ekosistem hutan primer tercatat lebih rendah nilainya daripada ekosistem hutan setelah tebangan dan penjaluran. Kadar air merupakan perbandingan
berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat kering tanah tersebut. Dari Tabel 19 didapat nilai kadar air tertinggi ada pada contoh tanah yang
diambil dibawah tegakan dengan kedalaman 0 – 20 cm. Nilai ini dimungkinkan terjadi karena contoh tanah diambil tepat dibawah pohon
yang cukup rindang dengan kondisi serasah yang cukup lebat sehingga penguapan tanah sangat minimal. Sedangkan nilai terendah didapati pada
kondisi hutan primer. Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan cairan, gas dan akar menembus tanah. Dari Tabel 19
didapat informasi bahwa nilai permeabilitas tertinggi terdapat pada contoh tanah yang diambil dari bawah tegakan hutan setahun setelah penebangan
dengan kedalaman 0 – 20 cm dengan nilai 13,37. Sedangkan nilai permeabilitas terendah didapat pada sampel tanah yang diambil pada
kondisi hutan primer. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tanah dengan tekstur pasir mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga
sulit menyerap dan menahan air ataupun unsur hara.
2. Sifat Kimia Tanah
Sifat Kimia tanah merupakan semua hal yang bersifat kimia dan berada atau terkandung didalam tanah. Sifat kimia yang dianalisis meliputi
BO, C-org, KTK dan pH tanah. Berdasarkan hasil analisa laboratorium kimia tanah, sifat kimia tanah tersaji pada Tabel 20.
Tabel 20. Pengukuran Sifat Kimia Tanah dan Penetapan Tingkat Kesuburan Tanah 1
Kondisi Hutan
Lokasi Kdlmn
cm N-
total C-
org KTK
me100g Fertility
Status
A -
0-20 -
- 8,58
- 20-40
rendah
D Jalan Sarad
0-20 0,01
0,08 4,93
Rendah 20-40
- -
sangat rendah Bawah
Tegakan 0-20
0,07 0,64
5,64 Rendah
20-40 -
- sangat rendah
Jalur Tanam
0-20 0,01
0,08 4,93
Rendah 20-40
- -
sangat rendah Keterangan :
A : Hutan Primer
D : Hutan Setelah Setahun Et+1
Kapasitas Tukar kation KTK merupakan jumlah kation yang dapat diserap oleh 100 gram tanah pada pH 7,00. Pada tabel 20 nilai KTK
terendah tampak nilai KTK kondisi hutan primer masih lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi hutan satu tahun setelah kegiatan
penebangan dan penjaluran. Pada areal hutan setelah penebangan, KTK tertinggi tampak pada sampel tanah yang diambil dibawah tegakan pohon.
KTK pada sampel yang diambil di jalur tanam dan jalan sarad mempunyai besaran nilai KTK yang sama yakni 4,93 sehingga dapat diartikan bahwa
KTK lahan pada kedua bentangan itu lebih rendah tingkatannya daripada nilai KTK bawah tegakan dalam menjerat kation dalam tanah.
Unsur-unsur hara esensial merupakan unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat
digantikan oleh unsur-unsur lain. Nilai C-organik pada keseluruhan sampel kurang dari 1,00, maka tergolong sangat rendah terutama pada
kondisi jalan sarad dan jalur tanam yang bernilai 0,08. Nilai tertinggi terdapat pada sampel tanah yang diambil dibawah tegakan yakni sebesar
0,64. Nilai N-total pada sampel jalan sarad dan jalur tanam berada dalam rentang 0,1 – 0,2 sehingga tergolong rendah, sedangkan pada sampel
yang diambil di bawah tegakan mencapai nilai 0,07 dan ini tergolong tinggi. Nilai N-total terendah terdapat pada sampel yang diambil di bawah
tegakan. Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang juga penting bagi perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Pada Tabel 21 disajikan data
mengenai beberapa unsur hara mikro esensial untuk semakin memberikan gambaran tentang sifat kimia khususnya mengenai unsur-unsur hara tanah
yang lainnya. Tabel 21. Sifat Kimia Tambahan Unsur Hara Tanah
Lok. Dlm cm
Ca Mg K
Na Al
H Fe
Cu Zn
Mn me100gr
ppm
JS 0-20
2,7 1,0 0,24 0,15 2,80 0,12 61,8 0,31 26,7 86,7
BT 0-20
4,4 1,2 0,18 0,16 Tr
0,32 43,9 0,36 29,5 94,5
JT 0-20
2,9 1,0 0,21 0,15 2,48 0,36 58,4 0,32 31,4 79,2
Keterangan : Tr = tidak terukur terdeteksi adanya Alumunium
JS = Jalan Sarad, BT = Bawah Tegakan, JT = Jalur Tanam
Nilai kandungan Ca pada tanah secara keseluruhan tergolong rendah karena berada pada rentang 2 – 5 mg100gr. Nilai kandungan Mg pada
tanah secara keseluruhan tergolong rendah karena berada pada rentang 0,4 – 1,0 mg100gr. Nilai kandungan K dan Na pada tanah secara keseluruhan
tergolong rendah karena berada pada rentang 0,1 – 0,3 mg100gr. Nilai kandungan Fe pada tanah secara keseluruhan tergolong sedang, mengingat
rentang ketersediaan Fe dalam tanah berkisar antara 2,0 – 150 ppm. Nilai Fe pada sampel yang diambil di bawah tegakan paling rendah sedangkan
nilai kandungan Fe pada areal bekas jalan sarad paling tinggi. Nilai kandungan Cu pada tanah secara keseluruhan tergolong rendah,
mengingat rentang ketersediaan Cu dalam tanah berkisar antara 0,1 – 4,00 ppm. Nilai kandungan Zn pada tanah secara keseluruhan tergolong rendah,
mengingat rentang ketersediaan Zn dalam tanah berkisar antara 1,0 – 20 ppm. Nilai kandungan Mn pada tanah secara keseluruhan tergolong tinggi
mengingat rentang ketersediaan Mn dalam tanah berkisar antara 1,0 – 100 ppm. Nilai Mn pada sampel yang diambil dari bawah tegakan paling tinggi
sedangkan nilai kandungan Mn pada areal bekas jalan sarad paling rendah. Besaran kemasaman atau kealkalian pH tanah merupakan derajat
keasaman pada tanah. Semakin tinggi nilainya maka tanah tersebut tergolong semakin basa dan sebaliknya semakin kecil nilainya maka tanah
tersebut tergolong semakin asam. pH tanah merupakan salah satu indikator penting didalam menentukan keadaan kesuburan tanah. Nilai pH tanah
pada kondisi hutan primer dan hutan setahun setelah kegiatan penebangan tersaji pada Tabel 22.
