BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pinus Pinus merkusii
Jungh. at de Vriese
2.1.1 Penyebaran dan Klasifikasi
Pinus merkusii Jungh, at de Vriese tusam merupakan jenis pohon asli di Indonesia. Tusam telah banyak ditanam diberbagai daerah di Indonesia dan
memberikan hasil yang cukup memuaskan, dapat tumbuh dengan baik di Sumatera dan Jawa, di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara. Tusam di Sumatera
bagian Utara tumbuh secara alami, sedangkan di Jawa merupakan hutan tanaman. Penyebaran tusam di Sumatera bagian Utara terdapat di Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera barat dan Jambi pengunungan Kerinci. Menurut Butarbutar 1998, penyebaran tusam di Sumatera dalam bentuk hutan alam dikelompokkan menjadi
tiga strain yaitu: 1.
Strain Aceh, penyebaran tusam dimulai dari pegunungan Selawah Agam sampai sekitar Taman Nasional Gunung Leuser. Menyebar ke Selatan hingga
bukit barisan. 2.
Strain Tapanuli, penyebaran dimulai dari daerah Tapanuli ke selatan danau Toba. Tumbuh secara alami di Dolok Tusam dan Dolok Pardomuan. Di
pegunungan Dolok Saut, tusam dapat tumbuh pada ketinggian 1000-1500 m dpl yang tumbuh secara heterogen dengan pohon berdaun lebar. Hutan
tanaman dalam skala kecil pernah dibuat oleh masyarakat di Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Sipahutar keduanya masuk dalam Kabupaten
Tapanuli Utara dengan menggunakan bibitanakan alam yang diambil secara cabutan, dan sekarang hampir habis karena pengusahaan oleh rakyat
dialihkan menjadi tanaman kopi Suhaendi, 2005. 3.
Strain Kerinci, penyebarannya terdapat di sekitar pengunungan Kerinci. Tumbuh secara alami diantara Bukit Tapan dan Sungai Penuh. Di daerah ini
tusam dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 1500-2000 m dpl. Pohon pinus di Pulau Jawa dibudidayakan oleh Perum Perhutani, tumbuh
pada ketinggian 200-2000 mdpl. P. merkusii termasuk ke dalam famili Pinaceae dan ordo Coniferales. Klasifikasi tusam adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Gymnospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Coniferales
Family : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii Jungh, at de Vriese.
P. merkusii atau tusam memiliki tinggi pohon 20-40 m dengan panjang batang bebas cabang 2-23 m dan tidak berbanir. Kulit luar kasar berwarna cokelat
kelabu hingga cokelat tua. Menurut Martawijaya 1998, struktur kayu pinus tidak berpori serta memiliki berat jenis BJ rata-rata 0,55 dengan kelas kuat II sampai
III dan kelas awet IV. Pohon pinus memiliki warna teras yang sukar dibedakan dengan gubalnya
kecuali pada pohon berumur tua di mana terasnya berwarna kuning kemerahan sedangkan gubalnya berwarna putih krem. Pinus juga memiliki tekstur yang agak
kasar dan serat lurus tapi tidak rata. Ciri anatomi kayu pinus tidak berpori tapi mempunyai saluran damar aksial yang menyerupai pori dan tidak mempunyai
dinding sel yang jelas. Permukaan radial dan tangensial pinus mempunyai corak yang disebabkan karena perbedaan struktur kayu awal dan kayu akhirnya,
sehingga terkesan ada pola dekoratif. Riap tumbuh pada pinus agak jelas terutama pada pohon-pohon yang berumur tua, pada penampang lintang kelihatan seperti
lingkaran-lingkaran memusat Pandit dan Ramdan 2002.
2.1.2 Manfaat Pinus