I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ubi jalar Ipomoea batatas merupakan salah satu tanaman pangan yang dapat digunakan untuk diversifikasi menu guna mempertahankan swasembada
beras. Ubi jalar dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tahan kekeringan, dan dapat ditanam sepanjang tahun. Umumnya ubi jalar diusahakan pada lahan
tegalan, kebun, dan pekarangan, serta pada lahan sawah tadah hujan. Di Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang, ubi jalar
telah lama dikenal dan dibudidayakan secara turun-temurun. Ubi jalar varietas Cilembu yang terkenal dengan sebutan Ubi Cilembu telah dikenal tidak hanya di
daerah Sumedang, tetapi hampir dikenal di seluruh Jawa Barat dan sebagai salah satu komoditas unggulan daerah. Ubi Cilembu memiliki nilai ekonomis yang
tinggi karena rasa yang khas, manis seperti madu dan legit, struktur dagingnya kenyal dan menarik sehingga sangat digemari oleh pelaku usaha tani dan
konsumen. Ubi Cilembu telah mampu menembus pasar regional maupun internasional. Ubi jalar Cilembu asal Sumedang sejak lama telah menembus pasar
ekspor di Singapura, Malaysia, Korea, dan Jepang. Pengembangan komoditas unggulan Ubi Cilembu tengah menghadapi
ancaman penurunan jumlah produksi. Hal ini disebabkan lahan yang mempunyai karakteristik yang sesuai dengan potensi tumbuh Ubi Cilembu secara optimal di
desa Cilembu, sudah mulai banyak yang dialihfungsikan menjadi penggunaan lahan non pertanian.
Penggunaan lahan tersebut cenderung bersifat irreversibel, sehingga tidak mungkin mendapatkan kembali karakteristik lahan yang sesuai dengan
persyaratan tumbuh optimal Ubi Cilembu tersebut seperti semula. Semula lahan pertanian Desa Cilembu yang memungkinkan ditanami ubi jalar adalah seluas
292,16 hektar, yang terdiri dari 192 ha sawah, dan 100,16 ha lahan kering, tetapi sekarang luas tersebut sudah berkurang. Sufiadi Erwin, 1996,
Untuk mempertahankan keberlanjutan Ubi Cilembu dan potensi pasarnya yang potensial, perlu adanya upaya untuk mencari alternatif lahan yang sesuai
dengan kondisi dan karakteristik yang relatif serupa dengan lahan Cilembu.
Sampai saat ini belum diketahui secara jelas potensi pengembangan Ubi Cilembu di Kabupaten Sumedang.
Pemanfaatan lahan juga pengembangan sekaligus pemeliharaan Ubi Cilembu dapat dilakukan dengan cara pelestarian Ubi Cilembu karena Ubi
Cilembu tidak tumbuh di seluruh daerah. Lahan yang sudah ditanami saat ini di daerah Cilembu sekitar 20 hektar.
Sekarang ini marak dengan berita adanya Ubi Cilembu palsu, yang dimaksud yaitu ubi yang berukuran agak besar dan mempunyai rasa agak manis
seperti halnya Ubi Cilembu. Sudah beredar dipasaran dengan harga yang murah dan para pembeli tidak bisa membedakan kualitas Ubi Cilembu yang asli dan
yang tidak asli. Karena untuk saat ini hasil Ubi Cilembu yang bagus hanya bisa ditanam di suatu lokasi lahan di Desa Cilembu itu sendiri, sudah ada beberapa
contoh petani yang mencoba menanam di daerah lain, tapi hasil ubinya tidak sebaik yang asli dari Cilembu.
Ubi jalar kultivar Nirkum dari desa Cilembu – Sumedang , Jawa Barat, dapat ditanam di sawah maupun di lahan kering Arifin, 2002, mempunyai rasa
yang sangat manis setelah dipanggang selama 2 – 3 jam dalam oven. Ubi jalar Cilembu ini biasa dimakan sebagai penganan, keunggulan rasa ubi tersebut
menyebabkan nama “Cilembu” dipakai sebagai brand ubi jalar Nirkum yang mempunyai rasa manis, walaupun dihasilkan dari luar desa Cilembu. Nama Ubi
Cilembu kini dikenal luas di seluruh Indonesia, bahkan ubi ini juga diekspor ke mancanegara.
1.2. Tujuan