Kemampuan Ekdisis dan Eklosi Nyamuk

42 KL 90 yaitu 27 hari KL 90 , akibat pendeknya jangka hidup maka kesempatan menghisap darahpun semakin berkurang Christophers, 1960. Kumar et al. 2009 melakukan penelitian efek pemberian insektisida deltamethrin dan kombinasi deltamethrin terhadap nyamuk Ae. aegypti yang dipaparkan pada stadium larva, pupa dan dewasa. Pemamparan deltametrin stadium larva menghasilkan rata-rata persentase daya tetas telur semula 82,5 F menjadi 67,8 F 20 dan 57,2 F 40 . Pemaparan deltametrin pada stadium pupa mengakibatkan jumlah persentase daya tetas telur pada awalnya 84,56 menjadi 66,50 F 20 dan 67,90 F 40 , sedangkan pemaparan deltametrin pada stadium dewasa rata-rata persentase daya tetas telur semula sebesar 77,50 F menjadi 66,40 F 20 dan 63,60 F 40 . Perez et al. 2007 menyatakan bahwa senyawa nabati spinosad yang merupakan insektisida nabati dari jamur kelas Actomycotina. Spinosad diberikan pada nyamuk betina Ae. aegypti dewasa yang sedang gravid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata daya tetas telur semula adalah 86,90 pada nyamuk kontrol menjadi 58,40 5 ppm spinosad. Antonio et al. 2009 menggunakan spinosad dengan konsentrasi 0,06 ppm, dari hasil penelitian diperoleh rata-rata daya tetas telur dari semula 84,90 kontrol menjadi 72,60.

4.7 Kemampuan Ekdisis dan Eklosi Nyamuk

Ae. aegypti Persentase kemampuan ekdisis nyamuk Ae. aegypti yang dipaparkan dengan temefos adalah 72,38 KL ; 61,56 KL 25 ; 54,43 KL 50 ; 44,23 KL 75 dan 42,66 KL 90 sedangkan yang tidak terpapar temefos kontrol adalah 75,50. Perbedan yang tidak nyata terdapat pada KL , KL 25 dan KL 50 dan kontrol, demikian juga antara KL 25 , KL 50 , KL 75 dan KL 90 P0,05. Perbedaan yang nyata hanya pada KL 75 dan KL 90 bila dibandingkan dengan kontrol P0,05 Tabel 10 dan Gambar 24. Pemaparan temefos mengakibatkan persentase kemampuan eklosi nyamuk Ae. aegypti yang terpapar dengan temefos dari 89,61 kontrol berubah menjadi 76,53 KL ; 57,36 KL 25 ; 56,69 KL 50 ; 51,29 KL 75 dan 53,21 KL 90 . Perbedaan yang nyata antara kontrol dan KL dengan KL 25 , KL 50 , KL 90 P0,05. Kemampuan ekdisis KL tidak berbeda nyata dengan kontrol, demikian juga KL , 43 KL 25 , KL 50 , KL 90, dan juga antara KL 25 , KL 50 , KL 75 , KL 90 P0,05. Data ditampilkan dalam Tabel 10 dan Gambar 25. Tabel 10. Kemampuan ekdisis dan eklosi nyamuk Ae. aegypti setelah terpapar temefos Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5. 80,00 75,95 76,19 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 64,52 60,70 53,28 46,29 - Kontrol KL KL 25 KL 50 KL 75 KL 90 Kemampuan Ekdisis Gambar 24. Rata-rata kemampuan ekdisis nyamuk Ae. aegypti setelah terpapar temefos Secara keseluruhan dapat dikatakan temefos tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pesentase kemampuan ekdisis nyamuk Ae. aegypti pada konsentrasi KL , KL 25 , KL 50 . Semakin tinggi konsentrasi temefos semakin menurun persentase kemampuan ekdisis dan eklosi nyamuk Ae. aegypti. Keberhasilan nyamuk Ae. aegypti dalam mempertahankan kemampuan larva untuk berkembang menjadi pupa dan kemampuan pupa menjadi imago menunjukkan suatu kerjasama seluruh komponen sifat yang dimiliki nyamuk Konsentrasi Kemampuan ekdisis Kemampuan eklosi Kontrol KL KL 25 KL 50 KL 75 KL 90 a 77,50 a 72,38 ab 61,56 ab 54,43 b 44,23 b 42,66 a 89,61 ab 76,53 bc 57,36 bc 56,69 c 51,29 bc 53,21 44 demi keberhasilan meneruskan keturunan, meskipun disisi lain terjadi penurunan sifat yang lain. Hal ini dimungkinkan karena pengalokasian energi dalam kelangsungan hidup dan kepentingan generasi selanjutnya lebih diprioritaskan dibandingkan dengan kebutuhan energi yang digunakan untuk pertumbuhan diri sendiri. Fenomena ini menunjukkan bahwa kehidupan bukanlah suatu hal yang kaku, sehingga adanya suatu kelenturan proses akibat interaksi nyamuk Ae. aegypti dengan lingkungannya dapat menyebabkan nyamuk bertahan hidup dan meneruskan keturunan. 100,00 90,67 85,83 80,00 60,00 40,00 20,00 63,35 63,80 68,10 64,08 - Kontrol KL KL 25 KL 50 KL 75 KL 90 Kemampuan Eklosi Gambar 25. Rata-rata kemampuan ekdisis nyamuk Ae. aegypti setelah terpapar temefos Penelitian yang dilakukan oleh Perez et al. 2007 menggunakan temefos dan vectobac menunjukkan bahwa rata-rata persentase kemampuan eklosi akibat cekaman temefos semula 41,20 menjadi 38,70 temefos 0,1 gr sedangkan pemaparan vectobac mengakibatkan penurunan eklosi dari 41,20 menjadi 38,70 Vectobac 1 µl. Penurunan persentase ekdisis dan eklosi akibat pengaruh insektisida juga dilaporkan oleh Gunandini 2002, pemaparan malation terhadap nyamuk Ae. aegypti mampu menurunkan kemampuan ekdisis dan eklosi yang semula 91 dan 93 F menjadi 84 dan 91 F 20 . Hoe et al. 1983 menyatakan bahwa pemaparan malation mempengaruhi kemampuan ekdisi Ischiodon scutellaris Fabr Diptera:Syrphidae yang semula 73,95 kontrol 45 menjadi 55,38 25 µgml; 66,86 100 µgml; 47,77 150 µgml; 54,98 200 µgml dan 33,46 250 µgml.

4.8 Ratio Kelamin Jantan dan Betina Nyamuk