Metode Pengambilan Contoh Tanah Pengukuran Sifat Fisika dan Kimia Tanah

E. Metode Pengambilan Contoh Tanah

Tujuan pengambilan contoh tanah adalah untuk mendapatkan data sifat fisika dan kimia tanah guna kebutuhan simulasi. Pengambilan contoh tanah kajian untuk sifat fisika tanah dilakukan dengan menggunakan metode tanah tidak terusik dan sifat kimia tanah dengan menggunakan metode tanah terusik. Cara pengambilan contoh tanah dengan metode tidak terusik adalah dengan menumpuk 2 ring tanah menjadi satu kemudian ditekan ke permukaan tanah yang telah dibersihkan dari rumput, batu, atau kerikil, dan sisa-sisa tanaman atau bahan organik segar atau lapisan serasah kasar. Setelah seluruh bagian ring tanah penuh terisi tanah maka ring dicongkel dengan golok dan tanah langsung dikemas dalam kantong plastik. Pengambilan dilakukan di plot pengamatan pada kelerengan datar, sedang dan curam pada bawah tegakan, jalan sarad serta pada jalur tanam. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0 – 20 cm dan kedalaman 20 – 40 cm. Sedangkan metode tanah terusik adalah tanah secara langsung dicongkel dengan menggunakan alat pencongkel sesuai dengan kedalaman yang diinginkan dalam hal ini sedalam 20 cm dari lapisan tanah atas kemudian langsung dimasukkan kedalam plastik tertutup. Adapun sifat fisika tanah yang diamati antara lain tekstur tanah, berat isi, ruang pori dan kadar air contoh tanah. Sedangkan untuk sifat kimianya dianalisa antara lain pH tanah dan nitrogen, serta unsur-unsur hara makro dan mikro.

F. Analisis Data Vegetasi

Analisis Vegetasi dari jenis-jenis pohon dan permudaannya dapat menentukan nilai-nilai sebagai berikut:

1. Indeks Nilai Penting INP

Indeks Nilai Penting INP ini digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya. Indeks Nilai Penting merupakan penjumlahan dari Kerapatan Relatif KR, Dominansi Relatif DR, dan Frekuensi Relatif FR Soerianegara dan Indrawan 1989. Struktur horizontal dari hutan tropika dalam bentuk kerapatan, frekuensi, dominansi, dan indeks nilai penting. Kerapatan menyatakan jumlah individu per hektar, frekuensi menyatakan penyebaran dari jenis yang diteliti, semakin tinggi nilai frekuensinya maka persebaran jenis tersebut akan semakin merata. Dominansi dinyatakan dalam jumlah luas bidang dasar dari jenis-jenis yang diteliti per–hektar. Indeks Nilai Penting merupakan jumlah dari Kerapatan Relatif KR, Frekuensi Relatif FR dan Dominansi Relatif DR. Kerapatan = Jumlah individu suatu jenis Luas area sampel KR = Kerapatan suatu Jenis Kerapatan seluruh jenis × 100 Dominansi = Jumlah LBDS suatu jenis Luas areal sampel DR = Dominansi suatu jenis Dominansi seluruh jenis × 100 Frekuensi = Jumlah plot ditemukan suatu jenis Jumlah seluruh plot FR = Frekuensi suatu jenis Frekuensi seluruh jenis × 100 INP = KR + FR untuk semai dan pancang INP = KR + FR + DR untuk tiang dan pohon

2. Keanekaragaman Jenis

Menurut Magurran 1988 istilah keanekaragaman jenis dikemukakan pertama kali oleh Good 1953, merupakan parameter yang sangat berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan. Magurran 1988 menyebut konsep ini sebutan spesies abundance atau kelimpaan jenis. Dari sekian jenis Indeks heterogenitas pada penelitian ini menggunakan Indeks Shannon-Wiener. Rumus dari Shannon-Wiener Index of General Diversty : ∑ =                   = s 1 i ln - H N n N n i i Keterangan : H’ = Shannon-Wiener Index of General diversity n i N = Total Indeks Nilai Penting = Indeks nilai penting jenis i Dalam Indeks ini menggunakan parameter nilai Indeks Keanekaragaman Jenis H’, jika 1.5 menunjukkan kekayaan jenis yang tergolong rendah, sedangkan jika nilai H’ antara 1.5 dan 3.5 tergolong sedang dan H’ 3.5 menunjukkan keanekaragaman yang tergolong tinggi.

3. Indeks Kekayaan Jenis Species Richness Index

Menurut Magurran 1988 konsep ini pertama kali dicetuskan oleh McIntosh pada tahun 1967. Yang dimaksud dengan kekayaan jenis species richness adalah jumlah jenis spesies dalam suatu komunitas. Margalef membuat rumus yang dikenal dengan Indeks Diversitas Margalef R1 dengan metoda yang didasarkan pada rumus : N ln 1 - S R 1 = Keterangan : R 1 S = Jumlah Jenis = Indeks Diversitas Margallef N = Jumlah Total Individu Menurut Magurran 1988, jika nilai R 1 3.5 kekayaan jenis tergolong rendah, jika nilainya 3.5 R 1 5.0 tergolong dalam kekayaan jenis sedang, dan jika nilai R 1 5.0 kekayaan jenis tergolong tinggi.

4. Indeks Kemerataan Jenis Evenness

Konsep ini menunjukkan derajat kemerataan kelimpaan individu antara setiap species. Ukuran kemerataan ini pertama kali diketemukan oleh Lloyd dan Ghelardi pada tahun 1964 Magurran, 1988. Konsep ini dapat digunakan sebagai indikator adanya gejala dominansi diantara setiap jenis dalam suatu komunitas. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama maka komunitas tersebut memiliki nilai Evenness maksimum dan sebaliknya bila nilai Evenness ini kecil. Nilai ini berkisar antara 0 – 1 dan lebih sering dinyatakan dengan rumus : S ln H E = Keterangan : E = Indeks Kemerataan Jenis dimana E 0.3 rendah, 0.3 E 0.6 sedang, dan E 0.6 tinggi H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis S = Jumlah Jenis nilai maksimum dari Indeks Diversitas

G. Pengukuran Sifat Fisika dan Kimia Tanah

Analisis sifat fisika dan kimia tanah bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah setelah setahun dilaksanakan kegiatan penebangan dan penjaluran dengan teknik silvikultur TPTII. Sifat fisika yang ditetapkan dan metode analisis tanah yang digunakan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Parameter dan Metode Analisis Sifat Fisik Tanah Parameter Metode Analisis Tekstur Pipet Bobot Isi Gravimetrik Porositas Perhitungan Ruang Pori Tanah Kadar Air Gravimetrik Permeabilitas Lambe Air Tersedia Gravimetrik Sedangkan parameter sifat kimia dan metode analisis tanah yang digunakan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Parameter dan Metode Analisis Kimia Tanah Parameter Metode Analisis pH pH meter C-Organik Walkey and Black N-Total Kjeldahl NH 4 Kjeldahl + NO 3 Kjeldahl - P-bray Bray 1, Spektrofotometer K, Ca, Mg NH4OAc N pH 7.0, AAS KTK NH4OAc N pH, titrasi

H. Penghitungan Jumlah Tanaman Pengayaan pada Jalur Tanam