Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Stratifikasi

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui struktur dan komposisi tegakan hutan pada kondisi satu tahun setelah kegiatan penebangan dan penjaluran tegakan tinggal pada Et+1 yang dikelola dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif Silvikultur Intensif di tiga tingkat kelerengan yaitu datar 0-15, sedang 15-25, dan curam 25 . 2. Mengetahui kondisi tanaman pengayaan di jalur tanam pada Et+1. 3. Mengetahui kondisi sifat fisik dan sifat kimia tanah pada areal satu tahun setelah penebangan yang dilaksanakan oleh PT. Erna Djuliawati.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada PT. Erna Djuliawati mengenai perkembangan kondisi tegakan hutan pada satu tahun setelah kegiatan penebangan dan penjaluran dengan menggunakan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII. I I . TI NJ AUAN PUSTAKA

A. Hutan Hujan Alam Tropika 1. Batasan Hutan Hujan Alam Tropika

Menurut UU RI No.41 Tahun 1999 kawasan hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan menurut Soerianegara dan Indrawan 1989 adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan diluar hutan. Hutan hujan tropika tropical rain forest memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Iklim selalu basah, 2. Tanah kering dan bermacam-macam jenis tanah, 3. Di pedalaman, pada tanah rendah rata atau berbukit 1000 m dpl dan pada tinggi sd 4000 m dpl, 4. Dapat dibedakan menjadi 3 zone menurut ketinggiannya: a. Hutan hujan bawah 2 – 1000 m dpl, b. Hutan hujan tengah 1000 – 3000 m dpl, c. Hutan hujan atas 3000 – 4000 m dpl. 5. Hutan hujan bawah dengan jenis kayu penting lebih banyak didominasi dari family Dipterocarpaceae marga : Shorea, Hopea, Dipterocarpus, Vatica, dan Dryobalanops. Sedangkan genus lainnya antara lain : Agathis, Altingia, Dialium, Duabanga, Dyera, Coompassia, dan Octomeles. Hutan hujan tengah dengan jenis kayu utama terdiri atas family Lauraceae, Fagaceae, Cunoniaceae, Magnoliaceae, Hammamelidaceae, Ericaceae, dan lainnya. Hutan hujan atas dengan jenis kayu utama berasal dari family Coniferae Araucaria, Dacrydium, Podocarpus, Ericaceae, Laptospermum, Clearia, Quercus, dan lainnya. 6. Di Indonesia terdapat terutama di Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian.

2. Komponen Penyusun Hutan Hujan Tropika

Menurut Ewusie 1980 berdasarkan komponen penyusunnya kondisi hutan hujan tropika dibedakan atas komponen abiotik dan biotik. 1. Komponen abiotik terbagi atas : a. Suhu. Iklim hutan hujan tropika ditandai oleh suhu yang tinggi dan sangat rata. Rataan suhu tahunan berkisar antara 20° C - 28° C dengan suhu terendah pada musim hujan dan suhu tertinggi pada musim kering. Setiap naik 100 meter di pegunungan, rataan suhu itu berkurang 0,4° C – 0,7° C. b. Curah hujan. Hutan hujan tropik menerima curah hujan berlimpah sekitar 2000 – 3000 mm dalam setahunnya. c. Kelembaban atmosfer. Kelembaban hutan hujan tropika rata-rata sekitar 80. Pada tumbuhan teduhan lamanya kelembaban maksimum bertambah dari sekitar 14 jam selama musim kering menjadi 18 jam pada musim hujan. d. Angin. Di wilayah tropika kecepatan angin biasanya lebih rendah dan angin topan tidak begitu sering. Rataan kecepatan angin tahunan di daerah hutan hujan pada umumnya kurang dari 5 kmjam dan jarang melampaui 12 kmjam. e. Cahaya. Meskipun jumlah sinar matahari harian tidak pernah kurang dari 10 jam dimanapun di wilayah tropika, tetapi jumlah sinar matahari cerah sesungguhnya selalu kurang dari jumlah tersebut diatas, karena derajat keberawanan yang tinggi. f. Karbondioksida. Karbondioksida dianggap penting dari segi ekologi karena bersama - sama dengan cahaya merupakan faktor pembatas bagi fotosintesis dan perkembangan tumbuhan. 2. Komponen biotik hutan hujan alam tropika terdiri kelompok produsen, konsumen dan dekomposer atau pengurai. Kelompok pengurai dan konsumen tidak dibahas dalam penelitian kali ini. Dari jenis produsen hanya terdiri atas aneka jenis tetumbuhan yang tergabung dalam kelompok herba, liana woody liana dan non woody liana, tumbuhan epifit, pencekik, saprofit, dan parasit.

