b. Stratum B terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20 – 30 m, tajuknya
kontinyu, batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak terlalu tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memerlukan
cahaya atau tahan naungan toleran, c.
Stratum C terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4 – 20 m, tajuknya kontinyu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil banyak cabang,
d. Stratum D merupakan lapisan perdu dan semak setinggi 1 sampai dengan 4
meter, dan e.
Stratum E merupakan lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah ground cover setinggi 0 – 1 m.
D. Sistem dan Teknik Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII
Sistem Silvikultur menurut Suhendang 2008 merupakan suatu rangkaian perlakuan yang terencana terdiri atas pemeliharaan, pemanenan, dan
pembangunan kembali suatu tegakan. Sedangkan sistem silvikultur menurut PP. 11Menhut-II2009 dalam Elias 2009 adalah sebagai sistem pemanenan
sesuai tapaktempat tumbuh berdasarkan formasi terbentuknya hutan yaitu proses klimatis dan edafis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka
pengelolaan hutan lestari atau sistem teknik bercocok tanam dan memanen. Menurut Troup 1966 dalam Departemen Kehutanan 1992 mengatakan
bahwa teknik silvikultur adalah proses penanaman, pemeliharaan, penebangan, penggantian suatu tegakan hutan untuk menghasilkan produksi
kayu, atau hasil hutan lainnya dalam bentuk tertentu. Sesuai dengan asas kelestarian hasil yang mendasari pengelolaan hutan, maka pemilihan teknik
silvikultur memerlukan pertimbangan yang seksama dan mencakup keadaan atau tipe hutan, sifat fisik tanah, struktur komposisi, topografi lahan,
pengetahuan profesional rimbawan, dan kemampuan pembiayaan. Munculnya TPTII diilhami oleh program accelerated optimal growth yang
bisa diterapkan dalam sistem TPTJ atau tebang habis, sehingga muncullah teknik silvikultur intensif. Sistem TPTJ dengan teknik silvikultur intensif oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kehutanan dinamakan
Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif. Tujuan diberlakukannya Teknik Silvikultur Intensif Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII adalah
karena sistem Tebang Pilih Tanam Jalur TPTJ telah dicabut oleh pemerintah. Disamping itu tujuan dari TPTII adalah : 1 Untuk mewadahi teknik
silvikultur intensif agar bisa segera berfungsi supaya standing stock hutan Indonesia bisa kembali normal dan bahkan bisa meningkat dari rotasi ke
rotasi berikutnya, 2 Untuk menyempurnakan kekurangan yang terdapat pada TPTJ, misalkan penentuan spesies target, upaya untuk meningkatkan
produktifitas dan kualitas produk lewat tindakan pemuliaan pohon, akselerasi pertumbuhan dan tindakan pengendalian hama terpadu. Soekotjo, 2009
Dalam pelaksanaan TPTII, menurut Soekotjo 2009 khususnya dalam persiapan penanaman dan tebangan dilakukan persis sama dengan apa yang
dilakukan pada Tebang Pilih Indonesia TPI dan Tebang Pilih Tanam Indonesia. Limit diameter pada beberapa lokasi menyesuaikan TPTJ, yakni
diameter diatas 40 cm. Perbedaannya dengan TPTJ adalah pada TPTII jarak antar jalur tanamnya adalah 20 m, dan jarak tanam dalam jalur tanamnya
adalah 2,5 cm. Dengan demikian N per ha riil adalah 200 batang dan pada akhir rotasi jumlah pohonnya 160 batang, dengan cara menjarang tiang atau
pohon yang inferior. Apabila pohon dengan rerata diameternya 50 cm per batang maka akan menghasilkan kayu sekitar 2,5 m
3
sehingga bila N per ha- nya 160 batang, standing stock-nya dapat mencapai 400 m
3
a. Kontrol pengelolaan lebih efisien, murah, dan mudah,
ha. Dalam hal ini keunggulan dari teknik TPTII ini diantaranya :
b. Sedari awal pembangunannya telah menggunakan bibit dengan jenis
terpilih sehingga pada rotasi berikutnya telah menggunakan bibit dari hasil pemuliaan. Hal ini dapat diprediksi meningkatkan nilai produktivitas
sehingga kualitas produk dapat lebih baik, c.
Target produksi bisa flexibel tergantung pada inestasi pada tanaman kayu sebagai produk metabolisme sekunder,
d. Keanekaragaman hayati atau kondisi lingkungan menjadi lebih baik,
e. Kemampuan produksi perusahaan semakin meningkat.
E. Hubungan antara Tanah dengan Tegakan