36 yang gerakannya semakin lemah mempengaruhi kemampuan larva untuk mencari
makan. Jumlah pakan yang dimakan menjadi sedikit akibatnya energi yang dimiliki oleh larva, pupa dan stadium dewasa Ae. aegypti menjadi terbatas,
sehingga ukuran tubuh menjadi lebih kecil dibandingkan dengan normal. Hal inilah yang menyebabkan penurunan berat badan pada stadium pradewasa
maupun dewasa nyamuk Ae. aegypti. Bentuk adaptasi yang ditampakkan oleh Ae. aegypti yang terpapar dengan
temefos adalah dengan memperkecil ukuran tubuhnya, secara tidak langsung hal ini mengakibatkan efisiensi atau penghematan energi yang diperlukan untuk
kelangsungan hidup Yan et al.1998. Penurunan berat badan Ae. aegypti merupakan respon negatif terhadap kerja insektisida temefos. Sibly Calow
1988 dalam Gunandini 2002 menyatakan jumlah energi yang tersedia sangat terbatas sehingga untuk kelangsungan hidup organisme di dalam lingkungan yang
tidak normal, akan terjadi pengalokasikan energi untuk mempertahankan hidup.
4.5 Jumlah telur dan Kelompok Telur
Ae. aegypti
Rata-rata jumble telur per individu nyamuk Ae. aegypti yang terpapar temefos adalah 63 butir KL
, 64 butir KL
25
, 76 butir KL
50
, 93 butir KL
75
dan 34 KL
90
serta 64 butir pada nyamuk yang tidak terpapar oleh temefos Kontrol. Jumlah telur nyamuk Ae. aegypti betina ternyata tidak berbeda nyata
antara kontrol dengan KL , KL
25
, KL
50
dan KL
75
P0,05, perbedaan yang nyata hanya terdapat antara KL
90
dengan kontrol, KL , KL
25
, KL
50
dan KL
75
P0,05. Tabel 8 dan Gambar 21. Rata-rata jumlah kelompok telur selama hidup nyamuk Ae. aegypti
betina setelah terpapar temefos yaitu 17 batch KL , 16 batch KL
25
, 15 batch KL
50
, 12 batch KL
75
dan 11 batch KL
90
, sedangkan yang tidak terpapar temefos adalah 16 batch kontrol. Data menunjukkan tidak ada perbedaan yang
nyata antara KL , KL
25
, KL
50
dengan kontrol, demikian juga KL
75
dan KL
90
P0,05. Perbedaan yang nyata hanya pada KL
75
, KL
90
dengan kontrol P0,05. Tabel 8 dan Gambar 22.
Semakin tinggi konsentrasi temefos yang digunakan maka kemampuan oviposisi Ae. aegypti betina semakin rendah. Penetrasi temefos menyebabkan
37 terhambatnya pertumbuhan dan terganggunya sintesis protein ke kuning telur
selama embriogenesis Kumar et al. 2009. Belinato et al. 2009 menyatakan bahwa Ae. aegypti yang hidup dibawah cekaman triflumuron, kemampuan
menghisap darahnya semakin rendah. Jumlah telur dan jumlah kelompok telur dipengaruhi oleh kemampuan betina menghisap darah, volume darah yang
masuk, dan banyaknya siklus gonotropik yang dilewati selama hidup nyamuk. Nyamuk Ae. aegypti betina mampu menghisap darah sebanyak 17-40 kali
dengan oviposisi sampai 17 kelompok. Tabel 8. Rata-rata jumlah telur dan jumlah kelompok telur selama hidup nyamuk
Ae. aegypti betina setelah terpapar temefos
Keterangan : huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pada taraf 5.
100
93
90 80
70 60
64 67
64 76
butir 50
40 30
20 10
34
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
Jumlah Telur Nyamuk Gambar 21. Rata-rata jumlah telurnyamuk betina Ae. aegypti setelah
terpapar temefos Konsentrasi
Jumlah telur nyamuk butir
Jumlah kelompok telur nyamuk batch
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
64
a
67
a
64
a
76
a
93
a
34
b
16
a
17
a
16
a
15
a
12
b
11
b
38 Periode menghisap darah selama sekali siklus gonotropik antara 3-4 hari.
Siklus gonotropik dimulai sejak betina menghisap darah, meletakkan telur dan menghisap darah kembali Christophers, 1960; Bahang, 1978. Kemampuan
betina menghisap darah dan volume darah yang masuk dipengaruhi oleh berat badan. Temefos mengakibatkan penurunan berat badan betina Ae. aegypti. Berat
badan dan ukuran tubuh nyamuk yang lebih kecil menyebabkan volume darah yang dihisap akan semakin berkurang. Volume darah yang sedikit dapat
menyebabkan kemampuan bertelur menurun sehingga jumlah telur dan jumlah kelompok telurpun menjadi lebih sedikit.