B. Dinamika Masyarakat Tumbuhan 1. Definisi Suksesi

Misra 1980 mendefinisikan suksesi sebagai suatu proses universal dari perkembangan komunitas. Suksesi selalu memulai pertumbuhannya pada area yang terbuka. Beberapa area tersebut kemungkinan primer atau sekunder. Area primer adalah suatu tempat dimana sebelumnya tidak terdapat kehidupan suatu jenis tanaman pun seperti bebatuan, pasir, dan air. Sedangkan area sekunder adalah suatu tempat dimana terdapat kehidupan tanaman tetapi musnah karena satu atau lebih faktor. Sedangkan menurut Odum 1992 suksesi adalah suatu proses perubahan komunitas yang merupakan urutan pergantian komunitas satu dengan yang lainnya pada satu area yang ada. Soerianegara dan Indrawan 1989 menyebutkan bahwa masyarakat hutan adalah suatu sistem yang hidup dan tumbuh, suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat hutan terbentuk secara berangsur-angsur melalui beberapa tahap invasi oleh tumbuh-tumbuhan, adaptasi, agregasi, persaingan, penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilisasi. Proses ini disebut suksesi atau sere. Selama suksesi berlangsung hingga tercapai stabilisasi atau keseimbangan dinamis dengan lingkungan terjadi pergantian-pergantian masyarakat tumbuh-tumbuhan hingga terbentuk masyarakat yang disebut vegetasi klimaks. Pada masyarakat yang telah stabil pun selalu terjadi perubahan-perubahan, misalnya karena pohon- pohon tua tumbang dan mati, timbullah anakan-anakan pohon atau pohon- pohon yang selama ini hidup tertekan, setiap ada perubahan, akan ada mekanisme atau proses yang mengembalikan pada keadaan kesetimbangan.

