Warna HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi data hasil pengujian mutu getah disajikan pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Hasil Rekapitulasi Data Pengujian Mutu Getah Tingkat Kerusakan Warna Rata-rata Kadar kotor Kadar air Bilangan asam mg KOHg Bilangan basa mg KOHg Normal Puttih 1.50-1.79 0.60-1.16 171.95-180.64 159.74-162.13 Ringan Putih 1.90-2.19 0.96-1.32 172.65-178.96 160.17-163.39 Sedang Keruh 2.56-2.69 3.04-3.28 189.76-193.26 200.28-205.61 Berat Cokelat 2.58-3.15 3.08-3.24 206.03-223.00 199.01-208.13

4.1 Warna

Warna yang dimiliki oleh getah tusam tidak terserang kutulilin pinus normalkontrol adalah putih. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 01- 5009.4-2001, warna tersebut menunjukkan bahwa getah tergolong dalam kategori baik yaitu mutu A. Warna yang dihasilkan getah terserang ringan, sedang hingga berat adalah putih, keruh dan cokelat Tabel 4. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 01-5009.4-2001 menunjukkan bahwa getah terserang ringan tergolong dalam kategori A, sedangkan getah terserang sedang dan berat tergolong dalam kategori B. Gambar 2. Getah yang dihasilkan tusam normal, terserang ringan, sedang dan berat. Berdasarkan tampilan warna getah pada berbagai tingkat serangan, menunjukkan bahwa serangan ringan kutulilin pinus masih belum mempengaruhi mutu getah pinus. Hal ini terbukti dari perbandingan warna yang dihasilkan tidak jauh berbeda dengan warna getah normal tidak terserang, sedangkan tampilan warna getah tusam terserang sedang relatif sama dengan warna getah tusam terserang berat namun berbeda dengan warna getah tidak terserang kutulilin pinus Gambar 2. Warna tersebut menunjukkan bahwa serangan sedang hingga berat kutulilin pinus telah mempengaruhi mutu warna getah. Selain warna, berdasarkan kemudahan diaduk juga menunjukkan bahwa getah terserang ringan juga tergolong dalam kategori A, sedangkan getah terserang sedang dan berat tergolong ke dalam kategori B. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 01-5009.4-2001, getah yang mudah diaduk tergolong ke dalam mutu A dan getah yang tidak mudah diaduk tergolong dalam mutu B. Serangan sedang dan berat menyebabkan penurunan mutu getah karena warna yang dihasilkan getah tusam menjadi lebih gelap. Perubahan warna getah tersebut dapat terjadi karena terganggunya pertumbuhan pinus akibat serangan kutulilin. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya kutulilin pinus menghisap cairan tanaman, serta dapat juga mengeluarkan racun yang dapat merusak sel tanaman. Getah pinus terdapat pada interseluler sel, maka akibat adanya racun yang dikeluarkan kutu dapat menyebabkan sel tanaman menjadi rusak sehingga mempengaruhi kualitas getah yang dihasilkan dari sel tersebut baik warna, kadar air, kadar kotor, bilangan asam serta basa. Menurut Sukopramono 2010, dari sifat biologisnya kutu dapat merusak tanaman dengan cara menghisap cairan serta mengeluarkan racun, mengakibatkan terjadinya kholorosis, kerdil, malformasi perkembangan abnormal daun, daun muda dan buah rontok serta kematian. Warna getah mempengaruhi kualitas warna gondorukem yang dihasilkan. Menurut Lubis MA 2011, warna gondorukem tergantung dari kualitas sumber bahan dan metode pembuatannya. Getah yang memiliki warna gelap kualitas B jika diolah akan menghasilkan gondorukem yang berwarna gelap. Berdasarkan standar pengujian gondorukem, warna gondorukem yang gelap umumnya memiliki titik lunak yang rendah. Titik lunak merupakan syarat khusus dalam penentuan kualitas gondorukem yang dihasilkan. Semakin tinggi titik lunak yang dihasilkan maka semakin baik pula kualitas gondorukem FAO, 1995.

4.2 Kadar Kotor