Banyaknya siklus gonotropik dipengaruhi oleh jangka hidup nyamuk betina Ae. aegypti. Dari pengamatan terbukti bahwa jangka hidup nyamuk ini
semakin pendek dengan semakin tingginya konsentrasi temefos. Sejalan dengan semakin singkatnya umur nyamuk maka banyaknya siklus gonotropik semakin
berkurang. Pemaparan malation pada fase larva Ae. aegypti menyebabkan jumlah telur yang dihasilkan oleh nyamuk betina selama hidupnya menurun, semula
117,65 butir F menjadi 139,05 butir F
5
; 133,02 butir F
10
; 89,88 butir F
15
dan 78,33 butir F
20
Gunandini, 2002.
18 16
17 16
16 15
batch
14 12
10 8
6 4
2 12
11
Kontrol KL
KL
25
KL
50
KL
75
KL
90
Jumlah Kelompok Telur Nyamuk Gambar 22. Rata-rata jumlah kelompok telurnyamuk betina Ae.
aegypti setelah terpapar temefos
39 Penurunan jumlah telur juga terjadi pada nyamuk Ae. aegypti yang
dipaparkan deltametrin pada fase larva dan dewasa. Jumlah telur Ae. aegypti semula 104,5 butir F
menjadi 95 butir F
20
dan 65,67 butir F
40
akibat. Pemaparan deltametrin pada stadium pupa juga menyebabkan penurunan jumlah
telur semula 94,5 butir F menjadi 68,91 butir F
20
dan 70 butir F
40
. Demikian juga pemaparan deltametrin pada stadium dewasa mengakibatkan
penurunan jumlah telur, rata-rata jumlah telur berubah dari 108, 4 butir per betina menjadi 78,50 butir F
20
dan 68 butirF
40
Kumar et al. 2009. Pemaparan temefos mengakibatkan penurunan jumlah telur Tabel 8.
Jumlah telur nyamuk Ae. aegypti yang terpapar temefos dengan konsentrasi KL ,
KL
25
, KL
50
, KL
75
tidak berbeda dengan kontrol, hal ini menunjukkan bahwa dibawah cekaman temefos nyamuk Ae. aegypti betina masih berusaha untuk
mempertahankan diri. Kemampuan bertelur yang masih sama dengan kontrol sampai KL
75
merupakan usaha maksimal trade-off yang dilakukan oleh nyamuk Ae. aegypti.
Gunandini 2002 juga menyatakan bahwa jumlah rata-rata telur yang dihasilkan oleh seekor nyamuk Ae. aegypti setelah diseleksi oleh malation sampai
generasi ke-20 F
20
tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan kontrol F .
Jumlah telur yang dihasilkan oleh nyamuk betina Ae. aegypti selama hidup secara normal tanpa ada cekaman insektisida menurut Niendria 2011; Antonio et
al. 2009; Adanan et al. 2005; Gunandini 2002; Bahang 1978 dan Clements
1963 secara berurutan adalah 284,6 butir; 108,5 butir; 117,65 butir; 117,35 butir; 128 butir dan 100 butir sedangkan jumlah telur Ae. aegypti normal dalam
penelitian ini adalah 64 butir. Jumlah telur perindividu yang berbeda diantara peneliti lain kemungkinan juga dipengaruhi oleh luas kandang yang digunakan.
Luasan kandang yang optimal untuk tempat istirahat density site resting seekor Ae. aegypti
adalah 1,82 cm
2
, Gerberg et al. 1994. Dalam penelitian ini luas kandang perlakuan yang digunakan adalah 2.400 cm
2
rusuk kandang 20x20x20 cm
3
sehingga tempat istirahat per ekor nyamuk hanya 1,25 cm
2
. Sempitnya luasan kandang ini berakibat secara normalpun nyamuk terganggu dalam
beraktivitas, keadaan ini diduga menjadi salah satu faktor penyebab jumlah telur rata-rata yang dihasilkan berada dibawah standar.
40 Banyaknya kelompok telur yang dihasilkan oleh seekor nyamuk betina Ae.
aegypti sangat tergantung dari lamanya jangka hidup nyamuk itu sendiri,
meskipun jumlah kelompok telur pada setiap kelompok tidaklah sama. Gunandini 2002 menyatakan bahwa akibat seleksi malation terjadi penurunan jumlah
kelompok telur nyamuk Ae. aegypti selama hidup seekor betina yaitu 6,83 F ;
6,49 F
5
; 4,85 F
10
; 3,57 F
15
dan 2,04 F
20
. Hasil penelitian menunjukkan jumlah kelompok telur nyamuk Ae. aegypti
yang terpapar temefos dengan konsentrasi KL , KL
25
, KL
50
tidak berbeda dengan kontrol. Usaha yang dilakukan oleh nyamuk Ae. aegypti untuk meneruskan
generasi selanjutnya dengan mempertahankan jumlah telur maupun kelompok telur merupakan fenomena adaptasi yang dikenal dengan istilah “plastisitas
fenotip”.
4.6 Daya Tetas Telur Nyamuk