh bangunan adalah Yesus Kristus. “Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” 1 Kor 3: 11. Dia adalah “batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah” bdk. 1 Ptr 2: 4. Dan Yesus adalah Anak Domba yang “telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi” bdk. Why 5: 9-10. Demikianlah beberapa kesaksian dari Paulus, Petrus dan Yohanes. “Gereja, menurut kesaksian Perjanjian Baru adalah karya Yesus Kristus – dalam 17 Battista Mondin, La Chiesa sacramento d’amore, Edizioni Studio Domenicano, Bologna, 1993, hlm. 34. 18 Katekismus Gereja Katolik, no. 766. identitas Tuhan yang hidup di dunia dan bangkit seperti telah direfleksikan oleh tulisan-tulisan PB tersebut”. 19 Beberapa teolog terutama: K. Rahner dan G. Lohfink sedikit berhati-hati menyangkut penggunaan istilah “pendiri” untuk menggambarkan hubungan Yesus dengan Gereja. Mereka memilih menggunakan istilah “derivasi”, turunan, atau “asal-usul Gereja oleh Yesus”. Kesulitan dalam melihat hubungan Yesus dengan Gereja, lahir dari cara memahami Gereja dan cara menafsirkan hubungannya dengan Israel. Sebenarnya, jika Gereja dimengerti sebagai agregasi, keanggotaan religius yang semuanya baru dibandingkan dengan Israel, seperti sebuah “persekutuan kedua” yang menyangkal persekutuan pertama, seperti suatu “umat Allah yang baru” yang mengecualikan yang lama, maka paham bahwa Yesus pendiri Gereja itu sah dan dapat dibenarkan. Sebaliknya paham tersebut tidak mempunyai alasan dan jatuh bila Gereja dipandang, menurut kacamata para penulis Perjanjian Baru, sebagai “Israel sejati” dan sebagai “umat Allah” yang otentik. Untuk menjernihkan persoalan apakah Yesus pantas dengan gelar “mendirikan” Gereja, diperlukan verifikasi berangkat dari Yesus sendiri, bahwa Dia telah mengkonsep dan merencanakan sebuah realitas historis yang menyelamatkan seperti yang ditemukan secara aktual dalam Gereja. Tentu saja, Yesus bukan seorang Eklesiolog yang duduk di belakang meja untuk menyusun sebuah traktat tentang Gereja, dan lantas mengajarkannya kepada para muridNya. Tetapi, Yesus meskipun tanpa pernah menggunakan istilah “Gereja”, mempunyai program historis penyelamatan yang jelas untuk direalisasikan: program Kerajaan Allah. Program ini oleh Yesus dipercayakan kepada para muridNya, artinya kepada “Gereja” Nya. Yesus mempunyai ide yang sangat jelas tentang Kerajaan Allah dan umat Allah yang menjadi bagiannya. Kerajaan Allah adalah kerajaan di mana berjaya cintaNya, hidupNya, kebahagianNya, kesucianNya: kerajaan cinta. Yang menjadi bagiannya, terutama adalah umat pilihan Allah, Israel. Pemilihan”duabelas” murid mempunyai makna simbolis: mewakili dua belas suku Israel. Mereka adalah rekan kerja Yesus dalam mengumpulkan Israel berhadapan dengan basileia kerajaan yang akan datang. Kelompok para murid sejak awal mempunyai tugas kedua, yang berkaitan dengan tugas pertama: para murid harus mewakili secara simbolis dalam keberadaan mereka, sebagai pribadi dan komunitas, semua yang terjadi di Israel: dedikasi penuh kepada Injil Kerajaan Allah, pertobatan radikal kepada sebuah cara hidup baru, komunikasi tanpa kekerasan dan tanpa dominasi, perkumpulan dalam komunitas persaudaraan. Jelas bahwa kelompok para murid bukan “sisa-sisa orang suci” Israel, bukan sebuah komunitas baru di dalam atau di luar umat Allah dan bukan komunitas yang Yesus bangun sebagai oposisi, yang didirikan seperti kelompok pengganti atau kelompok alternatif Israel. Kelompok para murid harus didefinisikan dalam terang rujukan permanen dan bermakna kepada seluruh Israel. Kelompok para murid merupakan pralambang umat eskatologis Allah, yang percaya kepada Yesus. 3.G EREJA DALAM KESADARAN KOMUNITAS K RISTEN AWALI

3.1. Kesadaran tentang dirinya sendiri