2. Proses Suksesi

Waktu berlangsungnya suksesi tergantung pada siklus hidup sebagian besar organisme dalam ekosistem. Suksesi terrestrial dimulai terbentuknya endapan abu vulkanik baru sampai terbentuknya hutan dalam ukuran dekade sampai abad McNaughton dan Wolf, 1990. Menurut Misra 1980, evolusi komunitas tanaman melibatkan beberapa proses penting, diantaranya adalah : a. Nudation, yaitu terbukanya vegetasi penutup tanah. b. Migration including initial colonisation, yaitu cara dimana tumbuh- tumbuhan sampai pada daerah yang terbuka, bisa dalam bentuk germules, propagulae, atau migrules. Biji atau benih tumbuhan tersebut tersebar ke daerah-daerah tersebut terbawa oleh angin, aliran air, hewan-hewan tertentu, manusia, glasier, dan sebagainya. c. Ecesis, yang merupakan proses perkecambahan, pertumbuhan, berkembang biak dan menetapnya tumbuhan baru tersebut. Sebagai hasil ecessis individu-individu dari spesies tumbuh baik di suatu tempat. Tanaman pertama yang tumbuh pada area yang baru tersebut dinamakan pioner colonisers. d. Agregation, dimana pada awalnya tanaman-tanaman pionir berada dalam jumlah yang sangat sedikit dan tumbuh secara berjauhan dengan yang lainnya. Seiring berjalannya waktu, individu-individu tersebut berkembang dan menghasilkan struktur reproduktif yang akan tersebar disekelilingnya dan setelah berkecambah akan membentuk kelompok beragregasi. Ada dua tipe agregasi, yaitu simple agregation dan mixed agregation. e. Evolution of community relationship, yaitu suatu proses dimana daerah kosong ditempati spesies yang berkoloni, spesies tersebut akan berhubungan satu sama lainnya. Hubungan yang terjadi dapat membentuk tiga tipe, yakni exploitation, mutualism, dan Co-existence. f. Invation, yaitu dalam proses kolonisasi, biji tumbuhan yang telah beradaptasi dalam waktu yang relatif panjang tumbuh dan menetap. g. Reaction, yaitu terjadi perubahan habitat yang disebabkan oleh tumbuhan itu sendiri. Kondisi ini sebagai dampak dari interaksi antara vegetasi dan habitat. Reaction merupakan proses yang terus menerus dan menyebabkan kondisi yang kurang cocok bagi tumbuhan yang telah ada dan lebih cocok pada individu yang baru. h. Stabilization, yaitu suatu proses dimana telah terbentuk individu yang dominan dan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur vegetasi yang sudah dapat dikatakan relatif konstan. i. Klimaks, yaitu tahap akhir perubahan vegetasi, keadaan habitat dan struktur vegetasi konstan, karena pembentukkan jenis dominan telah mencapai batas. Jenis dominan dari komunitas klimaks hampir mendekati harmonis dengan habitat dan lingkungannya. Whitmore 2003 membagi siklus pertumbuhan hutan atas tiga tingkatan, yaitu fase rumpang, fase perkembangan, dan fase pendewasaan, dimana secara bersama-sama membentuk mosaik yang terus menerus mengalami perubahan keadaan dan bentuk. Di daerah Amerika Tengah, Budowski 1965 dalam Longman 1992 menyatakan empat tahap yang terjadi pada suksesi hutan tropis, yaitu : tingkat pionir, tingkat sekunder awal, tingkat sekunder akhir dan klimaks. Jenis-jenis yang terdapat pada dua tingkat pertama memiliki penyebaran yang luas dan kemunculannya dalam hutan tropis tertentu tetap pada jumlah yang besar. Jenis-jenis yang berada pada tingkat sekunder akhir mencapai ukuran tertentu dan di Afrika setidaknya sering terdapat pada kondisi formasi hutan yang agak lebih kering daripada hutan yang beregenerasi itu sendiri. Akhirnya pada tingkat klimaks, tercapainya keseimbangan komunitas.

3. Perubahan Masyarakat Tumbuh-tumbuhan dalam Proses Suksesi

Menurut Richard 1966, fase pertama dari suatu suksesi di hutan hujan tropis adalah didominasi oleh rerumputan, yang biasanya berumur pendek dan tidak lebih dari satu tahun. Fase selanjutnya didominasi oleh semak, tetapi dominansi biasanya terjadi hampir secara langsung dari bentuk tanaman rerumputan ke bentuk pohon. Kemudian lambat laun berkembang sebuah hutan sekunder yang didominasi oleh pohon-pohon berumur pendek, cepat tumbuh dan tersebar melalui angin dan hewan. Lebih lanjut lagi kondisi ini secara perlahan-lahan berubah dan berkembang menjadi suatu komunitas yang klimaks klimatik. Beberapa spesies toleran memiliki kapasitas untuk menginvasi areal hutan pada awal proses suksesi berlangsung. Sementara menurut Spurr dan Burton 1980 pohon toleran yang lain karena kemungkinan siklus hidupnya yang pendek ataupun ketidakmampuannya mencapai tingkat overstorey dan bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ada, kemungkinan tidak pernah menjadi bagian besar dari akhir suatu suksesi hutan. Menurut Soerianegara dan Indrawan 1989 suatu suksesi primer diawali oleh permukaan tanah telanjang kemudian berkembang vegetasi cryptogamae, rumput herba dan semak kecil, vegetasi semak belukar, vegetasi perdu pohon dan akhirnya terbentuklah vegetasi klimaks hutan.

