Hama dan Penyakit Pemanenan Hasil

Cilubang Mekar Bogor Penanaman di lokasi ini baru pertama kalinya, karena petani disini ingin mencoba penanaman Ubi Cilembu di lahan mereka. Dimana bibit yang dipakai juga langsung diambil dari bibit ubi yang biasa dipakai di Cilembu. Karena penanaman di lokasi ini ubi jalar biasa ditanam di daerah tegalan, maka lahan pertanaman dilakukan penyiraman terus-menerus hingga satu minggu agar tanah menjadi lembab, dan umbi cepat tumbuh. Penyiraman selanjutya bisa dilakukan satu minggu sekali secara berkala. Tetapi jika saat penanaman sedang waktunya musim hujan maka tidak usah disiram lagi. Setelah tanaman berumur satu bulan, lereng pematang biasa dibongkar sampai terlihat akar-akar tanamannya tersembul keluar. Kemudian dibiarkan selama kurang lebih 10 hari, setelah itu dinormalkan kembali. Hal ini dilakukan agar guludan menjadi longgar dan bisa mempercepat pembentukan umbi. Pupuk biasa diberikan 1 bulan setelah penanaman. Sebelumnya tanaman di siang seperlunya dan batang dibalik pada guludan selama pertumbuhannya untuk mencegah perakaran pada ruas. Pupuk yang biasa digunakan yaitu pupuk TSP 100 kg dan 50 kg urea per hektarnya, juga memakai pupuk NPK dengan dosis 5 grrumpun, jarang menggunakan pupuk organik. Pemeliharaan tanaman di lokasi ini juga dilakukan pembalikkan batang, karena batang akan terus menjalar. Jika tidak dilakukan hal ini maka akan tumbuh akar pada ketiak daun dan akar ini bisa membentuk umbi-umbi kecil yang nantinya mengurangi tabungan makanan bagi umbi besar yang tumbuh di guludan.

4.3.5. Hama dan Penyakit

Desa Cilembu Sumedang Hama yang biasa menyerang tanaman ubi yaitu ulat karena tanah kurang terurus, hama wereng karena kurang penyemprotan, juga lanas. Cara pengendaliannya yaitu perlu adanya pemeliharaan secara intensif, juga penyemprotan untuk hama-hama tertentu. Cilubang Mekar Bogor Hama yang biasa menyerang yaitu ulat, biasanya ulat ini mengerogoti daun-daun sehingga daun menjadi abis, sehingga untuk proses fotosintesis terganggu, menyebabkan daun menjadi warna kuning.

4.3.6. Pemanenan Hasil

Desa Cilembu Sumedang Proses pemanenan hasil dilakukan secara sederhana, yaitu mencangkul tiap guludan dan mengambil umbi-umbi yang sudah tumbuh besar. Mencangkulnya dari dasar guludan dan harus secara hati-hati, karena jika asal maka ujung cangkul bisa mengenai buah umbinya. Untuk daun-daunnya bisa dikumpulkan atau dimanfaatkan sebagai makanan ternak. Hasil umbi bisa mencapai 10 ton per hektar. Dengan ukuran panjang umbi sekitar 25 cm – 35 cm dan diameter 7 cm – 17 cm. Untuk penyimpanan dan pengawetan hasil ubi jalar tidak kuat disimpan lama. Penyimpanan ubi biasanya hanya disimpan di box atau keranjang atau di gudang penyimpanan, dan buah ubinya tidak dibersihkan dulu dari tanah. Ubi yang disimpan tersebut siap untuk dijual. Cara penyimpanan yang baik adalah dengan menyimpannya pada ruangan terbuka dan tidak lembab lalu diberi alas kardus atau karung agar ubi tidak langsung menyentuh lantai yang dapat mengakibatkan ubi terkena hawa dingin dan menjadi lembab. Harga untuk ubi mentah Rp 10.000 per kilo, sedangkan ubi yang sudah di oven harganya Rp 12.000 per kilo. Cilubang Mekar Bogor Proses pemanenan hasil juga dilakukan secara sederhana, yaitu dengan mencangkul tiap guludan, kemudian mengambil umbi-umbi yang sudah tumbuh besar. Mencangkulnya dari dasar guludan dan harus secara hati-hati, karena jika asal maka ujung cangkul bisa mengenai buah umbinya. Hasil umbi bisa mencapai 7-8 ton per hektar. Dengan ukuran panjang umbi sekitar 10 cm – 17 cm dan diameter sekitar 7 cm – 10 cm. Karena penanaman Ubi Cilembu di lokasi ini hanya percobaan saja, maka hasil yang didapat sedikit, buahnya tidak terlalu besar dan setelah dicoba untuk di oven rasa buah tidak semanis buah ubi asli cilembu sehingga hasil panen langsung dijual saja. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari ubi biasanya. Ubi Cilembu tersebut telah menyebar ke beberapa daerah seperti puncak Bogor, Bandung, Cirebon, hingga luar negeri. Ubi Cilembu tumbuh baik dengan menghasilkan rasa yang manis juga ukuran yang besar jika ditanam di habitatnya yaitu di Desa Cilembu itu sendiri. Tapi hanya ada beberapa hektar saja lahan yang biasa ditanam oleh Ubi Cilembu tersebut. Karena Ubi Cilembu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka banyak petani ubi jalar yang mulai mencoba menanam Ubi Cilembu di daerah lain selain di Desa Cilembu. Tetapi menurut beberapa penelitian bahwa umbi yang dihasilkan tidak terlalu besar dan rasa yang dihasilkan tidak seperti Ubi Cilembu. Menurut penelitian Muhammad Amir Solihin 2007, Kabupaten Sumedang mempunyai potensi pengembangan Ubi Cilembu seluas 39.636 hektar dari luas lahan yang dikaji seluas 45.837 hektar. Upaya pengembangan yang dapat dilakukan harus memperhatikan faktor pembatas yang umumnya disebabkan kondisi kesuburan tanah, kondisi perakaran dan bahaya erosi. Pengembangan ini masih bersifat kuantitas karena secara kualitas sulit dapat menyamai kualitas Ubi Cilembu yang ditanam di Desa Cilembu. Permintaan terhadap Ubi Cilembu semakin meningkat sehingga ada sebagian petani ubi jalar yang ingin mencoba menanam Ubi Cilembu di daerahnya masing-masing dengan harapan menanam Ubi Cilembu dengan bibit yang sama bisa menghasilkan kualitas yang sama dengan hasil Ubi Cilembu dari Desa Cilembu, seperti halnya petani yang ada di Bogor yang lebih tepatnya di Desa Cilubang Mekar Bogor telah mencoba menanam Ubi Cilembu. Penelitian ini ingin menunjukkan kunci perkembangan Ubi Cilembu dengan membandingkan faktor lingkungan, faktor sifat tanah, dan faktor budidaya dari kedua tempat yaitu Desa Cilembu Sumedang dengan Desa Cilubang Mekar Bogor. Sehingga mengetahui faktor yang menyebabkan hasil Ubi Cilembu dengan kualitas ukuran umbi yang besar dan rasa yang manis.

5.1. Faktor Budidaya