Tabel 22. Pengukuran pH Tanah
Kondisi Hutan Lokasi
Kedalaman cm
pH H
2
KCl O
Hutan Primer -
0-20 4,8
4,0 20-40
Setelah Setahun Penebangan Et+1
Jalan Sarad 0-20
4,7 3,9
20-40 -
- Bawah Tegakan
0-20 6
5,1 20-40
- -
Jalur Tanam 0-20
4,9 4,0
20-40 -
-
Berdasarkan Tabel 22 pH hutan primer tergolong kedalam kelas sangat masam, hutan setahun jalan sarad tergolong kedalam kelas sangat masam,
hutan setahun bawah tegakan tergolong kedalam kelas cukup masam, dan hutan setahun jalur tanam tergolong kedalam kelas sangat masam.
Secara pH tanah, hasil analisa pH dari Tabel 22 menunjukkan dengan adanya kegiatan penebangan dan penjaluran lahan maka kondisi keasaman
lahan akan meningkat. Pada kondisi hutan setahun pasca penebangan kondisi pH tanah berangsur membaik meningkat. Pada areal bekas jalan
sarad pun nilai pH meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya kegiatan rehabilitasi oleh perusahaan berupa penanaman tanaman LCC
Legume Cover Crop dan juga pohon komersil pilihan. Pada sampel yang diambil di bawah tegakan dengan kedalam 0 – 20 cm menunjukkan nilai
pH tertinggi paling basa hal ini dapat diakibatkan oleh tanah tertutup oleh tajuk tanaman yang cukup rapat sehingga proses dekomposisi bahan
organik dapat lebih baik dan juga tingkat erosi lahan lebih rendah sehingga proses pencucian leaching pada lahan lebih kecil.
Menilik hal tersebut diatas maka tanah pada lokasi penelitian dapat dikategorikan sebagai tanah kurang subur menurut kriteria lahan pertanian
secara umum semenjak dalam kondisi hutan primer. Kondisi ini tidak banyak berubah setelah pada areal penelitian dilakukan kegiatan
penebangan dan penjaluran. Status kesuburan tanah pada hutan satu tahun setelah kegiatan penebangan tetap tergolong rendah bahkan ada yang
tergolong dalam tingkat kesuburan sangat rendah yakni pada areal jalan sarad. Namun kondisi tanah yang sedemikian tidak dapat dikatakan bahwa
tanah tersebut kurang sesuai untuk dilakukan penanaman tanaman pengayaan terutama untuk jenis-jenis Shorea sp. Hal ini lebih disebabkan
karena masing-masing tumbuhan didalam tumbuh dan berkembang mempunyai ambang batas toleransi ataupun adaptasi lingkungan tempat
tumbuh dan kebutuhan akan unsur-unsur hara yang berbeda dan kondisi sifat fisika-kimia tanah yang ada sekarang Et+1 masih dalam kategori
sesuai untuk jenis dari family Dipterocarpaceae. Terlebih pada hutan alam hujan tropika basah yang terkenal dengan siklus hara tertutupnya.
Bentangan lahan tersebut didominasi oleh jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae yang terkenal dengan potensi hutannya yang tinggi
walaupun dalam kondisi miskin hara. Simbiosis mutualisme secara ektomikoriza oleh cendawan mikoriza dan akar dari tumbuhan-tumbuhan
family Dipterocarpacear tersebut yang diduga dapat menyebabkan tumbuhan-tumbuhan tersebut bisa tetap dapat bersuksesi dan mendominasi
dalam kondisi baik meskipun lingkungan hidupnya dalam kondisi yang miskin hara.
D. Hubungan Antara Kondisi Tanah dengan Perkembangan Tegakan, Tanaman Pengayaan, dan Jalan Sarad