4. Perubahan Lingkungan Fisik dalam Proses Suksesi

Perkembangan komunitas di daratan ataupun di perairan merupakan suatu proses yang mana pada fase awal hanya terdapat jenis tumbuhan berumur pendek dalam jumlah yang sedikit. Seiring berjalannya waktu tumbuhan-tumbuhan tersebut meningkat jumlahnya dan mengubah komponen abiotik, terutama tanah dan iklim mikro. Perubahan lingkungan ini kemungkinan sesuai untuk pertumbuhan dan pembentukan beberapa jenis lainnya yang lebih tinggi yang menginvasi areal tersebut dan mencari niche yang sesuai untuk perkembangannya kemudian menjadi bagian dari komunitas yang ada Misra, 1980. Ewusie 1980 menyatakan bahwa pada waktu tutupan hutan dihilangkan, segera terjadi perubahan intensitas cahaya, suhu, dan kelembaban. Tatanan iklim mikro hutan asli hilang. Berdasarkan kenyataan bahwa tanah hutan tersebut kemudian terkena hujan dan matahari sehingga terjadi penurunan harkat tanah yang mengakibatkan pengikisan dan kehilangan humus dengan cepat. Di daerah tropika yang mempunyai musim kering yang periodik, suksesi lebih cepat terjadi pada musim hujan tetapi proses ini sebagian terjadi juga pada musim kering. Pada setiap sistem ini, beberapa struktur vegetasi yang terjadi hilang selama musim kering selanjutnya. Proses tersebut berlangsung terus sampai strukturnya mempunyai perubahan yang stabil yang dikatakan sebagai keadaan yang mantap. Disamping perbedaan yang disebabkan oleh air, ada juga yang disebabkan oleh temperatur menurut ketinggian.

C. Stratifikasi

Menurut Ewusie 1980 didalam masyarakat tumbuh-tumbuhan hutan, terjadi persaingan antara individu-individu dari suatu jenis species atau berbagai jenis. Karena mereka mempunyai kebutuhan yang sama, misalnya dalam hal hara mineral tanah, air cahaya dan ruang. Hutan hujan tropika dikenal dengan adanya perlapisan atau stratifikasi. Hutan Tropika menampilkan tiga lapisan pohon yaitu lapisan paling atas tingkat-A terdiri dari pepohonan setinggi 30 – 45 m dengan tajuk yang diskontinyu, lapisan pepohonan kedua tingkat-B terdiri dari pepohonan dengan tinggi sekitar 18 – 27 m dengan tajuk yang kontinyu sehingga membentuk kanopi, lapisan pepohonan ketiga tingkat-C, terdiri dari pepohonan dengan tinggi sekitar 8 – 14 m cenderung membentuk lapisan yang rapat. Selain lapisan pepohonan juga terdapat semak belukar yang ketinggiannya kurang dari 10 m dan yang terakhir adalah lapisan terna yang terdiri dari tetumbuhan yang lebih kecil yang merupakan kecambah dari pepohonan yang lebih besar dari bagian atas, atau spesies terna. Soerianegara dan Indrawan 1989 menyatakan bahwa didalam masyarakat hutan, sebagai akibat persaingan, jenis-jenis tertentu lebih berkuasa dominan dari pada yang lain. Pohon-pohon tinggi dari stratum lapisan teratas mengalahkan pohon-pohon yang lebih rendah, merupakan pohon yang mencirikan masyarakat hutan yang bersangkutan. Stratifikasi tajuk dalam hutan hujan misalnya sebagai berikut: a. Stratum A merupakan lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30 m keatas. Biasanya tajuknya diskontinyu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang clear bole tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini pada waktu mudanya, tingkat semai hingga sapihan seedling sampai sapling, perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak, b. Stratum B terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20 – 30 m, tajuknya kontinyu, batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak terlalu tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memerlukan cahaya atau tahan naungan toleran, c. Stratum C terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4 – 20 m, tajuknya kontinyu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil banyak cabang, d. Stratum D merupakan lapisan perdu dan semak setinggi 1 sampai dengan 4 meter, dan e. Stratum E merupakan lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah ground cover setinggi 0 – 1 m.

D. Sistem dan Teknik Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif TPTII