5.1. Faktor Budidaya
Tabel 1. Perbandingan Teknik Budidaya di Lokasi Penelitian
Aspek Pembanding
Lokasi Penelitian Desa Cilembu
Desa Cilubang Guludan
Pembalikkan Batang
Pupuk Pasca Panen
Produksi Pengolahan tanah di lahan bekas
sawah dilakukan dengan cara jerami
dipotongdibabat dan
diletakkan berbaris-baris, selebar 40
cm, dengan
jarak tiap
tumpukan 100 cm. selanjutnya tanah-tanah diantara onggokan
jerami dicangkul, hasil cangkulan ditaruh di atas jerami.
Dilakukan setiap 3 minggu sekali Pupuk kandang dan kompos
Ada proses pemeraman ± 10 tonha
Guludan langsung dibuat tanpa ada penumpukan
jerami terlebih dahulu. Dilakukan setiap 3 minggu
sekali TSP 100 kg, 50 kg urea,
per hektarnya, dan NPK 5 grrumpun.
Tidak ada pemeraman ± 7 – 8 tonha
Perbandingan teknik budidaya antara 2 tempat tersebut memperlihatkan perbedaan dari segi kualitas umbi. Untuk masing-masing tempat melakukan
proses pembalikkan batang, tetapi hasil produksi umbi di Cilembu lebih tinggi daripada di Cilubang Mekar. Proses pembalikkan batang tersebut berguna untuk
menghasilkan umbi yang berukuran besar karena jika tidak dilakukan maka akan tumbuh akar pada ketiak daun dan akar ini bisa membentuk umbi-umbi kecil.
Pembuatan guludan di Desa Cilembu dilakukan dengan cara meletakkan jerami yang sudah dibabat diatas guludan, hal ini dimaksudkan agar setelah
beberapa hari jerami tersebut bisa melapuk menjadi kompos, sehingga membuat tanah di guludan tersebut menjadi subur.
Pupuk yang diberikan sangat berbeda, di Desa Cilembu hanya menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos sehingga kondisi
tanah gembur banyak bahan organik, sedangkan di Desa Cilubang menggunakan pupuk kimia seperti TSP, urea, dan NPK.
Hasil umbi yang besar di daerah Cilembu disebabkan karena ditempat ini memiliki suhu yang rendah dan curah hujan tinggi. Saat proses fotosintesis, unsur
K berperan dalam pembentukan umbi, banyak karbohidrat yang terbentuk dan
semakin banyak karbohidrat yang disimpan dalam umbi sehingga semakin besar pembentukan umbinya. Lingga, 1989
Perbedaan yang lain yaitu terlihat dari proses pemeraman saat pasca panen. Di Cilembu, umbi yang telah dipanen dilakukan proses pemeraman, proses
pemeraman ini mengakibatkan terjadinya pemecahan pati pada daging ubi menjadi gula sehingga rasa umbi akan terasa manis setelah di oven. Sedangkan di
Bogor, umbi yang telah di panen tidak dilakukan proses pemeraman, jadi umbi langsung dipasarkan karena hasil umbi tidak terlalu besar. Setelah dicoba di oven,
rasa yang dihasilkan juga tidak terlalu manis.
5.2. Faktor Fisik Tanah